Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Zaman Now

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Zaman Now

- in Pustaka
3915
0

Mengingat kata “pahlawan tanpa tanda jasa” kita akan selalu teringat pada guru-guru kita yang setiap harinya menemani perjalanan panjang kita menuju taman ilmu berhiaskan indahnya bunga pemahampaham. namun pertanyaannya adalah masihkan predikat “Pahlawan tanpa tanda jasa” ini relevan untung disandangkan pada guru zaman now?Dari dulu sampai sejauh ini memang belum ada standarisasi atau kriteria guru yang berhak diberi gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” namun, pengorbanan para guru bangsa kita tidak bisa dipungkiri bahwa mereka patut diberi gelar “pahlawan Tanpa Tanda Jasa”

Hasyim Asy’ari misalnya, yang dengan gagah dan berani mendirikan pesantren sebagi pusat pendidikan tepat berhadapan dengan pabrik Gula Cukir milik Belanda. Tidak heran jika Pesantren ini kemudian melahirkan para pahlawan resolusi jihad yang menggelora perlawanan melawan penjajah dari Jawa Timur hingga Bandung lautan Api. Yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional. Tidak jarang KH. Hasyim berseteru dengan tentara Belanda karena sering diganggu, bahkan pesantren yang beliau bangun ini pernah dibakar oleh tentara Belanda. Namun kegigihan KH. Hasyim untuk mewujudkan masa depan bangsa yang bebas dan berdaulat, demi Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI) apapun risikonya beliau hadapi.

Keteladanan dan Kasih Sayang

Selain KH. Hasyim Asy’ari, hal serupa juga dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara dalam mempertahankan garda terdepan pendidikan Nasional untuk membangun karakter anak bangsa. melalaui Taman Siswa, Ki. Hajar wujudkan gagasan-gagasan pendidikan dan kepemimpinan. Bagi ki hajar pendidikan merupakan sarana utama membebaskan negeri dari kebodohan, penguasaan ilmu mendatangkan kemuliaan dan melawan semua bentuk kebiadaban. Taman Siswa menjadi situs perjuangan pencerdasan anak bangsa, muasal pergerakan nasional yang membuat pemerintah kolonial mendapat sengitnya perlawanan.

Keteladanan dan kasih sayang yang menjadi ruh dari semboyan pendidikan Ki Hajar, prinsip ini sejatnya berpijak dan berkiblat kepada diri Rosulullah SAW. kata uswah yang dirangkai dengan hasanah menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW telah memberikan teladan yang baik dan sempurna kepada umatnya dalam beribadah (hablimminallah) maupun berakhlak dengan sesamamanusia (hablumminannas) yang senantiasa berkasih sayang serta memperkuat ukhwah. Kepribadian dan akhlak Rasulullah SAW menjadi role model yang hendak ditransformasikan Ki Hajar dalam membangun Peradaban Bangsa. (Joko Wahyono: 2016)

Jihad Visioner

Jika diibaratkan seorang pahlawan yang rela gugur dalam medan tempur untuk membangun kejayaan masa (visioner), bisa dikatakan Ki. Hajar telah syahid dan berhasil dalam membangun pondasi karakter bangsa meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa seiring perkembangan zaman lahir berbagai tantangan baru dalam bangunan kokoh karakter bangsa. setidaknya kerelaan lahir batin KH. Hasym Asy’ari dan Ki Hajar Dewantara bisa dijadikan role model bahwa untuk menjadi seorang pahlawan tidak harus dengan tumpah darah dalam peperangan fisik, namun ada jalur yang lebih fundamental yang esensinya tidak jauh berbeda untuk menjadi seorang suhada. Yaitu pertarungan ideologi atau pemikiran. Tentu dalam hal ini adalah peran penting pendidikan dan Guru sebagai “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” sebagai tulang punggung pertahanannya.

Kini saatnya bangsa ini berhasrat mengembalikan pendidikan kepada rislah pendidikan yang telah diwariskan oleh Para pendiri banga ini seperti KH. Hasyim Asy’ari dan Ki Hajar Dewantara. Semangat pendidikan diacukan kepada prinsip keteladanan dan daulat kasih sayang, akar keluhuran kearifan dalam bentangan kemajemukan kebudayaan serta keragaman masyarakat di halaman negeri kepulauan jazirah Nusantara.

Melihat situasi pendidikan kita saat ini yang hasilnya sangat memprihatinkan, bahkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo merancang gagasan revolusi mental untuk menjawab keprihatinan tersebut. tentu peran pendidikan dan guru sangatlah penting dalam menguatkan paham kebangsaan dari dalam dan membentengi generasi bangsa dari paham radikal dari luar. Kemudian, pertanyaan yang paling menantang adalah masih relefankah predikat “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” bagi keberadaan seorang guru zaman Now?

Facebook Comments