Kartini dan Generasi Melek Literasi

Kartini dan Generasi Melek Literasi

- in Narasi
1896
0

Sisi baik yang syarat dengan keteladanan dari sosok Ibu Kartini adalah melek literasi. Dengan demikian, sungguh tidak lengkap jika mengenang RA Kartini hanya sekedar dari sisi emansipasi wanita saja, sementara semangat juang Kartini dalam mencerdaskan anak-anak kala itu untuk mahir membaca dan menulis (literasi) diabaikan.

Perlu ditegaskan, agar masyarakat luas juga mengetahui, bahwa perjuangan Kartini tidak semata-mata soal bagaimana agar perempuan sama-sama memiliki hak sebagaimana yang dimiliki laki-laki, terutama dalam hal pendidikan. Artinya, selain mendekontruksi budaya pada masa itu, Kartini juga gigih mengajarkan literasi.

Kartini, mengajarkan literasi dapat dilihat dari bukunya, yakni Habis Gelap, Terbitlah Terang, yang merupakan kumpulan surat-surat Kartini kepada sahabatnya. Dalam buku tersebut tercermin semangat literasi yang luar biasa.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendi, bahwa Kartini itu ibu literasi Indonesia. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kumpulan surat Kartini yang diabadikan dalam buku, merangkum pemikiran dan semangat beliau yang melampaui zamannya. sehingga semangat itu terus hidup hingga kini, dan penting untuk diteruskan kepada generasi berikutnya.

Kartini menumpahkan segala keluh kesahnya melalui surat yang dikirimkannya kepada Stella E.H. Zeehandelaar, sahabatnya dari Belanda, tertanggal 6 November 1899. Ada beberapa hal yang hendak diungkapkan Kartini pada saat itu kepada sahabatnya. Salah satunya adalah terkait terjemahan Alquran. Bahwa kala itu, orang membaca Alquran mengalami kesulitan dalam memahami maknanya karena berbahasa Arab, sehingga Kartini mendesak untuk menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Indonesia.

Dari sedikit cuplikan aktivitas luar biasa Kartini sebagaimana digambarkan di atas dapat ditemukan bahwa jiwa literasi Kartini tidak perlu diragukan lagi.

Teladan Kartini untuk Generasi Saat Ini

Tentu tantangan literasi di zaman Kartini sangat berbeda jauh dengan tantangan di era sekarang ini. Saat ini lebih kompleks, hal ini tidak terlepas dari kondisi kekinian dan kedisinian, bahwa penetrasi konten radikal sudah merambah ke dunia maya melalui internet dan media-media sosial.

Tentu kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Sebab, internet tidak mengenal usia. Sehingga, konten radikal yang bertebaran di internet tersebut, sangat berpotensi besar disambar oleh generasi muda kita.

Maka tantangan Kartini zaman now adalah, mengajarkan literasi sejak dini kepada generasi-generasi Indonesia. Dengan demikian, literasi tidak cukup hanya digerakkan di ruang-ruang kelas saja, melainkan juga melalui keluarga dan masyarakat luas.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Kartini zaman now dalam konteks mengajarkan literasi di raung lingkup keluarga. Pertama, membiasakan membaca buku. Sangat mustahil jika orang tua mengharapkan anaknya melek literasi jika mereka sendiri tidak memberikan teladan bagi anaknya. Untuk itulah, membiasakan membaca buku bersama adalah cara yang paling mudah dilakukan oleh segenap orang tua kepada anaknya.

Kedua, membuat perpustakaan pribadi. Kebiasaan membaca bersama idealnya ditopang oleh fasilitas yang memadai. Fasilitas ini kemudian akan membentuk sebuah lingkungan sehingga aktivitas membaca dan menulis akan menyenangkan dan nyaman. Inilah perlunya membuat perpustakan pribadi atau keluarga.

Ketiga, memakmsimalkan peran pustakawan masyarakat. Tentu dalam lingkup keluarga saja tidak cukup. Oleh karena itu, bagi keluarga yang sudah mampu menumbuhkan lietasi di lingkup keluarga, disarankan juga ikut berbaur dengan pustakawan masyarakat. Tujuannya tidak lain dan tiada bukan adalah untuk memberikan telada bagi keluarga lain di luar sana.

Beberapa hal di atas merupakan teladan yang lebih dahulu dipraktikkan oleh Kartini ketika dulu. Nah, saat ini, sebagai generasi penerus, spirit literasi yang telah diteladankan Kartini itulah yang harus dibumikan atau dijadikan sebagai gerakan bersama.

Jika sudah demikian, maka masyarakat akan melek literasi. Jika sudah melek literasi, maka implikasinya sangat banyak sekali, diantaranya tidak mudah terjerembab pada kesesatan yang dibungkus dalam sebuah pemberitaan. Selain itu juga dapat mengkonter propaganda-propaganda kaum radikali di dunia maya. Semoga!

Facebook Comments