Tetanggaku Ternyata Teroris : Pentingnya Deteksi Dini Berbasis Komunitas

Tetanggaku Ternyata Teroris : Pentingnya Deteksi Dini Berbasis Komunitas

- in Narasi
1581
0
Tetanggaku Ternyata Teroris : Pentingnya Deteksi Dini Berbasis Komunitas

Ketidakpedulian dan ketidaktahuan lingkungan masyarakat menjadi sarang nyaman bagi kelompok teroris. Ketika suatu peristiwa teror terjadi dan penangkapan dilakukan terhadap tersangka teroris sontak masyarakat menjadi kaget. Mereka yang menjadi tetangga terduga tidak menyangka dan menyadari bahwa ternyata tetangganya adalah seorang teroris.

Ada banyak cerita yang dikisahkan dari fenomena tetangga teroris. Dua terduga teroris berinisial Ri dan Aj yang ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri di Makassar, Sulsel (6/1/21) mengangetkan para tetangganya. Mereka sangat tidak menyangka bahwa mereka selama ini bertetangga dengan seorang teroris yang merencanakan serangan bom.

Menurut penuturan tetangganya keduanya memang tertutup dan jarang berinteraksi dengan warga yang lain. Seorang tetangganya di Perumahan Villa Mutiara Cluster Biru Makassar menceritakan bahwa keduanya sering melakukan pengajian dengan mengajak teman dari luar. Jika ada masyarakat bergabung mereka akan melarangnya.

Praktis menurut pengakuan tetangganya tidak ada yang tahu tentang apa yang dilakukan saat pengajian dan materi seperti apa yang disampaikan. Yang mereka ketahui selalu ada pengajian di rumahnya dengan berdatangan rekan-rekannya dari luar kompleks dengan memakai gamis. Warga yang mendekat akan dilarang karena dianggap bukan bagian dari komunitasnya.

Hampir sama dengan cerita di atas kali ini datang dari terduga teroris AN (35) di Banyuasin, Sumatera Selatan. Baru pulang dari Provinsi Lampung AN harus berhadapan dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri pada Senin (2/12/2020). Ditemukan barang bukti seperti buku bacaan jihad, buku Abu Bakar Baasyir, senjata tajam, senapan angina dan baju dan celana loreng bercorak putih hijau.

Berbeda dengan sosok sebelumnya, AN menurut penuturan tetangganya kerap berkomunikasi dengan warga. Walaupun demikian, komunikasi yang terjadi kerap ditemukan pertentangan pemahaman. AN sering mengajak untuk membahas persoalan agama dan seringkali memvonis bid’ah kepada warga. Karena alasan itulah, ia jarang hadir kegiatan warga apalagi terkait hal yang dianggapnya bid’ah. Namun, tentu saja, para tetangga sangat kaget ketika AN ditangkap karena terduga teroris.

Cerita lain datang dari Tanggerang Banten dengan terduga teroris yang dikenal dengan sebutan Choir. Ia dikenal sosok yang ramah dengan paras yang rupawan. Warga mengenalnya sebagai seorang penjahit selama sekitar 1,5 tahun.

Sebelum menikah Choir masih sering berinteraksi dengan warga. Namun, perubahan terjadi ketika ia menikah dengan perempuan yang bercadar yang dikenal sosok tertutup. Sejak saat itu, perilaku Choir juga sudah berubah dan tokonya pun sering tutup. Dulu dia biasa memakai celana jeans dan kasus, tetapi semakin hari, menurut tetangganya, memakai gamis. Namun, atas semua perilakunya, tetangganya tidak menyangka jika Choir ternyata adalah seorang teroris yang disebutkan oleh Polisi berafiliasi dengan Jamaah Ansharud Daulah (JAD).

Fenomena Teroris di Tengah Warga

Tiga kisah di atas adalah bagian contoh yang hampir memiliki narasi cerita yang sama tentang fenomena teroris di tengah warga. Dalam kasus tersebut warga merasa kaget dan tidak menyadari bahwa selama ini mereka berdiam dan bersama dengan seorang perilaku kriminal yang luar biasa bernama terorisme.

Perilaku yang kadang aneh tertutup atau justru ramah menjadi bagian dari cerita-cerita yang diungkapkan para tetangga terhadap fenomena teroris di tengah masyarakat. Dalam konteks ini, masyarakat ada yang merasa curiga sejak awal, tetapi ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Sikap tidak peduli dan abai terhadap lingkungan tentu menjadi ladang subur bagi gerakan dan jaringan terorisme di tengah masyarakat.

Persoalan yang cukup penting sebenarnya bukan pada kondisi masyarakat, tetapi sistem deteksi dini yang lemah di tengah masyarakat. Menghadapi terorisme di tengah masyarakat yang begitu beragam dan luas ini, pemerintah seharusnya membangun deteksi dini yang berbasis masyarakat dan komunitas. Ketidakpedulian masyarakat sejatinya adalah buah dari ketidaktahuan masyarakat dan tidak adanya sistem deteksi dini di lingkungan sosial.

Deteksi dini berbasis komunitas ini harus dilakukan secara sistematis agar tidak ada kecurigaan yang sembarangan dan main hakim sendiri di tengah masyarakat. Deteksi dini walaupun berbasis komunitas namun harus mempunyai prosedur yang menjamin tidak ada potensi yang justru menimbulkan konflik horizontal. Karena itulah, sejatinya sosialisasi ke tengah masyarakat dan pembangunan sistem deteksi dini melalui pelatihan kepada masyarakat menjadi sangat penting.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024 merupakan kemajuan besar dalam upaya penanggulangan terorisme di Indonesia. Salah satu semangat penting yang bisa diapreasiasi dari payung hukum ini adalah sinergi kelembagaan dan partisipasi masyarakat. Terorisme yang cukup kompleks memang harus dikerjakan oleh seluruh stakeholder terkait dengan terencana, terukur dan sistematis.

Namun, penting selain sinergi kelembagaan adalah partisipasi masyarakat. Salah satu bentuk partisipasi yang diharapkan adalah pemberdayaan komunitas dalam mendeteksi dan mengenali gerak gerik terorisme di lingkungan sekitar. Beberapa kejadian yang telah berlalu patut menjadi pembelajaran bagaimana seorang terduga teroris bisa berbaur tanpa gejala dan indikator yang dengan nyaman di tengah masyarakat. Tentu saja pembangunan deteksi dini berbasis komunitas harus diimplementasikan dengan prosedur teknis yang jelas.

Tujuan dasarnya adalah melibatkan masyarakat dalam mendeteksi, mencegah dan menangkal masalah keamanan masyarakat salah satunya adalah masalah terorisme. Jika pemberdayaan komunitas ini dilakukan hal ini tentu menjadi kemajuan penting dalam penanggulangan terorisme di Indonesia yang tidak melulu persoalan aparat penegak hukum, tetapi muncul kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam melawan bahaya terorisme.

Facebook Comments