“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan.”(QS. Ali Imran 12)
Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa Islam sangat menjaga segala hal dengan seimbang, aspek ibadah/spiritual dan aspek sosial. Mereka yang hanya sibuk dengan aspek ibadah, melalaikan aspek sosial, maka keimanannya belumlah sempurna. Keseimbangan ini ditekankan dalam berbagai ayat dalam al-Quran. Apalagi keseimbangan dalam media sosial, dimana dusta dan kebohongan mudah sekali ditebarkan. Nabi Muhammad sangat mengecam dusta dan kebohongan, bukan saja merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan banyak orang.
Dari sini, hoax yang sering hadir di media sosial harus dilawan, dan itu tanggungjawab seorang muslim. Tahun 2018 ini adalah tahun politik. Media sosial sangat rawan, dan isu SARA sangat rentan dijadikan umpan dalam konflik. Untuk itu, membangun narasi perdamaian harus dijalankan semua elemen bangsa. Dengan spirit keseimbangan dalam Islam, maka umat Islam juga harus siap jihad membangun gerakan perdamaian setiap saat. Islam menekankan manusia harus baik pada aspek spiritual (ibadah mahdhah) dan baik pula aspek sosial (ibadah ghair mahdhah). Dalam Al Qur’an dijelaskan kewajiban untuk “hablum minallah” (bersikap dan berprilaku baik terhadap Allah) dan “hablum minan naas” (bersikap dan berprilaku baik terhadap sesama manusia).
Kuatkan Persaudaraan
Membangun perdamaian adalah bentuk sikap dan perilaku baik kepada sesama. Ini juga sangat tegas dinyatakan dalam QS An-Nisa, ayat 114, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari kerelaan Allah, maka kelak Kami memberinya pahala yang besar.” Penegasan yang sama juga dinyatakan dalam QS Al-Hujurat ayat 10, “Sesungguhnya orang muslim itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
Firman Allah ini sekarang banyak didustakan. Mereka yang sibuk mendesain radikalisme dan terorisme sejatinya mereka membajak ayat agama, mereka dustakan, dan kemudian gunakan untuk legitimasi kejahatan. Mereka tidak mengenal kerjasama dengan sesama, karena orang lain di luar kelompok mereka dijustifisikasi sebagai kafir. Sangat naif, ajaran agama justru menjadi alat pelanggaran hak-hak kemanusiaan. Kerjasama berubah menjadi pemaksaan kehendak dan kuasa mereka, sehingga kalau ada menolak, maka kekerasan menjadi pilihan pertama. Ironi peradaban yang dibangun kaum radikal ini, sebagai ditegaskan Buya Hamka, telah menjauhkan umat Islam untuk saling peduli dan berbagi dengan sesama. Mereka bukan saja tidak peduli, karena sudah melampaui itu. Mereka bahkan tega membunuh saudara sendiri.
Kenapa menolak kerjasama? Karena gagal paham memahami ajaran agama. Ini yang paling pokok. Ajaran agama dipahami sesuai kepentingan mereka. Ini dusta atas ajaran agama dan perdamaian manusia. Padahal, damai adalah kebutuhan dasar manusia. Ibnu Khaldun dalam Muqoddimahnya menegaskan bahwa setiap manusia harus menjalin hubungan baik dengan sesama, karena manusia pada hakekatnya adalah makhluq yang senantiasi melakukan interaksi. Manusia tak bisa hidup tanpa interaksi dengan sesama. Wahiduddin Khan dalam The Ideology of Peace juga menegaskan bahwa perdamian adalah tanda dari eksistensi manusia.
Sementara Zuhairi Misrawi (2005) menegaskan bahwa Islam adalah agama perdamaian. Ini dibuktikan dengan tiga hal. Pertama, Tuhan adalah Maha Damai, karena salah satu nama-nama Tuhan di dalam al-asma al-husna, yaitu al-sallam (Yang Maha Damai). Kedua, perdamaian merupakan keteladanan yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad. Ketiga, perdamaian merupakan salah satu bentuk ukuran tingginya peradaban manusia. Selain itu, sebenarnya dari kata Islam itu sendiri berarti kepatuhan diri (submission) kepada Tuhan dan perdamaian (peace). Oleh karena itu, perdamaian sebenarnya merupakan inti dari agama dan relasi sosial. Menolak perdamaian merupakan sikap yang bisa dikategorikan sebagai menolak esensi agama dan kemanusiaan.
Terkait hal ini, simaklah dengan seksama hadits ini.
Rasulullah SAW bersabda: “Maukah aku kabarkan kepada kalian amal yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?”
Mereka (para sahabat) berkata: “Tentu saja.”
Beliau lalu bersabda: “Yaitu mendamaikan antara dua golongan, karena sesungguhnya rusaknya perhubungan antara dua golongan itu ialah menggunting.” (HR. Turmudzi)
Menurut Imam Mundziri, yang dimaksud menggunting di sini bukanlah menggunting rambut, tetapi menggunting agama.