Upaya Mengkafirkan Pancasila

Upaya Mengkafirkan Pancasila

- in Narasi
334
0
Upaya Mengkafirkan Pancasila

Kesaktian Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Oktober sebagai penghormatan terhadap para Pahlawan Revolusi yang gugur dalam upaya keduta 30 September 1965. Peristiwa ini sangat bersejarah sebagai bagian dari bukti Pancasila yang sakti yang lolos dari ujian makar, penolakan dan upaya mengganti dasar negara ini.

Tentu di usia yang 75 Tahun sejak dirumuskan dan disepakati, Pancasila banyak melewati rintangan dan ujian sebagai falsafah berbangsa. Setelah kemerdekaan, ia mendapatkan ujian, tujuh kata sila pertama harus dihapus. Lalu, Pancasila menghadapi ujian pemberontakan, aksi makar ingin mengganti dasar negara ini.

Pancasila tetap kokoh sebagai payung pandangan bersama dalam berbangsa dan bernegara. Apakah berarti Pancasila tanpa ujian?

Banyak sekali ideologi yang secara laten ingin terus merongrong kesaktiannya. Bahkan ada pula dengan cara membenturkan antara Pancasila dengan agama. Pancasila seringpula disebut dengan thagut (berhala), Pancasila adalah sistem kafir dan Pancasila tidak sesuai dengan agama.

Slogan ini memang tidak nampak secara publik, tetapi berada dalam propaganda di bawah tanah. Tidak jarang pula generasi saat ini yang buta sejarah mengamininya. Anggapannya bahwa Pancasila dianggap bukan sistem sesuai dengan syariat dan harus diganti.

Pancasila dalam Berbangsa dan Beragama

Tentu, kita harus banyak belajar dari sejarah bagaimana para pendiri bangsa ini telah berdealektika dengan santun dalam merumuskannnya. Generasi saat ini harus memahami sejarah sekaligus argumen yang melatari kenapa Pancasila menajdi Sakti sebagai pengikat persaudaraan berbangsa hingga saat ini.

Apakah Pancasila berdiri sebagai falsafah yang mengganti agama?

Pancasila adalah falsafah berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat yang multikultural. Apancasila tidak menggantikan agama dan Pancasila tidak melawan Agama. Pancasila tidak ditempatkan sebagai agama lalu membuang agama dalam bernegara dan berbangsa.

Pancasila adalah rumusan dan falsafah bernegara sebagai gerbang untuk menjamin agama berangkulan dalam membangun bangsa secara bersama-sama. Agama itu adalah keyakinan yang dipeluk oleh semua masyarakat Indonesia, sementara Pancasila adalah falsafah berbangsa dan berengara. Tidak perlu dipertentangkan apalagi dikafirkan.

Apakah Pancasila bertentangan dengan agama?

Berbagai sila dalam Pancasila adalah perasan dari kearifan masyarakat dan ajaran agama. Sila pertama dalam Islam selaras dengan doktrin tauhid,qul huwa Allahu Ahad“Katakanlah (wahai Muhammad) Dia adalah Allah, (Tuhan) yang Maha Esa. Begitu pula prinsip kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan merupakan nilai-nilai yang ada dalam setiap agama, terutama Islam. Tidak ada satupun sila dan nilai Pancasila yang bertentangan apalagi menolak ajaran agama.

Pancasila selaras dengan syariat agama. Semua sila berorientasi kepada kebaikan dan kemaslahatan masyarakat secara umum. Tidak ada satu agama yang di anak emaskan dan menganak tirikan agama yang lain. Demikian juga etnis, ras, suku dan golongan semua diayomi dan dilindungi hak-haknya secara utuh.

Lalu, tidak cerdas jika membandingkan Pancasila dengan Kitab Suci setiap agama. Sangat kurang berakal jika menyandingkan Pancasila dengan aturan beragama. Pancasila harus disandingkan dengan suatu pedoman dan piagam dalam bernegara yang menjamin kesetaraan dan kemashlahatan.

Rasulullah telah memberikan contoh bagaimana membangun masyarakat yang plural dengan Piagam Madinah yang sangat fenomenal. Rasulullah tidak mendasarkan Madinah atas Al-Qur’an, tetapi menyerap nilai-nilai al-Quran dalam menjamin dan melindungi kemashlatan dalam poin-poin Piagam Madinah.

Lalu, apakah Piagam Madinah karena tidak secara eksplisit menyebutkan berdasarkan al-Quran berarti sistem peraturan kufur dan thagut? Orang berakal dan berilmu akan tahu jawaban yang benar dan baik. Selamat Memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

Facebook Comments