Orientasi Saling Melindungi Antar Umat Beragama di dalam Al-Qur’an

Orientasi Saling Melindungi Antar Umat Beragama di dalam Al-Qur’an

- in Narasi
447
0
Orientasi Saling Melindungi Antar Umat Beragama di dalam Al-Qur’an

Orang terkadang salah kaprah di dalam memahami sikap saling mengucapkan selamat keagamaan, justru dipahami sebagai bentuk dari “menyerupai” agama lain. Tanpa disadari, bahwa ini adalah satu paradigma kognitif di dalam membebaskan umat beragama dari jeratan kelompok radikal akar-rumput.

Ucapan selamat keagamaan layaknya selamat hari raya Natal, sebetulnya adalah cara kita menghancurkan “dogma kebencian” yang selalu dikultuskan kelompok radikal sebagai ajaran agama. Sebab, kalau kita mengerucut ke dalam pendekatan teologis, Al-Qur’an secara orientasi sangatlah membantah dogma-dogma perusak peradaban yang semacam itu.

Misalnya, di dalam potongan (QS. Al-Mumtahanah:8) bahwasanya: “Allah SWT tidak melarang kamu (berbuat baik) dan (berlaku adil) terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusirmu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang-orang yang berlaku adil”.

Kalau kita mengacu ke dalam ayat yang Saya sebutkan di atas, tentu akan melahirkan satu orientasi penting. Mengapa umat Islam perlu ucapan selamat keagamaan, perlu membangun sikap saling melindungi dan ikut serta menyukseskan perayaan keagamaan umat agama lain. Berkontribusi seperti menjaga (keamanan dan kelancaran) perayaan agama lain.

Secara teologis, ini bukan perkara “menggadaikan iman” apalagi dianggap “menyerupai” umat agama lain. Sebab, setiap anjuran di dalam Islam selalu memiliki korelasi kognitif ke dalam kebaikan, keadilan, kemaslahatan dan kemanfaatan. Sebagaimana, acuan-acuan ayat yang Saya sebutkan di atas mengarah ke dalam perilaku (berbuat baik dan berlaku adil) terhadap non-muslim yang tidak memerangi umat Islam.

Istilah (berbuat baik) di dalam Islam memiliki ragam fungsi. Baik bagi personal, sosial-kemanusiaan dan kebangsaan. Misalnya secara kontekstual, ucapan-ucapan selamat keagamaan pada dasarnya masuk dalam kategori (berbuat baik) yang dimaksud. Karena, ucapan selamat keagamaan yang semacam itu akan bernilai (kebahagiaan) atas orang yang diucapkan selamat.

Sehingga, dari sinilah muncul semacam (kedekatan emosional) yang dibangun. Lantas, di manakah letak kebaikannya? Tentu ini mengerucut ke dalam (keharmonisan) antar umat agama tanpa konflik, perpecahan dan permusuhan mengatasnamakan agama. Karena, ada semacam (simbol pendamai) di dalamnya dalam bentuk saling mengucapkan selamat keagamaan.

Bahkan, sikap partisipan untuk menyukseskan acara keagamaan mereka yang non-muslim sebetulnya tidak ada pengaruhnya atas iman seseorang. Sebab, Al-Qur’an secara orientasi memerintahkan umat Islam berbuat baik dan berlaku adil. Sebagaimana fungsinya dalam tindakan etis untuk menghilangkan virus radikal yang membuat kita agar selalu penuh kebencian dengan mereka yang berbeda agama.

Selain itu, ada pula potongan ayat dalam (QS. Al-An’am:108) bahwasanya “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas dasar pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka. Lalu dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah dikerjakan”.

Ayat di atas, pada dasarnya berkaitan dengan hukum timbal balik. Di mana, ketika kamu berbuat baik bisa saling melindungi, menghargai dan menjamin keselamatan serta kelancaran non-muslim dalam hal keagamaan. Maka, mereka juga akan bertindak kebaikan yang semacam itu. Sehingga, bangsa ini bisa kokoh dalam perdamaian dan menjadi jalan bagi kita untuk menghancurkan dogma kelompok radikal.

Maka, dari sinilah titik orientasi penting di balik sikap saling melindungi antar umat beragama. Sebagaimana, dalam ayat lain Allah SWT menegaskan (QS. Al-Maidah:48) bahwasanya: “Seandainya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lomba-lah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu kembali semua, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan”.

Ini adalah clue-etis Al-Qur’an yang secara orientasi menjadi pijakan penting. Bahwa, segala bentuk sikap saling melindungi dan saling mengucapkan selamat keagamaan adalah bentuk kebaikan yang diperintahkan-Nya sebagai paradigma (membangun peradaban) yang penuh kemaslahatan. Sebagaimana dalam potongan (QS. Al-Maidah:48) bahwa kita tidak berhak merasa paling benar dan suci. Sebab, perbedaan adalah (kehendak-Nya) yang harus kita jaga bukan kita rusak keberadaannya.

Facebook Comments