Mewaspadai Fitnah dan Propaganda Kaum Radikal Berbasis AI

Mewaspadai Fitnah dan Propaganda Kaum Radikal Berbasis AI

- in Narasi
4
0
Mewaspadai Fitnah dan Propaganda Kaum Radikal Berbasis AI

Kemajuan Artificial Intelligence (AI) saat ini telah banyak disalahgunakan, termasuk oleh kaum radikal. Mereka mulai menyebarkan fitnah dan propaganda terorisme berbasis teknologi Deepfake AI. Dengan menciptakan konten video/foto yang tampak seolah nyata, namun sebenarnya itu palsu (hasil editan lewat AI).

Misalnya saat ini, di tengah ketegangan konflik antar Israel dan Iran. Tentu, kaum radikal pasti akan menciptakan konten palsu terkait konflik tersebut. Mereka dengan mudah memanfaatkan teknologi impersonation seperti Deepfake atau Chatboat AI. Seperti membuat sebuah video atau foto palsu terkait konflik Israel-Iran dengan tujuan mempropagandakan kebencian berbasis agama dan bahkan untuk merekrut simpatisan lewat konten palsu terkait konflik Israel-Iran yang seolah dianggap perang agama.

Di sinilah pentingnya bagi kita untuk waspada. Agar tak termakan oleh fitnah dan propaganda kaum radikal yang mereka buat. Sebab, beberapa jaringan teroris-radikal seperti jaringan teroris ISIS dan jaringan teroris Al-Qaeda saat ini tengah memanfaatkan AI sebagai alat propaganda (berbasis daring) untuk menyebarkan fitnah dan ajakan jihad teroris. Pola ini jauh lebih berbahaya karena foto dan video yang dibuat melalui Deepfake itu seperti nyata dan mampu mensugesti siapa saja yang melihatnya.

Tentu, menyikapi bahaya fitnah dan propaganda kaum radikal di era AI ini, kita sejatinya tak bisa lagi menggunakan prinsip instan dalam ber-sosial-media. Bahwa menerima kebenaran informasi, tak lagi berdasarkan apa yang tampak lewat foto/video di sosial media. Sebab foto atau video saat ini tidak hanya hasil jebretan kamera secara nyata, tetapi bisa dibuat oleh itu nyata hasil jebretan kamera.

Pentingnya Nalar Skeptisisme dalam Mencegah Fitnah dan Propaganda Radikalisme

Kemajuan teknologi dengan hadirnya AI memang membuat manusia semakin sulit membedakan antara yang fakta dengan yang sekadar fitnah/hoax’s. Namun, kita bisa mencegah fitnah dan propaganda radikalisme di era AI dengan kesadaran skeptisisme. AI bisa saja meniru wajah, suara dan bahkan gesture manusia hingga logika-kecerdasan manusia, tetapi AI tidak memiliki daya skeptisisme.

Nalar skeptisisme adalah sebentuk daya kritisme kita untuk selalu meragukan dan mempertanyakan kebenaran di balik konten yang terbesar di dunia maya. Baik lewat foto/video, misalnya tentang seputar konflik global, baik seputar tragedi kemanusiaan di Palestina atau konflik Israel-Iran dll. Kesadaran-nalar skeptisisme inilah yang membuat kita tak lagi menyimpulkan kebenaran berdasarkan sesuatu yang “tampak” tetapi menilai lebih dalam secara substansi (hakikat) yang tak tampak itu (fakta yang sebenarnya).

Karakter dari fitnah dan propaganda kaum radikal lewat AI ini memiliki 2 ciri. Pertama, mengarahkan pada kesadaran masyarakat agar tumbuh kebencian atas agama lain. Kedua, men-sugesti kesadaran masyarakat agar memiliki semangat untuk jihad di tengah konflik Global seperti konflik Israel-Iran yang kini mulai memanas. Dua karakter ini selalu menjadi inti-tujuan mereka memproduksi fitnah dan propaganda radikalisme lewat AI.

Lahirnya Foreign Terrorist Fighter (FTF) juga tak lepas dari keberhasilan kaum radikal dalam menyebarkan fitnah dan propaganda radikalisme-terorisme lewat bantuan AI ini. Mudahnya menerima dan percaya terhadap apa yang ditampilkan di sosial media, baik lewat foto atau-pun video hasil editan AI. Di sinilah mengapa skeptisisme penting di tengah pola hiperrealitas (kemauan AI) seperti yang disampaikan Jean Baudrillard.

Fenomena bahaya fitnah dan kejahatan propaganda kaum radikal lewat AI ini tak sekadar menjadi tantangan umat beragama. Sebab, peran tokoh agama/pemuka agama sangatlah penting dalam mengedukasi serta menyelamatkan umat dari berbagai fitnah yang dimainkan kaum radikal melalui kecerdasan buatan AI. Yakni menyadarkan umat, pentingnya nalar skeptisisme yang kuat, serta diimbangi dengan wawasan keagamaan yang inklusif, sehingga umat bisa terselamatkan dari segala fitnah dan propaganda kaum radikal.

Facebook Comments