Media Distancing dalam Perspektif Ilmu Hadis

Media Distancing dalam Perspektif Ilmu Hadis

- in Narasi
1577
0
Media Distancing dalam Perspektif Ilmu Hadis

Beragam peristiwa dalam kehidupan masyarakat melahirkan bergam opini. Hal tersebut menjadikan kehidupan masyarakat terkooptasi dan cenderung merugikan bagi keberadaan ummat manusia. Kerugian tersebut tidak saja rekatnya dimensi kemanusiaan persaudaraan di antara manusia dalam keluarga dan masyarakat melainkan juga dalam dimensi lain yakni harta benda dan kerusakan infrastruktur lainya serta bangunan fisik tertentu bahkan korban jiwa. Pelajaran kasus Papua dan Manokwari menjadi bagian yang harus dijadikan instropeksi. Sehingga, korban jiwa dan harta tersebut dapat diminimalisir.

Kenyataan di atas harus juga menjadi kewaspadaan yang mendalam bagi seluruh komponen bangsa. Hal tersebut terkait erat dengan musibah Conona atau Covid-19 yang tengah mewabah seantero dunia dengan korban lebih dari 35 ribu orang meninggal. 221 negara kini sedang melawan ganasnya perkembangan virus yang mematikan yang tersebar di seluruh dunia yang awalnya hanya terjadi di Wuhan China. Kenyataan ini juga menjadi keprihatinan seluruh komponen bangsa Indonesia yang sejak Maret awal sampai awal April 2020 korban meninggal sudah mencapai ratusan orang. Jumlah tersebut belum termasuk yang postif terkena virus mematikan tersebut yakni dalam angka 1677 orang data tanggal 1 April 2020.

Korban yang banyak dalam jumlahnya dan cepatnya virus tersebut berkembang menyebabkan beragam tindakan medis harus diterapkan. WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah menyarankan pentingnya jaga jarak aman antar manusia satu dan lainnya. Istilah awalnya awalnya dikenal dengan social distancing. Namun, istilah tersebut diubah menjadi pysical distancing. Kenyataan tersebut terkait erat dengan problem distancing yaitu jaga jaraknya bukan secara sosial melainkan secara fisik. Fisik berjarak akan menjadi sarana penyembuhan karena wabah ini berpindah satu orang ke orang lainnya melalui interaksi dengan jabatan tangan. Sehingga dalam hal ini diperlukan untuk kebersihan tangan dan tubuh agar terhindar sebagai media penularan.

Hal lain yang memperihatinkan adalah munculnya beragam informasi yang menyesatkan dan ujung-ujungnya tidak benar. Kelahiran tersebut memang tidak bisa dihindari di era teknologi informasi dan kebebasan berpendapat, namun sebagai bangsa yang bermartabat dan memiliki kearifan lokal tersensiri, Indonesia dan masyarakat di dalamnya harus memiliki filter yang kuat dalam menerima dan melakukan share atas segala informasi yang diproduksi di era kekinian. Hal ini melahirkan media distancing dengan melihat sumbernya. Informasi yang sahih berasal dari ahlinya menjadi bagian informasi yang dapat dishare dan di beragam media agar keberadaan pandemi wabah Corona ini menjadi bagian dalam mengembangkan kesatuan bangsa dan bukan sebaliknya menjadi bagian yang melahirkan ketakutan yang berlebihan.

Media Distancing ini setidaknya ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya yang menderita akibat Covid-19. Informasi yang positif dapat memberikan efektif penyembuahan lebih cepat dari pada mereka yang menerima informasi yang negatif seperti jumlah mereka yang terkena Covid dan yang meninggal. Semangat dan kebahagiaan merupakan sarana yang menjadi penentu keberhasilan. Oleh karena itu share kebaikan menjadi kewajiban ummat Islam dan seluruh komponen bangsa. Model informasi ini akan menjadi penentu dalam kehidupan para korbannya untuk harapan hidup yang lebih besar.

Baca Juga : Media distancing dan literasi keluarga; Meredam kepanikan di tengah infodemik corona

Informasi Covid-19 dalam bingkai keagamaan dapat diidentikkan dengan proses penerimaan dalam Hadis sebagai ajaran Islam. Untuk menentukan kualitas hadis atau berita yang benar diperlukan upaya yang sungguh-sungguh atas pembawa berita dan mereka yang menjadi reporter harus memiliki kehalian dan memiliki kualitas intelektual yang baik. Hal tersebut dalam bahasa Ilmu Hadis dikenal dengan ketersambungan sanad, adil dan kedhabitan periwayat atau reporter. Keberadaan hadis menjadi penting dilakukan penelitian seiring lahirnya hadis palsu dan beragam peristiwa politik dan keinginan atas pembuat hadis yang bohong. Atas dasar eksternal itulah, ulama ahli hadis menjaga ketat siapa sumber berita. Hanya mereka yang memiliki standar tertentu diterima.

Standar Adil atas periwayat hadis ditentukan kualitas keimanan dan keyakinannya. Selain itu, mereka yang terlibat juga memiliki akal yang sehat dan dapat dipertanggungjawabkan kegiatannya. Hal ini yang penting adalah menjaga sopan santun dalam kehidupan keseharian. Dalam beberapa hal, ulama Sunni cenderung protektif atas aliran yang berlembang pasa saat itu. Mereka yang bukan ahl al-sunnah, periwayatnya tidak dapat diterima seperti tasayyu’. Sebaliknya, di kalangan Syi’ah dapat diterima namun tidak sampai derajat sahih melainkan qawi atau kuat.

Informasi media menjadi bagian penting seperti hadis Nabi saw. Proses keberadaannya sangat penting dalam kehidupan kekinian yang cenderung melahirkan media yang tidak mempromosikan kerukunan di Indonesia. Tujuan mulia tersebut sebenarnya sama dengan sumber ajaran Islam yang dikenal dengan Islam yang rahmat bagi seluruh alam dan bukan sebagai agama yang meresahkan. Telaah media menjadi penting, mereka yang dalam lingkungan media tersebut dapat dilihat melalui apa yang dilakikan ulama hadis yaitu penilaian kualitas berita. Banyaknya orang yang menyebarkaan hoax dan kebiasaan kurang dewasanya masyarakat dalam menyikapinya berita menjadikan kebiasaan ini terus berlanjut. Upaya kepolisian dalam membrantas berita yang tidak benar harus terus dilanjutkan. Upaya tersebut akan menjadi edukasi masyarakat luas agar wabah ini cepet berlalu da bukan infirmasi yang tidak benar. Masyarakat juga harus mampu menahan dan menjadikan informasi hoax untuk tidak dibagikan dan selanjutnya dilihat sumbernya. Langkah tersebut menjadi bagian media distancing dalam meraih kebermaknaan hidup bersama dengan baik pula. Melalui keilman hadis seperti rijal al-hadis yang digunakan dalam meneliti reporter dan pihak-pihak lain seperti media perlu dilakukan kritik agar berita yang ada dapat berguna dan menjadi perekat dalam kehidupan berbangsa.

Facebook Comments