Media maya atau internet telah menjadi alat yang kuat dalam menyebarkan informasi dan mempengaruhi opini publik. Dalam konteks ini, peran dai atau pemimpin agama memainkan peran penting dalam mempromosikan moderasi beragama dan meredam radikalisme di dunia maya.
Data menunjukkan bahwa penggunaan internet dan media sosial secara luas telah meningkat secara signifikan di berbagai belahan dunia. Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite, pada Januari 2021, lebih dari 4,66 miliar orang di seluruh dunia menggunakan internet, dengan 3,96 miliar pengguna media sosial aktif. Jumlah ini terus meningkat setiap tahun, sehingga penting bagi dai untuk memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan pesan moderasi dan toleransi.
Dai memainkan peran sentral dalam menghadapi tantangan radikalisme dan ekstremisme agama di dunia maya. Mereka dapat menggunakan keahlian mereka dalam agama dan teologi untuk menyampaikan pesan yang menekankan pentingnya toleransi, saling pengertian, dan persatuan. Dalam laporan UNESCO tahun 2019 tentang penggunaan media sosial untuk tujuan ekstremis, disebutkan bahwa melibatkan pemimpin agama dalam upaya pencegahan dapat secara signifikan mengurangi pengaruh kelompok radikal di media sosial.
Mereka dapat menggunakan platform media sosial atau kanal YouTube mereka untuk menyelenggarakan diskusi virtual, webinar, atau tanya-jawab interaktif dengan partisipasi dari berbagai agama. Ini akan memberikan kesempatan bagi umat beragama untuk saling bertukar pemikiran, memecahkan miskonsepsi, dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang keyakinan dan praktik agama yang berbeda.
Selain itu, dai juga dapat memanfaatkan media maya untuk memberikan penjelasan dan pemahaman yang benar tentang agama mereka kepada publik yang lebih luas. Dalam survei yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2019, ditemukan bahwa media sosial seringkali menjadi sumber informasi utama bagi banyak orang. Oleh karena itu, dengan menyediakan konten yang akurat, ilmiah, dan moderasi tentang agama, dai dapat membantu menghilangkan stereotipe, prasangka, dan ketakutan yang sering terkait dengan agama tertentu.
Terdapat juga bukti empiris bahwa dai yang aktif di media sosial dapat memiliki dampak positif dalam menyebarkan moderasi beragama. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Scholars at Risk pada tahun 2018 menunjukkan bahwa penggunaan media sosial oleh para pemimpin agama dapat mempengaruhi pemikiran dan perilaku masyarakat dalam hal toleransi agama. Dalam studi ini, terungkap bahwa dakwah yang dilakukan oleh dai melalui media sosial telah membantu mengurangi tingkat radikalisasi dan mempromosikan dialog antaragama yang konstruktif.
Hal ini ikut menggarisbawahi bahwa dai dapat menjadi contoh nyata dalam menerapkan moderasi beragama di dunia maya. Dengan memperlihatkan sikap yang tenang, penuh kasih, dan terbuka terhadap perbedaan, mereka dapat menjadi panutan bagi pengikut mereka. Dai dapat menggunakan platform media sosial mereka untuk membagikan kisah inspiratif, pengalaman pribadi, dan contoh nyata tentang bagaimana mempraktikkan nilai-nilai moderasi agama dalam kehidupan sehari-hari. Data menunjukkan bahwa ketika seseorang memiliki tokoh agama yang mempraktikkan moderasi sebagai contoh, mereka cenderung menerapkan nilai-nilai tersebut dalam hidup mereka sendiri.
Namun, dalam menghadapi tantangan di dunia maya, dai juga harus menghadapi risiko penyebaran pesan radikal dan ekstremis. Tidak jarang terjadi penyebaran pemahaman agama yang sempit, diskriminatif, atau bahkan memprovokasi kekerasan. Oleh karena itu, penting bagi dai untuk melibatkan diri secara aktif dalam pendidikan dan pelatihan yang mendukung moderasi beragama, pemahaman yang akurat, dan dialog antaragama yang harmonis.
Seorang dai harus memahami bagaimana kelompok radikal bekerja dan bagaimana konten radikal tersebut dijalankan. Dengan memahami skema tersebut, seorang dai tidak akan terjebak pada ilusi yang akan menjerat mereka pada kesesatan teori yang dikendalikan oleh pelaku teror.
Dalam era digital ini, peran dai dalam menyebarkan moderasi beragama di media maya sangat penting. Data dan fakta menunjukkan bahwa pengaruh internet dan media sosial terhadap opini publik semakin besar. Dengan menggunakan platform ini secara bijak, dai dapat mempromosikan moderasi, toleransi, dan pemahaman yang benar tentang agama. Namun, penting juga bagi dai untuk memperhatikan risiko dan tantangan yang ada, serta terlibat dalam upaya pendidikan dan pelatihan untuk memerangi radikalisme dan ekstremisme agama. Dengan demikian, peran dai dalam menyebarkan moderasi beragama di media maya dapat membantu membangun masyarakat yang inklusif, toleran, dan harmonis.