Betulkah Gerakan Khilafah sebagai Gerakan Perubahan Tanpa Kekerasan?

Betulkah Gerakan Khilafah sebagai Gerakan Perubahan Tanpa Kekerasan?

- in Kebangsaan
777
0
Betulkah Gerakan Khilafah sebagai Gerakan Perubahan Tanpa Kekerasan?

Gerakan yang mengidamkan khilafah atau hizbut tahrir di berbagai negara memang dilarang. Beberapa negara mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda ikhwal alasan pembubarannya dari ormas yang memecah belah hingga potensi kudeta. Indonesia agak lebih argumentatif dengan alasan bertentangan dengan falsafah dan ideologi negara.

Namun, kerap kali kelompok gerakan khilafah ini beralibi bahwa gerakan mereka adalah nir kekerasan dan gerakan dakwah untuk melakukan perubahan yang mendasar. Terkadang sekalipun menolak nilai dan ide yang dianggap berasal dari Barat, mereka juga berlindung di bawah prinsip demokrasi yang bernama kebebasan dan HAM untuk tetap menyuarakan narasi khilafah.

Pertanyaannya, benarkah gerakan khilafah yang dibawa partai pembebasan atau Hizbut Tahrir tidak mempunyai potensi kekerasan? Mungkinkah gerakan perubahan yang mendasar untuk mengganti dasar negara bisa dilakukan tanpa kudeta? Benarkah mengganti Pancasila dengan ideologi khilafah tidak butuh tetesan darah perjuangan? Atau gerakan ini hanya gerakan dakwah dan akademis sehingga disukai mahasiswa dan professor sekalipun?

Pertama kita akan melihat secara doktrin dan ideologi antara HT dengan kelompok teroris pada umumnya. Kelompok HT memandang bahwa demokrasi adalah kuffar termasuk turunannya seperti sosialisme, kapitalisme, liberalisme. Kelompok teror seperti Al-Qaeda dan ISIS melihat lebih luas bahwa di luar mereka adalah kuffar atau dikenal dengan takfiri. Secara tujuan, kelompok teror menginginkan berdirinya negara Islam atau daulah Islamiyah dan menegakkan khilafah. Sementara HT justru lebih luas lagi berdirinya khilafah yang bersifat global. HT lebih menggunakan pendekatan lunak dengan dakwah dan menyusup ke berbagai lembaga sementara kelompok teror menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan.

Pendekatan lunak melalui kampanye dan propaganda yang dilakukan oleh HT dan melakukan kaderisasi di berbagai lini kehidupan masyarakat banyak menyebabkan anggotanya tidak sabar untuk menegakkan khilafah. Doktrin dan tujuan menegakkan khilafah HT menjadi dasar dari anggotanya untuk bergabung dalam gerakan teroris. Banyak sekali pelaku teror yang sebelumnya terlibat dan aktif dalam organisasi HT.

Apabila kita membaca riwayat organisasi beberapa pelaku dan jaringan terorisme di Indonesia banyak yang aktif sebelumnya di organisasi HTI. Beberapa pelaku misalnya Kurnia Widodo, Junaedi, Gigih Rahmat Dewa, Munir Kartono, Syaiful Bahri, Jaka Mulyanta, Sumarno, Agus Tri Mulyono dan masih banyak yang lain. Bahkan beberapa orang yang pernah aktif di HTI tercatat sebagai FTF semisal Firman Ftrialnedi, Ambar Surajem Lestari, Afandi Arifin, dan lainnya. Yang paling terkenal tentu Bahrun Naim yang bergabung HTI saat menjadi siswa SMU. Ia menjadi perekrut handal melalui online dengan sasarannya kebanyakan dari anggota HTI.

Jika melihat fakta di atas, kebanyakan mereka yang sudah tergabung dalam gerakan khilafah seperti HT menemukan organisasi baru yang lebih dianggap bergerak nyata bukan hanya sekedar propaganda. Doktrin khilafah tetap menjadi keyakinan mereka untuk diwujudkan dengan metode yang lebih keras.

Namun pertanyaannya, apakah gerakan khilafah seperti HT memang konsisten untuk tidak melakukan kekerasan atau perebutan kekuasaan? Rasanya tidak mungkin gerakan dengan cita-cita dan tujuan untuk mengganti perubahan yang mendasar tidak melakukan pengambilalihan kekuasaan. Jika belajar dari gerakan khilafah HT di berbagai negara kita bisa menemukan fakta-fakta gerakan ini pada akhirnya menggunakan jalur kekerasan dan pengambilalihan kekuasaan.

Konsep khilafah jelas beda dengan yang dianut negara-negara modern saat ini. Bahkan di negara Arab pun mereka tidak bisa diterima karena masing-masing negara sudah mempunyai batas territorial dan nasionalisme masing-masing. Sebagai konsekuensinya, gerakan ini akan bertentangan dengan negara-negara yang ada atau harus merebut kekuasaan yang ada jika ingin menegakkan khilafah.

Cara yang banyak dilakukan gerakan khilafah adalah dengan menyusup ke pemerintahan di berbagai negara. Kejadian di Turki misalnya mereka mengajak para jenderal untuk bergabung dalam gerakan mereka. Di Irak dan Suriah selama tahun 1962, HT juga melakukan penyusupan ke dalam badan militer di negara tersebut. Percobaan kudeta pun pernah dilakukan dengan memanfaatkan Angkatan bersenjata di berbagai negara seperti di Yordania, Irak, Mesir dan Pakistan.

Berbagai kegagalan itulah yang merubah strategi gerakan khilafah untuk tidak terburu-buru memanfaatkan militer dalam melakukan perebutan kekuasaan. Mereka mulai konsisten menerapkan strategi merebut hati umat dengan membentuk partai, kaderisasi khususnya di kampus dan sekolah, mengajak akademisi dosen dan guru besar, berkolaborasi dengan pemimpin politik dan militer dalam rangka konsolidasi kekuatan.

Doktrin khilafah tetap disebarkan dengan bebas melalui mimbar offline dan online untuk menebar jala narasi memikat umat. Jika kekuatan itu telah besar, bukan tidak mungkin jalan pengambilalihan kekuasaan dilakukan. Secara prinsip tidak mungkin melakukan perubahan mendasar dalam suatu negara dengan tidak mengganti dasar negara dan gerakan yang radikal.

Jika mengatakan gerakan ini tanpa kekerasan sebagaimana dilakukan kelompok radikal teror lainnya, mungkin saat ini bisa dibenarkan. Namun bukan tanpa kekerasan, tetapi potensi kekerasan dan perang antar saudara agar terjadi jika kelompok ini sudah menemukan momentum untuk melakukan gerakan mendasar mengganti dasar negara dan merebut kekuasaan di tengah masyarakat yang plural seperti Indonesia.

Facebook Comments