Semarak pesta olahraga terbesar se-Asia tengah berlangsung. Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018, yang dilaksanakan di kota Jakarta dan Palembang, memberi suguhan meyakinkan dan memukau sejak pesta pembukaan sepekan lalu. Perhatian dunia tertuju ke Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara pesta olahraga empat tahunan antar negara-negara Asia ini.
Asian Games ke-18 Jakarta-Palembang diikuti oleh 45 negara yang bertanding dalam 40 cabang olahraga. Sejak sepekan lalu, pertandingan demi pertandingan sudah dimulai dan medali demi medali sudah diraih para atlet dari berbagai negara. Hari demi hari, media terus menyorot pertandingan di berbagai cabang olahraga. Berita dari arena Asian Games bahkan kerap menjadi headline media massa, mengalahkan kabar-kabar dari dunia politik yang sebenarnya sedang memanas pasca penetapan capres-cawapres 2019 beberapa waktu lalu.
Menyatukan Indonesia
Perhatian masyarakat pun tertuju pada perjuangan para atlet, terutama atlet-atlet Indonesia. Terlebih, ketika atlet-atlet Indonesia berhasil meraih medali, mengibarkan Sang Merah-Putih, dan dengan linangan air mata mengumandangkan Indonesia Raya, kita hanyut dalam suasana haru dan bangga yang membumbung di dada. Di sini, Asian Games telah menjadi pemersatu seluruh masyarakat Indonesia. Bangsa ini bersatu mendukung perjuangan para atlet di arena Asian Games, melupakan segala perbedaan yang ada.
Media sosial yang biasanya sesak oleh perdebatan politik, selama seminggu terakhir berganti semangat kebersamaan mendukung atlet-atlet Indonesia yang sedang berjuang. Setiap meraih medali, media selalu memberitakan dan warganet dengan penuh kebanggaan menyebarkan prestasi yang diraih tersebut. Sampai artikel ini ditulis, Indonesia masih berada di posisi ke-5 dengan perolehan total 50 medali, yakni 12 medali emas, 13 medali perak, dan 25 medali perunggu. Prestasi yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan gelaran Asian Games sebelum-sebelumnnya.
Terlebih, Asian Games ke-18 ini Indonesia bertindak sebagai tuan rumah. Dukungan luar biasa tak sekadar dengan melihat dari layar kaca, melainkan banyak masyarakat datang langsung ke lokasi pertandingan dan memberi dukungan pada para atlet. Ada getar kebersamaan yang menggema dari setiap venue pertandingan. Teriakan-teriakan penyemangat terdengar mengiringi perjuangan atlet Indonesia. Bendera Merah-Putih berkibar-kibar di tribun penonton, diiringi suara lagu-lagu yang membakar nasionalisme para atlet.
Asian Games memang tak sekadar pertandingan olahraga yang memperebutkan medali. Lebih dari itu, di sana ada nilai-nilai perjuangan, kerja keras, kegigihan, sportivitas, bahkan solidaritas yang dijunjung tinggi. Bagi para atlet, tampil di Asian Games, di samping menjadi pencapaian yang luar biasa bagi prestasinya, juga menjadi pembuktian kecintaan pada Tanah Airnya lewat perjuangan di lapangan. Di sini, segala tenaga dan pikiran yang dikerahkan dalam pertandingan menjadi bentuk bakti seorang atlet pada negerinya. Energi inilah yang bisa menular ke seluruh masyarakat, sehingga semangat nasionalisme menjalar ke seluruh bangsa Indonesia.
Asian Games tak sekadar milik para atlet. Lebih jauh, ia adalah perhelatan besar yang harus bisa dirasakan masyarakat. Nilai-nilai kerja keras, kegigihan, sportivitas, dan solidaritas yang diusung dalam olahraga harus ditularkan ke seluruh warga bangsa. Dalam sejarahnya, saat Indonesia pertama kali menjadi tuan rumah Asian Games ke-4, tepatnya tahun 1962, Bung Karno menjadikan Asian Games sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa. Di tengah bangsa yang baru merdeka, Bung Karno bertekad menyelenggarakan Asian Games untuk menguatkan kebanggaan kita sebagai bangsa besar yang sedang membangun bangsa.
“Revolusi keolahragaan kita adalah sebagian daripada nation building Indonesia, revolusi kita untuk ‘Manusia Baru Indonesia’, antropologis, rasial, adalah sebagian daripada nation building Indonesia. Pendek kata, Saudara, kita ini sekarang semuanya memikul tugas besar yang di dalam satu perkataan dinamakan nation building,” seru Bung Karno dalam pidatonya sebelum Asian Games 1962. Asian Games tak sekadar perhelatan olahraga yang memerebutkan medali. Lebih dari itu, harus menjadi bagian dari gerakan membentuk dan membangun karakter bangsa.
Sekarang, di momentum Asian Games ke-18 tahun 2018, di mana Indonesia untuk kedua kalinya menjadi tuan rumah, semangat membangun bangsa (nation building) yang digaungkan Bung Karno tetap relevan, bahkan harus diperkuat. Ini mengingat berbagai problem kebangsaan belakangan. Asian Games Jakarta-Palembang menjadi saat untuk kembali menyatukan bangsa, mengokohkan ikatan persaudaraan, dan bahu-membahu serta gotong-royong membela bangsa. Di saat bersamaan, menyingkirkan segala bentuk egoisme, sentimen, dan intoleransi yang kerap menimbulkan pertikaian dan melemahkan persatuan bangsa.
Energi perdamaian Asia untuk dunia
Asian Games adalah even besar yang mempertemukan negara-negara Asia dalam perhelatan olahraga. Kita tahu, di samping menjadi benua terbesar berpenduduk terbanyak di dunia, bangsa-bangsa di Asia dikenal sangat beragam, baik secara etnis, bangsa, maupun agama. Selain dalam sejarahnya menjadi pusat berbagai peradaban besar, Asia merupakan tempat lahirnya agama-agama besar di dunia. Hindu, Budha, Kristen, Islam, juga Kong Hu Cu adalah agama-agama yang tumbuh dan berkembang dari benua Asia.
Di tengah segala kebesaran dan keragaman bangsa-bangsa Asia tersebut, Asian Games menjadi bukti bagaimana bangsa-bangsa Asia mampu saling berdampingan, bahkan bersatu dalam semangat kebersamaan. Melalui perhelatan olahraga Asian Games, bangsa-bangsa Asia menunjukkan komitmennya untuk menebarkan semangat solidaritas, kesetaraan, dan perdamaian. Nilai-nilai yang dijunjung dalam olahraga tersebut menjadi energi dari bangsa-bangsa Asia yang diharapkan bisa memancarkan perdamaian ke seluruh bangsa-bangsa di dunia