Di setiap momentum perayaan HUT RI pada 17 Agustus, selalu ada orang atau kelompok tertentu yang sengaja memprovokasi umat agar tidak menyanyikan lagu Indonesia raya. Anggapan-nya, “tidak berguna dan lebih baik ngaji Al-Qur’an”. Bahkan, hormat bendera merah putih dianggap “haram”. Karena, seolah dianggap “menyekutukan Tuhan”.
Persepsi yang semacam ini, berafiliasi terhadap satu pandangan, bahwa mencintai tanah air akan mengurangi kadar keimanan dan keislaman kita. Padahal, dengan kita menyanyikan lagu Indonesia raya sambil menghormati bendera merah putih, hingga terbetik dalam hati dan tertanam dalam pikiran kita untuk (setia menjaga negeri ini), merupakan satu simbol penting kenapa kita dijadikan khalifah di muka bumi ini Khalifah fil ardh. Beserta jawaban yang jelas maksud dari Baldatun tayyibatun warabun ghafur.
Maka, sangat relevan jika KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa bahwa “hubbul wathan minal iman”, bahwa mencintai tanah air adalah sebagian dari iman. Karena, hal demikian, sebagaimana dalam titik pembahasannya terhadap nyanyian Indonesia raya beserta hormat bendera merah putih, itu merupakan satu simbol untuk mengekspresikan semangat kita bahwa (kita perlu menjaga bumi ini).
Sebagaimana pesan Allah SWT kepada kita di dalam Al-Qur’an, bahwa kita adalah khalifah di muka bumi ini. Maka, apa yang salah dari lagu Indonesia raya yang nilai-nilai di dalamnya justru sangat relevan dengan prinsip Islam tentang cara kerja sebagai khalifah untuk menegakkan negara yang baik beserta penuh pengampunan Tuhan itu sendiri? Karena kalau kita amati, semua point lirik dari lagu Indonesia raya itu hampir semua bait ingin membangun semangat kita untuk menjaga tanah air atau menjaga bumi Indonesia agar aman, damai, nyaman dan berperadaban.
Begitu juga dengan hormat bendera merah putih. Ini bukan semata-mata kita menyekutukan Tuhan. Tetapi, ini satu ekspresi non-transendental dan mencakup simbolisasi etis akan kesadaran yang universal di setiap kita. Untuk mengabdi, setia dan berkorban untuk mempertahankan NKRI.
Maka, sebagai persepsi yang salah jika menganggap bahwa menyanyikan lagu Indonesia raya itu haram. Serta menghormati terhadap bendera merah putih dianggap menyekutukan Tuhan. Hingga, satu kesimpulan yang cukup keliru menganggap bahwa mencintai tanah air akan mengurangi kadar keimanan dan keislaman kita. Padahal, itu hanyalah simbol “perangsang” bagi kita untuk bisa terbangun akan kecintaan kita terhadap tanah air.
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW sendiri yang begitu setia, cinta dan peduli terhadap tanah airnya. Bagaimana beliau ketika diusir dari Makkah dan sebelum menuju ke Madinah, beliau tidak serta-merta meninggalkan kota Makkah begitu saja. Beliau berkata sambil menghadap Makkah dan mengambil tanah “Andai mereka tidak mengusirku, niscaya aku tidak akan meninggalkanmu wahai kota Makkah”. Jadi, betapa cintanya Nabi Muhammad SAW terhadap tanah airnya tanpa mengurangi kadar keimanan dan keislaman beliau.
Jadi, ini sebagai satu bukti penting bahwa mencintai tanah air sejatinya tidak akan mengurangi kadar keimanan dan keislamanmu. Sebagaimana dalam ekspresi menyanyikan lagu Indonesia raya sambil menghormati bendera merah putih.
Karena dengan cara seperti itulah, nasionalisme kita untuk tetap menjaga negeri ini agar tetap aman, damai, nyaman dan berperadaban merupakan satu (jalan etis) dari prinsip Islam itu sendiri akan hikayat kita sebagai khalifah di muka bumi ini khalifah fil ardh. Serta bagaimana kita juga dituntut untuk membangun dan berjuang untuk menegakkan negara yang baik dan penuh dengan pengampunan Tuhan Baldatun tayyibatun warabun ghafur