Kemajemukan Indonesia di berbagai sendi kehidupan masyarakat termasuk agama menjadi tantangan tersendiri. Salah satunya adalah pergesekan yang seringkali terjadi di antara pemeluk agama yang berbeda. Ketika keyakinan terhadap suatu agama itu cenderung dimutlakkan, akan sangat berpotensi pada timbulnya pergesekan atau ketegangan.
Fenomena agama menarik untuk diperbincangkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia senantiasa mengkondisikan dirinya dalam hubungan mayoritas-minoritas. Hal itu terbukti dalam sejarah perjalanan bangsa yang panjang serta pengalaman-pengalaman konkrit yang hadir dalam realitas masyarakat Indonesia. Realitas itu nampak kembali melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Meningkatnya radikalisme agama di Indonesia menjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja diabaikan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan teror. Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi dan energi kemanusiaan serta telah merenggut hak hidup orang banyak termasuk orang yang sama sekali tidak mengerti mengenai permasalahan ini.
Fenomena ini memang bisa dipahami secara beragam, namun secara esensial, radikalisme agama umumnya memang selalu dikaitkan dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun ketegangan, pada akhirnya menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini sangat mendukung dan semakin memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.
Salah satu fokus dari kegiatan pencegahan radikalisme dan terorisme’ yang diselenggarakan oleh BNPT RI adalah bagaimana ‘PERAN TOKOH MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN RADIKALISME DAN TERORISME.’ Pertama-tama pertanyaan yang harus kita jawab adalah apa kewajiban dan peran dari seorang Tokoh Masyarakat, terhadap implementasi nilai-nilai ideologi bangsa dan bela negara dengan kebutuhan masyarakat yang dilayaninya.
Ternyata di tengah tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, tanpa batas ruang dan waktu, Arjun Appadurai, AntropologIndia kontemporer dalam studi globalisasi mengidentifikasikan 5 (lima) tipe saling keterkaitan secara global antar bangsa dan negara yaitu: 1. Ethno scapes (pergerakan manusia termasuk melintasi batas negara) 2. Finance scapes (aliran uang yang melintasi sekat-sekat Negara. 3. Ideo scapes (penyebaran gagasan dan ideology politik yang mendunia ), 4. Media scapes (penyebaran lintas budaya gambar-gambar media di layer computer, koran, televisi, dan radio), 5. Technos capes (penyebaran tekhnologi ke seluruh penjuru dunia).
Dalam konteks kehidupan lintas batas tersebut, tokoh masyarakat (TOMAS) mempunyai kewajiban luhur, dalam community development sebagai :
- TOMAS diminta untuk bersinergi dengan komponen bangsa berperan dan berupaya untuk membantu Pemerintah dalam mencegah Radikalisme dan Terorisme.
- Wujud Bela Negara setiap WNI harus memiliki solidaritas untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakatnya dan bersamanya pula mencari solusinya.
- SEMESTA dan BERSAMA agar efektif dan efesien terlibat dalam upaya pencegahan Radikalisme dan Terorisme.
Dalam menjalankan tiga peran penting di atas, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh TOMAS, pertama adalah mengetahui apa itu sebenarnya Radikalisme dan Terorisme, kedua sumbangsih apa yang bisa diberikan oleh para Tokoh Masyarakat sebagai orang yang dipanuti dalam upaya pencegahan Radikalisme dan Terorisme dan terakhir, yaitu Peran BNPT/FKPT dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di seluruh Indonesia. MARI CEGAH BERSAMA RADIKALISME DAN ANCAMAN TERORISME.