14 Tahun BNPT : Membaca Tantangan Ideologi JI, AI dan Komitmen Penanggulangan Terorisme

14 Tahun BNPT : Membaca Tantangan Ideologi JI, AI dan Komitmen Penanggulangan Terorisme

- in Narasi
110
0
14 Tahun BNPT : Membaca Tantangan Ideologi JI, AI dan Komitmen Penanggulangan Terorisme

Tahun 2023 telah tercatat dalam sejarah terorisme di Indonesia sebagai zero terrorist attack. Lalu, bubarnya Jamaah Islamiyah (JI) adalah pencapaian penting dalam upaya penanggulangan terorisme di Indonesia. Berikutnya, BNPT merayakan ulang tahun ke 14 dalam sejarah penanggulangan terorisme di Indonesia. Tentu itu menjadi salah satu kado istimewa dalam persoalan kebijakan pencegahan. Namun, itu bukanlah akhir dari perjuangan.

Ancaman radikalisme dan terorisme tetap ada dan dapat muncul kembali dengan bentuk dan metode yang berbeda. Terorisme bukan kejahatan biasa yang hanya dilandasi balas dendam, kebutuhan, dan kepentingan pribadi. Terorisme menyangkut ide yang diperjuangkan sebagai arah gerakan teror itu sendiri. Ideologi tidak ada kata mati.

Tantangan baru yang dihadapi masyarakat global adalah munculnya Articial Intelligence (AI) yang ke depan diprediksi akan merubah cara baru dalam mengubah masyarakat. Tentu saja, akan bermanfaat bagi manusia, tetapi juga memiliki efek ganda yang tidak bisa dihindari.

Oleh karena itu, komitmen untuk menanggulangi radikalisme dan terorisme harus tetap kuat dan terus ditingkatkan. Penanggulangan ini perlu dilakukan secara komprehensif dari hulu ke hilir, mencakup upaya preventif, edukatif, hingga penindakan hukum yang tegas dan adil. Penanggulangan radikalisme dan terorisme tidak bisa hanya mengandalkan satu pendekatan saja. Diperlukan strategi yang melibatkan berbagai pihak dan aspek kehidupan.

Pendekatan dari hulu, seperti pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, bertujuan untuk mencegah radikalisasi sejak dini. Pendidikan yang mencakup nilai-nilai toleransi, penghormatan terhadap perbedaan, dan pemahaman agama yang moderat menjadi kunci dalam membentuk karakter generasi muda yang tahan terhadap ideologi radikal.

Di sisi lain, pendekatan dari hilir, seperti penegakan hukum dan rehabilitasi, diperlukan untuk menangani individu yang sudah terpapar radikalisme dan memastikan mereka tidak kembali ke jalan kekerasan. Termasuk bagaimana mendampingi mantan JI agar tidak menjadi liar ke berbagai lini setelahnya organisasinya membubarkan diri.

Di samping aspek keamanan nasional, pemahaman keagamaan moderat juga memainkan peran krusial dalam membangun fondasi Indonesia Emas. Pendidikan agama yang moderat dan inklusif bukan hanya menawarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai keagamaan, tetapi juga membantu mencegah pemahaman yang keliru dan ekstrem dari ajaran agama. Organisasi keagamaan dan lembaga pendidikan Islam memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat tentang arti sebenarnya dari toleransi dan kasih dalam Islam, yang esensial dalam membentuk karakter generasi mendatang.

Teknologi tidak hanya menjadi alat untuk mendeteksi ancaman, tetapi juga sebagai sarana untuk menyebarkan pesan perdamaian dan kebijaksanaan. Penggunaan platform online mutakhir, yang didukung oleh kecerdasan buatan untuk memoderasi dan mengelola konten, membantu memastikan bahwa informasi yang disebarkan adalah akurat, relevan, dan mendukung perdamaian. Inovasi seperti ini memperkuat upaya dalam melawan propaganda radikal dan mendidik masyarakat tentang nilai-nilai fundamental kasih, harmoni, dan keadilan dalam masyarakat Indonesia.

Teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dapat digunakan untuk menganalisis dan mendeteksi pola perilaku yang mencurigakan di media sosial dan platform online lainnya. Dengan algoritma yang canggih, AI dapat mengidentifikasi konten yang berpotensi radikal dan memberikan peringatan dini kepada pihak berwenang. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk menyebarkan konten positif yang mempromosikan nilai-nilai perdamaian dan toleransi. Platform-platform online dapat menjadi ruang bagi dialog antaragama dan antarbudaya yang konstruktif, membantu masyarakat memahami dan menghargai perbedaan.

Pendekatan pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, industri, masyarakat sipil, dan media menjadi kunci dalam menanggapi tantangan radikalisme dan terorisme secara komprehensif. Pemerintah dapat menyediakan kerangka kebijakan yang mendukung, sementara akademisi dapat melakukan penelitian yang relevan untuk mengembangkan metode edukasi yang efektif. Industri, terutama sektor teknologi, dapat menyediakan platform dan teknologi yang diperlukan, sedangkan masyarakat sipil dan media dapat berperan dalam menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran publik. Kolaborasi ini memungkinkan terciptanya program-program yang komprehensif dan terintegrasi.

Dengan strategi yang komprehensif dan kolaboratif, Indonesia dapat membangun generasi yang kuat dan tahan terhadap pengaruh radikalisme. Pemahaman keagamaan moderat, penggunaan teknologi yang bijak, dan pendidikan literasi digital yang baik akan membentuk karakter generasi mendatang yang siap membawa Indonesia menuju usia Emas pada tahun 2045. Komitmen anti-kekerasan harus terus digelorakan, tidak hanya untuk keamanan saat ini, tetapi juga sebagai fondasi bagi masa depan yang damai dan berkeadilan.

Facebook Comments