Kebanyakan dari kita, mungkin juga termasuk anda, kerap merasa aneh dengan negeri ini. Apa yang kurang dari bangsa bernama Indonesia hingga kemajuan dan kemakmuran tidak dapat terwujud dengan segera, sementara permasalahan selalu saja ada seolah negeri ini adalah tempat nongkrong paling ideal untuk sesuatu bernama “masalah” itu.
Kita punya banyak orang pinter di negeri ini, baik yang pinter karena sekolah ataupun yang pinter karena mengaku bisa berkomunikasi dengan arwah serta rajin pasang iklan di koran dan majalah.
Orang-orang pinter tersebut banyak yang dapat terus berkarya dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang sesuai dengan bidang keahliaanya, namun tidak sedikit pula dari orang-orang pinter itu yang nasibnya justru miris; memiliki banyak ijazah dan penghargaan tapi sampai sekarang masih kerja serabutan.
Tapi kita tentu tidak perlu khawatir dengan nasib mereka, mereka orang pinter kok, pasi bisa menemukan inspirasi untuk ‘menyelamatkan diri’ dari realita hidup yang ternyata tidak seindah seperti di mimpi.
Alam kita juga luar biasa indah dan megahnya, mulai dari hamparan pantai, tumpukan gunung, hingga wisata-wisata alam yang kita dapat secara gratisan dari Tuhan tentu sudah lebih dari cukup untuk membuat kita memiliki daya pecicilan (jelajah) yang di atas rata-rata, serta membuat bangsa lain iri tidak karuan.
Belum lagi dengan kekayaan tradisi dan budaya lokal yang ada di hamparan bumi Indonesia, kita (sebenarnya) sudah pantas menjadi negara papan atas.
Jangan dilupakan pula tentang seabreknya rumah Tuhan di negeri ini; tempat-tempat ibadah masih cukup PeDe untuk berhimpitan dengan gedung-gedung penopang mendung yang mulai banyak bertebaran terutama di perkotaan. Kebanyakan orang Indonesia juga masih sangat yakin kalau mereka sangat dekat dengan Tuhan, sehingga kalau mau, minta apa saja pasti dituruti sama Tuhan.
Tapi nyatanya? Kita masih gini-gini saja, ada yang salah?Ada! ada banyak malah… mirisnya, kesalahan tersebut dilakukan oleh hampir semua dari kita; Kita terlalu sibuk mencari kesalahan! Itu adalah kesalahan kita. Iya, kita!
Kita semua ngeh bahwa ada yang salah dari negeri ini, jadi tidak perlu lagi membuat daftar tentang kesalahan-kesalahan tersebut, apalagi sampai tunjuk-tunjuk hidung orang lain demi mencari kambing hitam untuk kesalahan itu.
Hal yang perlu kita lakukan sederhana saja sebenarnya, coba saja melihat kedalam diri sendiri dan temukan hal positif yang bisa kita lakukan untuk bangsa ini, sesuai dengan kemampuan dan kemauan kita, tentunya.
Ibarat pasar, hamparan kemegahan alam, tumpukan orang pinter, sampai berjibunnya rumah Tuhan yang ada di Indonesia merupakan bahan mentah yang tidak bisa langsung dikonsumsi sebelum diolah dengan benar.
Alat olah untuk seluruh bahan mentah di atas adalah pancasila. Karenanya Ideologi bangsa ini harus tetap dijaga, sebab melalui pancasila kita dapat melihat wajah Indonesia yang sesungguhnya.
Jadi, daripada terus-terusan bertanya “apa yang salah?,” lebih baik kita mengalihkan fokus untuk menemukan “apa yang benar?” dengan negeri ini. Hal ini penting untuk diajukan karena kecenderungan untuk menyibukkan diri dengan sinisme cekak demi menguak kesalahan nyatanya malah membutakan sebagian dari kita untuk melihat kebenaran yang nyata-nyata sudah berada di depan kepala.
Ironisnya, gara-gara terlalu sibuk mencari-cari ‘apa yang salah’ dengan bangsa ini, sebagaian orang alay dari kita justru tidak sadar bahwa mereka sedang melakukan kesalahan.
Pancasila yang sudah benar untuk dijadikan dasar negara malah disalahkan hanya karena konsep ini diyakini tidak berasal langsung dari Tuhan. Toleransi yang merupakan produk benar untuk merangkul segala perbedaan juga disalahkan semata-mata karena ia tidak memberi ruang kepada mereka untuk berbuat ugal-ugalan. Demokrasi juga mereka injak-injak hanya karena konsep tersebut terlalu besar untuk pola pikir mereka yang cekak.
Negara kita sudah benar karena menerapkan pancasila dan bukannya meng-anak-emas-kan salah satu agama, karenanya kita bisa setara. Negara kita juga sudah benar karena memberikan penghormatan dan pelindungan terhadap perbedaan, makanya kita tetap bersaudara meskipun kita berbeda. Dan negara kita adalah perwujudan dari sebuah bangsa besar bernama Indonesia yang akan terus tumbuh menjadi lebih baik.
Mencari-cari kesalahan tentu sah-sah saja untuk dilakukan, terutama jika anda sedang tidak ada kerjaan. Namun percayalah, hal itu tidak akan memberi pengaruh apa-apa kecuali kesedihan yang mendalam untuk diri anda sendiri. Lebih baik kita melihat apa yang sudah benar dengan negeri ini dan berkontribusi sesuai dengan bakat dan kemampuan untuk mengamalkan hal-hal yang sudah benar tersebut untuk kebaikan bersama.
Kita wajib berterimakasih kepada Indonesia atas limpahan ‘bahan mentah’ yang ia sediakan untuk kita, kini saatnya kita mengolah bahan-bahan tersebut untuk menjadikan Indonesia sebagai sebuah bangsa sebagaimana yang selalu kita impikan bersama.
Terimakasih Indonesia!