Cerita Dari Sudan: Islam yang Berkeadaban

Cerita Dari Sudan: Islam yang Berkeadaban

- in Peradaban
4330
0

Sudan adalah salah satu negara Arab yang terletak di Afrika Timur, berbatasan dengan Mesir, Libya, Ethiopia, Chad, Eritrea dan Saudi Arabia di bagian Laut Merah dengan jumlah penduduk lebih dari 30 juta jiwa. 80% masyarakat Sudan adalah pemeluk agama Islam, 15 % non-Islam dan 5% menganut animisme. Salah satu anugerah Allah yang dimiliki Sudan adalah potensi alam yang melimpah, seperti emas, minyak, pertambangan, pertanian dan aliran dua sungai Nil yaitu, White Nile dan Blue Nile yang tidak pernah kering sepanjang masa.

Sejak tahun 1989, pemerintah Sudan telah memberlakukan syariah Islam dalam beberapa aspek, salah satunya adalah sistem ekonomi dalam negeri. Sementara untuk urusan politik, pemerintah Sudah tetap menganut sistem demokrasi dengan bentuk negara republik. Nama resmi dari negara yang memiliki wilayah terluas di dataran Afrika dan Arab ini adalah Republic of Sudan.

Pemberitaan media asing yang selama ini cenderung menampilkan Sudan sebagai negara yang dilanda konflik internal kerap memunculkan persepsi dan gambaran negatif tentang negara yang beribukotakan Khartoum ini. Padahal negeri ini relatif aman, konflik internal yang melibatkan pertikaian antar suku hanya terjadi di provinsi Darfur yang terletak di bagian Barat Sudan. Konflik ini memang telah mengundang intervensi asing termasuk PBB yang hingga kini masih menempatkan ribuan pasukan perdamaian di wilayah konflik itu. Pemerintah Indonesia juga mengirim bantuan berupa penempatan sejumlah TNI dan Polri untuk ikut menjaga dan memelihara perdamaian yang telah dicapai oleh pemerintah Sudan dengan kelompok-kelompok pemberontak sejak tahun 2006.

Pada tahun 1997 pemerintah AS pernah mengenakan sanksi kepada Sudan karena menganggap pemerintah Sudan memberikan perlindugan terhadap kelompok teroris seperti Osama Bin Laden, negara ini pun kemudian dimasukkan sebagai salah satu dari negara pendukung terorisme oleh AS. Pertanyaannya, apakah orang-orang Sudan banyak yang terlibat dalam kegiatan terorisme? atau apakah pemerintah mendukung terorisme sehingga AS menganggp Sudan sebagai negara pendukung teroris? Dan apakah di Sudan sering terjadi aksi terorisme sebagaimana yang terjadi di beberapa negara selama beberapa tahun terakhir ini?

Sejauh pengamatan penulis selama berdomisili di Sudan, tidak pernah sekalipun terjadi aksi terorisme, pemerintah setempat juga sangat anti terhadap terorisme. Mereka bahkan memiliki Badan resmi tersendiri yang khusus menangani penanggulangan terorisme melalui pendekatan lunak dan penegakan hukum. Masyarakat Sudan sendiri memiliki tipe yang anti kekerasan, sangat mirip dengan budaya Indonesia yang sangat menghormati orang lain dan peduli terhadap sesama.

Masyarakat Sudan sangat sederhana, mereka mencintai perdamaian dan menerima perbedaan. Kelompok-kelompok Islam radikal sangat jarang ditemui di negeri ini, umumnya mereka yang dianggap radikal adalah pendatang dan tidak menetap di Sudan. Mereka inilah yang sering kali menjadi malapetaka bagi rakyat dan pemerintah Sudan, karena ulah mereka telah mencoreng nama Sudan baik dalam tingkat regional maupun internasional. Hal ini sebagaimana yang terjadi ketika Osama Bin Laden berdomisili di Sudan beberapa tahun lalu setelah diusir oleh pemerintah Arab Saudi .

Tingkat pemahaman rakyat Sudan terhadap agama sangat positif dan komperehensif, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh radikalisme dan propaganda atasnama agama yang berbeda dengan budaya dan karakteristik masyarakatnya, termasuk pemahaman keagamaan yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari mereka yang tetap mempertahankan budaya keakraban serta nasionalisme tinggi. Meskipun berbatasan dengan wilayah Arab dan mayoritas warganya Muslim, masyarakat Sudan mengenakan pakaian khas mereka yang sama sekali berbeda dengan orang-orang Arab lainnya.

Demikian pula dalam menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan, masyarakat Sudan tetap menjalin keakraban meskipun mereka memiliki perbedaan dalam beberapa hal, seperti tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad saw dan Isra Miraj. Mereka menyadari bahwa perbedaan adalah rahmat, terutama selama perbedaan tersebut tidak menyentuh masalah-masalah esensi agama, seperti aqidah dan syariah.

Fakta kehidupan inilah yang membuat masyarakat Sudan tidak mudah terpengaruh dan tunduk pada kepentingan-kepentingan tertentu. Ketika ISIS mulai menyebarkan sayapnya ke sejumlah negara Arab, pemerintah dan tokoh agama setempat secara tegas menentang dan melarang organisasi ini masuk ke wilayah Sudan dan menghimbau seluruh rakyat Sudan agar tidak terpengaruh dengan propaganda-propaganda ISIS yang dinilai keluar dari ajaran Islam. Sikap tegas pemerintah dan tokoh agama ini menjadi arahan bagi masyarakat dalam menyikapi pengaruh-pengaruh kelompok yang teroris ini.

Sebagai bangsa yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama islam serta memiliki tradisi budaya luhur, masyarakat Indonesia semestinya menyadari pelaksanaan syiar-syiar Islam di tanah air sudah lebih dari cukup untuk mengaktualisasi diri ke dalam nilai-nilai Islam yang sebenarnya, tanpa harus terpancing dengan propaganda-propaganda kelompok radikal yang justru bertentangan dengan budaya lokal dan prinsip-prinsip dasar agama Islam.

Lebih jauh dari itu, negara telah menjamin hak-hak setiap pemeluk agama untuk menjalankan ritual agamanya sesuai dengan keyakinan yang dianut, sehingga tidak perlu melakukan tindak-tindak kekerasan untuk memaksakan kehendak, karena hal itu bertentangan dengan perintah agama serta tradisi budaya Indonesia.

Facebook Comments