Adanya media maya merupakan kemajuan yang dapat mempermudah tercapainya parsatuan ataupun perpecahan suatu bangsa. Dengan dunia maya, teman akan menjadi lawan, dan lawan pun akan dengan mudah menjadi kawan. Dan, mutakhir dunia maya kita telah mencetak para penggunanya berlaku radikal dengan menggadaikan persaudaraan. Dan, perbedaan suku, ras, dan antar golongan (SARA) menjadi isu yang dapat dengan mudah diolah untuk melakukan tindak kekerasan. Atas kenyataan ini, ronda dunia maya dalam rangka menjaga keutuhan persaudaraan merupakan hal yang mutlak harus dilalukan.
Para founding fathers Indonesia telah sepakat bahwa Negara Indonesia merupakan Negara kesatuan yang terdiri dari beragam SARA. Siapapun yang berkewarganegaraan Indonesia memiliki hak yang sama untuk melakukan aktivitas terkait dengan perbedaan keyakinan. Hanya saja, nilai persaudaraan harus dikedepankan. Tidak diperkenankan seseorang ataupun golongan mengusik hak orang lain lantaran memiliki perbedaan SARA.
Dalam kajian agama, perbedaan adalah sunatullah yang tidak seorang pun bisa menghindarinya. Al-Qur’an yang merupakan firman Allah Swt dan dasar utama umat Islam pun menyatakan akan kesunatullah-an perbedaan. Allah Swt berfirman, “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS. al-Maidah: 48).
Tak cukup dengan firman Allah Swt sebagaimana terdapat di dalam ayat tersebut, lebih dari itu, Nabi Muhammad Saw yang merupakan utusan Allah Swt pun mencontohkan betapa ia sangat menghargai perbedaan. Dalam hal persaudaraan, terdapat kisah yang sangat masyhur betapa Nabi Muhammad Saw sangat menyayangi pemeluk agama lain. Dikisahkan, Nabi Muhammad Saw selalu mengunjungi seorang pengemis buta yang berbeda keyakinan di sudut pasar. Ia selalu membawakan makanan pengemis tersebut.
Perbuatan mulia yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw terhadap pengemis buta ini tidak banyak diketahui para sahabat. Maka, setelah Nabi Muhammad Saw wafat, Aisyah yang merupakan istri Nabi Muhammad Saw pun menceritakan kepada ayahnya, Abu Bakar. Mendengar cerita ini, Abu Bakar pun berusaha melanjutkan kebiasaan Nabi Muhammad Saw dengan sebaik mungkin.
Ketika Abu Bakar mengunjungi dan menyuapi, si pengemis pun mengetahui bahwa yang datang saat itu bukanlah orang yang biasa menyuapi. Si pengemis tidak merasakan kelembutan hati dan kesabaran Abu Bakar dalam menyuapinya tidak setara dengan orang yang biasa menyuapinya. Abu Bakar pun menceritakan bahwa dirinya memang bukan orang yang biasa menyuapinya. Abu Bakar menceritakan bahwa dirinya tidak mungkin bisa meniru kelembutan Nabi Muhammad Saw dalam bertindak. Ia juga menceritakan bahwa orang yang setiap hari datang dan menyuapinya adalah Nabi Muhammad Saw yang saat itu sudah meninggal dunia.
Mendengar cerita dari Abu Bakar, si pengemis pun terkejut karena selama ini ia selalu menjelek-jelekan Nabi Muhammad Saw kepada orang yang menyuapinya. Dan saat itu, si pengemis baru sadar bahwa orang yang dijelek-jelekkan setiap hari adalah orang yang diajak bicara sekaligus orang yang setiap hari menyuapinya. Saat itu pula, si pengemis buta sadar betapa Nabi Muhammad Saw adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan. Ia tidak pernah membeda-bedakan orang lain, bahkan termasuk kepada pemeluk agama lain yang lemah dan selalu menjelek-jelekkan.
Saat ini, kita berada di Negara Indonesia yang memiliki keragaman SARA. Para founding father bangsa telah sepakat akan adanya ikatan persaudaraan bhineka tunggal ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua). Ikatan persaudaraan ini dibangun semenjak zaman penjajahan. Tanpa melihat suku ataupun golongan apa, masyarakat Indonesia bersatu padu dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Tugas masyarakat Indonesia saat ini adalah mempertahankan ikatan persaudaraan dalam perbedaan. Ketika persaudaraan dapat dipertahankan, maka kekuatan bangsa akan terus terpelihara. Namun, jika ikatan persaudaraan telah terciderai oleh adanya oknum tak bertanggung jawab, maka kekuatan bangsa pun akan melemah.
Ketika akhir-akhir ini ada oknum tak bertanggung jawab telah melukai persaudaraan masyarakat Indonesia, harapannya pihak berwajib segera bisa menyelesaikannya. Di samping itu, diharapkan masyarakat luas tidak mudah tersulut amarah karena adanya peristiwa yang tidak mengenakkan. Ketika ada salah satu umat agama satu menyerang pemeluk agama lain, jangan sampai perang antar agama terjadi. Ingatlah, betapa tindak radikal yang terjadi bukan berlandaskan pada ajaran agama tertentu, namun berdasarkan pada pribadi yang melakukan. Agama selamanya mencintai kedamaian dalam kebersamaan. Dan, ini sangat tepat diterapkan di Negara Indonesia yang memiliki keragaman SARA.
Wallahu a’lam.