Membangun Jiwa Kompetisi Mahasiswa Sebagai Benteng Radikalisme di Kampus

Membangun Jiwa Kompetisi Mahasiswa Sebagai Benteng Radikalisme di Kampus

- in Narasi
1327
0

Saat ini dunia kampus memang menjadi sarang empuk penyebaran paham radikal. Banyak mahasiswa sekarang menjadi ladang penyebaran paham radikalisme, semua itu dipicu pemikiran mahasiswa banyak yang belum bisa melihat dari sudut pandang yang luas dalam mencerna suguhan-suguhan paham radikal dan ditambah pihak kampus kurang memantau mahasiswa. Jadi, mahasiswa butuh arahan dan pemantauan dalam semua kegiatannya di kampus. Baik itu kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), kegiatan Ikatan Mahasiswa Fakultas (IMF) maupun kegiatan Ikatan Mahasiswa Program Studi (IMPS), pihak kampus harus lebih jeli mengontrol kegiatan-kegiatan ini. Jangan sampai kegiatan-kegiatan kampus di salah gunakan untuk menyebarkan paham radikalisme, lebih mengejutkan lagi jika dosennya yang mendorong kegiatan itu.

Bisa kita lihat kasus HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang telah dibubarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) pada hari Rabu, 19 Juli 2017. Pembubaran HTI karena banyak kegiatannya tidak sesuai dengan Pancasila, mengancam ketertiban dan keutuhan negara, serta menyimpang dari konsep Bhinneka Tunggal Ika. HTI selalu memaksakan kekhilafahan di Indonesia dengan banyak menarik masa dari kalangan mahasiswa. Memang HTI telah dibubarkan tetapi bangsa kita harus tetap mem-waspadai Organisasi Masyarakat (Ormas) yang infiltrasi terhadap ideologi Pancasila melalui kampus.

Meningkatkan Intelektual Mahasiswa

Memang tidak sederhana meminimalisir penyebaran paham radikal yang terselubung dalam bungkus dakwah manis. Hal ini didukung berdasarkan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoneisa (LIPI) sejak pada tahun 2011 sudah menunjukkan adanya pola-pola gerakan radikal di Indonesia, salah satunya melalui penyusupan pada organisasi-organisasi kemahasiswaan tingkat kampus yang sebagian besar terdapat di perguruan tinggi non-keagamaan. Inilah bisa kita sebut dakwah manis berujung radikalis.

Dengan aktivitas keagamaan di sejumlah kampus-kampus terutama kampus umum yang akhir-akhir ini terus meningkat, maka patut diwaspadai. Pasalanya, peningkatan aktivitas ini disinyalir dapat menjadi tempat potensial berkembangnya aktivitas keagamaan yang eksklusif dan radikal. Hal ini menjadikan perguruan tinggi umum lebih mudah menjadi target rekrutmen gerakan-gerakan radikal, dibandingkan perguruan tinggi berbasis keagamaan. Semua ini terjadi karena kebanyakan mahasiswa tidak memiliki kegiatan selain perkuliahan di kampus. Terus, bagaimana membentengi paham radikal di kampus? Tentunya dengan membangun jiwa kompetisi mahasiswa baik di bidang akademik maupun non akademik.

Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNas) yang digelar di Gelanggang Olah Raga (GOR) Universitas Hasanuddin(UNHAS) Sabtu 13 Oktober 2017, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Kemahasiswaan melalui organisasi Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI). Pada tahun ini, POMNas XV 2017 diselenggarakan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan mempertandingkan 14 cabang olahraga yaitu : Atletik, Renang, Bola Basket, Bola Voli Indoor, Bulutangkis, Catur, Futsal, Karate, Kempo, Pencak Silat, Petanque, Renang, Sepak Takraw, Tarung Derajat, dan Tenis Lapangan. Untuk pertandingan eksebisi 2 cabang olahraga yaitu Selam dan Gateball.

Even olahraga bergengsi tingkat Mahasiswa yang diadakan sekali dalam dua tahun ini memperebutkan total 1394 medali terdiri dari 411 emas, 413 perak, dan 570 perunggu. Peserta berasal dari 34 provinsi dari seluruh Indonesia dimana provinsi atau daerah tersebut telah memiliki BAPOMI terdiri dari 3680 orang Mahasiswa yang berkompetisi. Dengan membangun jiwa kompetisi seperti POMNas mahasiswa memiliki kesibukan untuk mengasah bakat mereka bukanya malah ikut-ikutan paham tidak jelas juntrungnya. Pertanyaannya, sudah-kah semua kampus se-Indonesia mengikuti even POMNas ini? Ayolah, pihak kampus mari mendukung dan mensupport para mahasiswanya mengembangkan bakat-bakatnya.

Program Kreatifitas Mahasiswa

Menurut informasi SIMBelmawa, Senin 27 September 2017, menyatakan, “Layanan pengunggahan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2017 akan dibuka mulai tanggal 01 s.d 30 November 2017”. PKM ini menjadi ajang penyaringan kreatifitas mahasiswa se-Indonesia yang diakhiri dengan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Marilah mahasiswa menyusun proposal PKM untuk pendanaan tahun 2018, sebagai wujud kompetisi sehat. Tentunya, PKM ini memberi kegiatan positif mahasiswa.

PKM ini terdiri dari PKM-Penelitian, PKM-Kewirausahaan, PKM-Pengabdian Kepada Masyarakat, PKM-Penerapan Teknologi, PKM-Cipta Karsa dan PKM-Artikel Ilmiah. PKM ini menghimpun semua kreatifitas yang membangkitkan intelektual mahasiswa. Kampus di sini harus mendorong mahasiswanya ikut serta mengajukan proposal pendanaan PKM oleh pihak Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEKDIKTI). Harapannya, dengan adanya PKM ini memicu mahasiswa untuk lebih aktif mengali intelektualitasnya dan tidak mudah terpengaruhi oleh paham radikal.

Jadilah mahasiswa yang memiliki sudut pandang yang luas. Sudut pandang yang luas dapat digali melalui membaca buku, aktif perkulihan di kampus, ikut kegiatan UKM, ikut kegiatan IMF, ikut kegiatan IMPS dan berorganisasi. Harapanya, dengan memiliki sudut pandang yang luas mahasiswa tidak mudah terpengaruh oleh dakwah yang berujung mengajak ke paham radikal bahkan sampai ke terorisme. Mahasiswa juga wajib memupuk rasa cinta tanah air dan memegang Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Facebook Comments