Debat Santun Wujudkan Masyarakat Anti Hoaks

Debat Santun Wujudkan Masyarakat Anti Hoaks

- in Narasi
897
1
Debat Santun Wujudkan Masyarakat Anti Hoaks

Memasuki tahun 2019 masyarakat masih disibukkan ragam berita bohong yang berkembang, hampir setiap saat semua percakapan di media sosial, grup whatsapp, siaran televisi, media online,media massa tak lepas dari pemilihan presiden. Debat pertama pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Kh. Makruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, di hotel Bidakara 17 Januari 2019, menarik penonton. Itu terbukti dengan rating televisi yang menyiarkan terbilang tinggi.

Debat capres diharapakan bisa memberi lampu terang terhadap kampanye hitam yang berlangsung selama ini. Kampanye hitam yang mewujud pada permainan hoaks dan dan fitnah di media sosial yang mengarah pada ujaran kebencian antara pendukung. Debat capres dan cawapres ini diharapkan menjadi media alternatif untuk mencerdaskan masyarakat. Lebih dari itu, dapat menjadi perantara setiap capres dan cawapres untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka akan berkompetisi secara damai dan beradab dalam pilpres.

Pentingkah debat capres-cawapres

Secara prinsip debat bukan semata-mata panggung seremonial sandiwara. Debat adalah uji publik untuk meyakinkan hati dean menguatkan nalar para pemilih. Menurut JJ Rousseau (1712-1778) debat adalah Du Contract sosial (kontral sosial). Debat dapat dijadikan ajang bagi setiap capres dan cawapres untuk menentukan dan memahami kehendak serta kebutuhan rakyat yang berkontrak secara tidak langsung.

Baca juag :Debat Santun; Debat yang Mendidik dan Bermartabat

Melalui debat, capres bisa menetapkan skala prioritas kebijakan publik sesuai kebutuhannya. Bukan untuk mendefinisikan salah atau benarnya pandangan dan cita-cita yang dimiliki setiap capres, tetapi untuk merangkum kehendak publik dan kebutuhannya. Capres-cawapres tidak boleh tercerabut dari akar masalah yang membelit rakyat, maka program yang ditawarkan merupakan singkronisasi kehendak antara publik dan capres.

Ciri masyarakat modern ialah memilih pemimpim politik menggunakan rasionalitas. Debat akan menciptakan atmosfer kondusif bagi rakyat untuk mengunakan rasionalitas lewat adu gagasan dan uji program. Debat juga mendorong rakyat untuk terhindar dari berbagai bentuk, fitnah, provokasi, hoax dan ujaran kebencian yang berbasis suku, agama, ras dan antar golongan. Inti dari debat tersebut, ialah untuk mendidik publik agar berpikir kritis dan tidak apatis terhadap politik. Serta tidak mudah untuk terpengaruh dengan isu fitnah yang berujung pada kebencian.

Efek debat juga sangat menentukan hasil akhir pilpres pada 2019 ini. Pengaruh debat lebih terlihat terutama di kalangan pemilih mengambang (Swing Voters). Prefensi mereka dipengaruhi oleh penilaian mereka terhadap debat capres. Semakin ketat pertarungan antarkedua pasangan, semakin besar efek debat dalam mengubah permainan. Dalam kompetisi elektoral yang sengit, sekecil apa pun pengaruh debat akan berdampak pada hasil akhir.

Para kandidat dan tim sukses harus menyadari arti penting debat. Mengingat pertarungan pilpres tinggal menghitung jari, jelas membatasi para capres untuk menyapa langsung jutaan pemilih. Debat yang ditanyangkan luas oleh televisi akan menjadi isntrumen penting untuk menyampaikan visi-misi dan program kerja kedua pasangan kandidat selama lima tahun ke kedepan.

Saling menghargai

Debat perdana berjalan cukup lancar dan sesuai dengan desain dan arahan dari KPU. Debat berlangsung menarik karena masing-masing paslon mampu mengikuti alur debat. Mereka bisa menjawab dan memberi tanggapan dengan baik tanpa ada distorsi dari pihak lawan.

Seusai debat, kedua pasagan calon menunjukan sikap yang cair. Hal ini terlihat jelas saat pasangan Joko Widodo-Kh. Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang langsung bersalaman dan berpelukan, bahkan sebelum moderator menutup sesi debat.

Pelukan tersebut menunjukkan kedekatan dan keakraban hubungan antara keduanya, sikap inilah yang perlu kita teladani dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Walau pun kita berbeda pilihan, keharmonisan dan sikap saling saling menghagai antar sesama perlu kita jaga. Bukankah, dalam demokrasi beda pilihan itu sudah biasa! Kenapa harus takut dengan perbedaan. Mari jadikan perbedaan sebagi tembok satu kesatuan dan kemajaun bangsa Indonesia.

Sebagai bagian dari pertarungan pemilihan presiden dan wakil presiden, acara perdebatan diharapapkan tidak menambah polarisasi di kalangan masyarakat. karena saat ini, polarisasi sudah sampai pada lampisan akar rumput, yang diperparah dengan pengguna medsos yang tidak bertanggung jawab, dalam menyebarkan fitnah dan hoax untuk memeca belah.

Jadikan hasil debat untuk memperkuat budaya demokrasi, meningkatkan sikap saling menghormati dan menghargai antara pendukung kedua paslon, yang sangat diperlukan dalam menjaga persatuan dan keutuhan bangsa, terlebih dengan kondisi saat ini, yang penuh dengan ketegangan. Mari kita rayakan demokrasi, sebagai momentum untuk mendorong bangsa Indonesia bergerak lebih kuat dan lebih maju.

Facebook Comments