Transformasi ideologi mantan narapidana terorisme dan peran mereka sebagai agen perdamaian memiliki implikasi besar terhadap tingkat keberhasilan deradikalisasi. Transformasi ideologi narapidana terorisme setelah menjalani hukuman dan pembinaan bukan hanya perubahan sikap, namun juga bukti bahwa keberhasilan dalam meresapi pemahaman yang moderat dapat terwujud.
Proses perubahan tersebut mencakup penolakan terhadap kekerasan, pemikiran yang terbuka terhadap pluralitas dan penerimaan terhadap nilai-nilai kebangsaan. Pemahaman yang moderat menggantikan sikap radikal, menciptakan ruang untuk partisipasi konstruktif dalam masyarakat, termasuk salah satunya adalah penerimaan terhadap sistem demokrasi melalui Pemilu.
Pemilu 2024 yang sebentar lagi dihadapi masyarakat Indonesia bukan sekadar agenda politik biasa. Ini adalah ujian konkret untuk melihat sejauh mana keberhasilan program deradikalisasi dan apakah mantan narapidana terorisme dapat berperan sebagai agen perdamaian. Mereka yang dulunya terlibat dalam aksi kekerasan kini memiliki peluang untuk membuktikan bahwa damai bukan hanya cita-cita, tetapi sebuah kenyataan yang bisa diwujudkan.
Bagi kelompok radikal Pemilu merupakan sistem yang bertentangan dengan ideologi mereka. Bahkan dalam keyakinan yang esktrem Pemilu adalah sistem yang bertentangan dengan keyakinan mereka. Karenanya, mereka tidak hanya menolak Pemilu tetapi dalam kasus tertentu ingin menggagalkannya dengan aksi teror.
Deradikalisasi yang dilakukan oleh BNPT terhadap narapidana dan mantan narapidana terorisme akan menjadi ukuran sejauhmana mereka mengadopsi pemikiran yang lebih terbuka. Pemilu damai menjadi cermin bagi keberhasilan program deradikalisasi. Partisipasi para narapidana terorisme dan mantan narapidana terorisme sebagai penyambung pesan perdamaian menjadi indikator sejauh mana proses transformasi telah memengaruhi keterlibatan mereka dalam proses demokrasi.
Para mantan napiter yang bertransformasi menjadi pelopor pesan perdamaian adalah kunci. Dengan pengalaman pahit dari masa lalu, mereka memiliki keunikan dalam memberikan perspektif tentang bahaya radikalisme dan betapa pentingnya masyarakat hidup harmonis.
Tantangan yang dihadapi oleh para napiter tidaklah kecil. Terkadang mereka dihadapkan pada resistensi dan ketidakpercayaan masyarakat. Namun, dedikasi mereka dalam menyuarakan pesan perdamaian dan mengajak teman-teman sejalur untuk merenungkan kembali pilihan hidup, adalah langkah berani untuk menciptakan perubahan positif.
Prinsip syura, keadilan, dan hak asasi individu menjadi landasan bagi keterlibatan mereka dalam proses demokrasi. Pemilu adalah wujud dari konsep syura yang menekankan pentingnya konsultasi dan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Mantan napiter yang bertransformasi dapat memberikan kontribusi berharga melalui pengalaman mereka, menjadi bagian dari musyawarah yang mencerminkan semangat demokrasi.
Transformasi napiter dan peran mereka dalam pemilu damai bukan hanya mengevaluasi keberhasilan deradikalisasi, tetapi juga membuka pintu kedamaian. Dengan melibatkan mereka sebagai penyambung pesan perdamaian, masyarakat dapat menilai sejauh mana perdamaian dan toleransi dapat menjadi pilar demokrasi yang berkelanjutan.