“Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan”. (Ir. Soekarno, 1949)
Ir. Soekarno sang proklamator Indonesia selalu menyebarkan pesan perdamaian dan persaudaraan dalam setiap kesempatan berpidato. Seperti pesan Ir. Sukarno di atas, Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan. Ir. Sukarno dan para pendiri bangsa lain sudah memprediksi tentang perpecahan yang rawan terjadi di Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keaneka ragaman dari mulai suku, ras dan agama. Oleh karenanya itu Ir. Sukarno mencetuska Pancasila yang nantinya akan menjadi pemersatu bangsa dari perbedaan yang ada. Sekarang sudah terbukti, kelima asas Pancasila dapat mempersatukan bangsa dan menyelamatkan Indonesia dari perpecahan.
Tahun 2018 merupakan tahun politik. Karena pada tahun 2018 ini akan diselenggarakan pilkada serentak diseluruh daerah di Indonesia dan puncaknya pada Pilpres 2019 nanti. Tahun 2017 lalu menjadi salah satu tahun ramai dengan kasus-kasus ujaran kebencian dan kekerasan yang menggunakan isu Sara, maraknya berita hoax hingga terorisme. Tahun baru ini aroma-aroma intrik politik sudah mulai tercium. Dari mulai isu sosial hingga agama menjadi senjata empuk bagi masing-masing kontestan politik di Indonesia. Membangun opini liar dengan berita hoax untuk mempengaruhi masyarakat dengan segala kepentingannya. Tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan dari hal tersebut.
Indonesia memang rawan terjadi konflik karena memiliki segudang keaneka ragaman. Peristiwa konflik yang terjadi di masyarakat sering terjadi. Peristiwa konflik yang terjadi akan selalu ada media yang meliput, karena isu ini memang “seksi” bagi insan pers. Peristiwa yang mengandung konflik adalah salah satu peristiwa yang dianggap layak untuk dijadikan sebuah berita. Konflik dianggap memiliki nilai berita yang termasuk tinggi karena biasanya menimbulkan kerugian atau korban (Ishwara, 2011:77).
Berdasarkan data yang dirilis Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kementerian Dalam Negeri tahun 2015, pengelompokan isu konflik di tahun 2013, 2014 dan 2015 (medio kuartal Januari s/d April) diantaranya sebagai berikut: Tahun 2013 total telah terjadi 92 peristiwa konflik, diantaranya bentrok antarwarga berjumlah 37 kasus, isu keamanan 16 kasus, isu SARA 9 kasus, konflik kesenjangan sosial 2 kasus, konflik pada institusi pendidikan 2 kasus, konflik Organisasi Massa (Ormas) 6 kasus, sengketa lahan 11 kasus, serta ekses politik 9 kasus. Sedangkan di tahun 2014, total jumlah konflik 83 kasus dengan rincian bentrok antarwarga berjumlah 40 kasus, isu keamanan 20 kasus, isu SARA 1 kasus, konflik pada institusi pendidikan 1 kasus, konflik Ormas 3 kasus, sengketa lahan 14 kasus, ekses konflik politik 4 kasus. Di tahun 2015 (medio kuartal Januari s/d April) total jumlah konflik yang terjadi 26 kasus, dengan rincian bentrok antarwarga berjumlah 8 kasus, isu keamanan 9 kasus, isu SARA, konflik Ormas 1 kasus, sengketa lahan 6 kasus, dan terakhir konflik karena ekses politik berjumlah 2 kasus.
Konflik yang terjadi di Indonesia sering dimanfaatkan untuk memecah belah bangsa dengan meyebarkan opini-opini liar hingga berita hoax yang menjamur. Media massa hingga media sosial harus mampu membangun opini sehat yang membangun, bukan justru menyebarkan opini liar dengan menggiring isu perpecahan dan sentimen yang dapat menimbulkan perpecahan dan kekerasan di masyarakat. Opini-opini yang cerdas harus selalu dibudayakan di media khususnya media sosial, karena tidak bisa dipungkiri konflik antar masyarakat terkadang berawal dari media sosial saling ejek hingga akhirnya saling menyerang dan terjadi kekerasan antar kelompok.
Marilah sebagai generasi penerus pendiri bangsa kita rawat perdamaian, persatuan dan persaudaraan kebangsaan. Semangat Ir. Sukarno dalam mewujudkan trilogi persatuan, kemerdekaan dan perdamaian harus kita jaga betul, kita wujudkan bersama. Salah satunya adalah dengan menebarkan pesan perdamaian dalam media sosial, membangun opini yang sehat dan mencerdaskan masyarakat. Untuk membentengi dari segala opini liar yang ingin memecah belah bangsa dengan hoax dan narasi kekerasan yang dimunculkan. Media sosial ada untuk saling menyapa dan merekatkan persaudaraan bukan untuk menbarkan kebencian dan perpecahan.