Persatuan dan kesatuan bangsa adalah janji kemerdekaan yang harus ditunaikan. Dan janji tersebut akan terejawantahkan apabila seluruh partikel-partikel bangsa bersatu tak memberi ruang dan peluang untuk di adu domba.
Akhir-akhir ini kondisi bangsa Indonesia sering memanas, nampak jelas terpecah belah dan terkotak-kotak membentuk bipolar hanya karena perbedaan pilihan dalam politik. Memunculkan aksi-aksi angka cantik yang membikin panik.
Di dunia nyata tindakan kekerasan terhadap yang dianggap berbeda merajalela, dunia mayapun tak luput menjadi medan saling tebar kebencian dan teror. Sungguh memilukan nan mengkhawatirkan.
Perkokoh Persatuan Hancurkan Devide Et Impera
Ingatkah kita sejarah penjajahan atas bangsa ini, bagaimana Belanda baik sebelum dan sesudah kemerdekan sukses melancarkan strategi Devide Et Impera (politik adu domba dalam bahasa Belanda) untuk memecah belah kekuatan nusantara agar mudah ditakhlukkan. Tidak sedikit yang berhasil salah satunya menurut Prawoto berhasil mengadu domba Sultan Hasanuddin dari kerajaan Goa dengan Arus Palaka dari kerajaan Bone yang berujung daerahnya dengan mudah dikuasai.
Kini strategi Devide Et Impera bermetamorfosa dan berkembang di negeri ini guna meraih kekuasaan dengan memanfaatkan fanatisme golongan. Menimbulkan konflik dengan memecah belah suku, ras, agama antar tetangga dan saudara yang sebelumnya harmonis menjadi miris. Sebelumnya rukun menjadi rusuh. Sebelumnya ramah menjadi marah. Membuat setiap diantara kita merasa sebagai pemilik kebenaran.
Sehingga seringkali melupakan kewajiban untuk bersatu demi hak untuk berbeda. Luput bahwa kita Bhineka Tunggal Ika, ada karena berbeda. Maka penting mengupayakan segala hal guna memperkokoh persatuan dan kesatuan yang telah diperjuangkan oleh para founding fathers.
Para pendahulu kita melepaskan ego, dan memutuskan untuk bersatu dalam bingkai NKRI. Lalu apakah kita sebagai generasi penerus mau membiarkan bangsa yang besar ini dari hasil perjuangan panjang yang berdarah-darah dengan mudahnya di adu domba hingga melemahkan persatuan?. Tentu tidak bukan.
bahaya adu domba bagi perdamaian
Benar yang dikatakan Samuel P. Huntington dalam clash of civilization bahwa benturan antar peradaban baik melalui budaya, suku, ras, agama akan sangat besar pengaruhnya terhadap perdamaian dunia. Propaganda, adu domba, hingga desas desus dijadikan sebagai jalan pemulus mencapai tujuan tertentu.
Adu domba menyebabkan kondisi krisis perdamaian terjadi. Indonesia sebagai bangsa yang beragam menjadi lahan empuk di provokasi, sehingga kita sebagai warga masyarakat didalamnya harus responsif dan menyadari ketika sedang ada adu domba, tidak membiarkan diri kita larut melebur dan menjadi bagian dari kubu yang sedang berkonflik. Mengingat ada sang pengadu domba yang sedang mencari keuntungan untuk diri sendiri pun sangat penting ditanamkan dalam diri agar tak muda dipersuasi.
Adu domba menciptakan kekerasan. Benturan antara dua kutub yang sedang berseteru apabila diracik sedemikian rupa dengan ramuan adu domba yang maha ampuh, sudah dipastikan akan menimbulkan kekerasan dahsyat. Merugikan kedua belah pihak yang berseteru. Yang menang akan kehilangan, pun yang kalah akan lebih kehilangan. Tidak ada pemenang. Saya tegaskan sekali lagi tidak ada pemenang, kecuali si tukang adu domba.
Adu domba melemahkan persatuan. Politik pemecah belah akan menimbulkan konflik berkepanjangan, berakibat signifikan terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Menghilangkan rasa persaudaraan, kerukunan dan toleransi antar sesama.
So, tetap terus menjaga semangat persatuan menghancurkan Devide Et Impera, dan bijak bermedia sosial agar tak mudah diadu domba oleh kepentingan sesaat yang bermanfaat bagi segelintir orang, serta terus menebarkan konten-konten damai adalah mutlak untuk terus dilakukan hingga nyawa berpisah dengan raga demi Indonesia damai.