Beberapa hari belakangan kita dikejutkan dengan berita disanderanya 10 WNI oleh kelompok teroris Abu Sayyaf. 10 WNI tersebut adalah ABK kapal pengangkut batubara yang sedang menuju Filipina. Mereka dibajak di perairan Filipina yang berbatasan dengan Indonesia. Para pembajak meminta sejumlah uang tebusan agar para WNI tersebut dibebaskan. Kelompok garis keras yang bercita-cita mendirikan Negara Islam di Filipina tersebut mengancam akan membunuh saudara-saudara kita, apabila tuntutan tersebut tidak dipenuhi.
Namun sikap Pemerintah Repulik Indonesia sangat jelas dalam hal ini. Dikutip dari salah satu koran nasional, Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta menyatakan: “Yang jelas pemerintah tidak mau ditekan siapapun. Apalagi ini oleh para perompak, milisi, atau siapapunlah,”. Ungkapan ini menegaskan bahwa sama sekali tidak ada kompromi atas apa yang dilakukan kelompok ekstrimis Filipina tersebut. Tentu saja keselamatan para tawanan menjadi prioritas. Namun harga diri dan kedaulatan NKRI sama sekali tidak bisa di ganggu gugat. Untuk itu pemerintah bertekad tidak akan memenuhi tuntutan para teroris tersebut.
Saat ini Indonesia tengah berkoordinasi dengan pemerintah Filipina guna pembebasan para WNI. Pemerintah tengah menyiapkan pilihan-pilihan tindakan guna pembebasan para tawanan. Bahkan bila perlu akan dikerahkan pasukan khusus untuk operasi pembebasan. Saudara kita yang ditawan harus bebas dengan selamat namun harga diri serta kedauatan NKRI harus tetap utuh.
Sikap pemerintah yang tak akan berkompromi dengan ekstrimis tersebut patut diapresiasi. Dan memang itulah yang seharusnya kita lakukan bila berhadapan dengan kelompok ekstrim atau teroris. Apalagi dalam membangun gerakannya, kelompok ini juga berusaha mengambil simpati publik. Banyak sekali gerakan-gerakan dan kampanye yang tujuannya mengkonstruksi secara psikologis opini masyarakat agar menerima gerakan mereka. Untuk awalnya kita dikondisikan agar terbiasa dengan gerakan mereka. Setelah terbiasa kita akan diarahkan untuk berkompromi. Tidak mendukung, namun juga tidak menolak. Dan tepat setelah kita berkompromi, kita akan mudah direkrut menjadi pendukungnya.
Maka sejak awal kita sama sekali tidak boleh berkompromi dengan hal-hal yang menjurus ke paham radikal dan ekstrim. Sikap lunak kita terhadap paham mereka akan menjadi pintu masuk bagi mereka. Pintu masuk untuk menanamkan paham-paham yang sebenarnya tak sesuai dengan tujuan Islam dan agama apapun.
Untuk itu kita harus selalu waspada dengan propaganda-propaganda yang mereka lancarkan baik melalui media cetak, online maupun audio visual. Begitu ada gelagat menjurus kepada gerakan radikal dan ekstrim sebaiknya segera tinggalkan. Tidak ada kompromi! Karena sedikit demi sedikit mereka akan mengantar kita kepada pemahaman yang sangat merusak bila kita berkompromi.
Sikap tiada kompromi dengan terorisme tidak hanya dalam sikap pemerintah, tetapi juga harus diterjemahkan secara individual di tengah masyarakat. Bila sikap tidak ada kompromi bagi gerakan ekstrim dan radikal sejak dini digalakkan, maka gerakan mereka tidak akan berkembang. Selama ini gerakan mereka tetap tumbuh karena banyaknya masyarakat yang tertipu dengan propaganda dan kampanye mereka. Banyak masyarakat yang tak sadar sedang berkompromi dengan paham tersebut.
Marilah sejak sekarang kita lakukan gerakan tidak ada kompromi bagi ektrimis dan radikalis. Mulai dari diri kita, lalu tularkan kepada orang-orang terdekat kita, teman, sahabat, rekan kerja, rekan belajar, tetangga dan orang-orang di sekitar kita lainnya. Semakin meluasnya gerakan tidak ada kompromi dengan terorisme, maka semakin sempit pula gerakan penyebaran pemahaman ektrim dan radikal di Indonesia. Tentu saja tujuan akhirnya adalah Indonesia bebas dari gerakan dan paham destruktif tersebut untuk Indonesia damai.