Dalam kebudayaan populer saat ini ada sebuah pepatah ‘mulutmu harimau-mu’. Pepatah ini merupakan peringatan bahwa keburukan mungkin terjadi lantaran tidak bisa menjaga mulut, yaitu membiarkan mulut mengucapkan kata-kata yang kurang bermanfaat bahkan jahat. Beberapa orang memang bisa tiba-tiba terkenal lewat kata-kata buruk yang terus ditumpuk, termasuk lewat dunia maya. Namun silahkan diperhatikan, mereka yang mendulang sensasi lewat kontroversi akan cepat menjadi ‘basi’, mereka pasti mudah dilupakan. Sebaliknya, orang-orang yang pandai menjaga mulut, hidupnya akan mulia dan layak dijamin Surga.
Rasulullah berpesan agar setiap muslim bisa selalu berkata baik. Diam harus jadi pilihan daripada berkata buruk, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah perkataan baik, atau (jika tidak) maka diamlah.”(HR. Bukhari-Muslim). Berkata baik lebih dari sekedar bicara benar. Karena jika kebenaran diungkap dengan perkataan buruk, justru malah tidak membawa kebaikan sama sekali. Imam Syafi’i menjelaskan, “Jika engkau hendak berkata, maka berfikirlah terlebih dahulu. Jika yang nampak adalah kebaikan, maka ucapkanlah perkataan tersebu! Namun, jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut)!”
Beberapa ulama meyakini bahwa maksud penjelasan Imam Syafi’i di atas adalah agar kita tidak tergesa-gesa menyampaikan sesuatu, meskipun yang akan disampaikan adalah sebuah kebenaran. Kita diminta berpikir dahulu cara terbaik penyampaiannya, agar maksud dan tujuan dapat dipahami dengan baik. Dengan begitu salah paham yang menjadi bibit-bibit permusuhan dapat dihindarkan.
Rasul sendiri memberi contoh cara menyampaikan kebenaran, yaitu dengan penuh perhatian dan kesabaran, bukan kekerasan. Sehingga jika ada orang-orang yang menyampaikan kebenaran firman Tuhan dengan pentungan, menunjukkan keagungan agama melalui rentetan razia ala mafia, dan menunjukkan kebenaran hadits dengan dengan cara-cara sadis, kita dapat langsung tahu bahwa mereka ini tidak sedang melakukan perintah agama.
Seorang ahli tafsir dalam keilmuan Islam, Imam Ibnu Rajab Al Hambali, menjelaskan bahwa salah satu hal yang paling banyak membuat orang terjerumus dalam kenistaan neraka adalah lisan. Kata-kata yang keluar dari mulut seseorang kerap menjadi penentu utama apakah orang tersebut kelak masuk surga atau justru terlempar kedalam Neraka.
Oleh karenanya, menjaga lisan adalah hal yang sangat penting untuk selalu dilakukan. Setidaknya 4 hal ini bisa dilakukan untuk menjaga lisan, yaitu: berfikir sebelum berucap, tidak berdusta, tidak mengatakan sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan jika tidak ada kebaikan yang bisa disampaikan lebih baik diam saja sekalian!