Di Antara Dua Pilihan, Menjadi Muslim Atau Thagut?

Di Antara Dua Pilihan, Menjadi Muslim Atau Thagut?

- in Narasi
689
0
Di Antara Dua Pilihan, Menjadi Muslim Atau Thagut?

Baru saja memasuki bulan Desember, tapi Indonesia sudah disambut oleh bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar, Bandung. Akibatnya 10 orang nyawa melayang begitu saja. Tentu ini merupakan duka rakyat Indonesia. Duka yang terus menerus terjadi. Entah apa maksud dari duka ini.

Duka yang disebabkan teror, menganggap nyawa manusia tak penting lagi? Apakah perilaku seperti ini dapat disebut sebagai tingkah manusia? Yang katanya telah sempurna karena akal yang telah diberikan oleh Tuhan. Tapi apakah pelaku pemboman atau bom bunuh diri menggunakan akal yang telah diberikan Tuhan?

Ketika masuk bulan Desember, rakyat Indonesia selalu saja diributkan oleh dua hal, pertama terkait hukum mengungkapkan natal kepada non-muslim. kedua, teror terhadap gereja di mana-mana.

Untuk pembahasan pertama, sudah banyak sekali jawaban-jawaban yang kiranya tidak perlu dipaparkan dalam artikel ini. Sedangkan untuk yang kedua, kiranya perlu melihat jauh ke belakang, tepatnya pada tanggal 24 Desember 2000, seorang Banser bernama Riyanto sedang menjaga salah satu gereja di Mojokerto.

Lalu apa yang terjadi, nyawanya direnggut oleh bom. Bom yang berasal dari sebuah paketan yang dikirimkan ke gereja di tempat yang sedang ia jaga. Demi menyelamatkan masyarakat lain, Ia rela untuk membawa pergi Bom tersebut agar tidak ada korban. Dan ia pun kembali kepada pangkuan sang Khaliq, demi kemanusiaan.

Dua kejadian ini perlu kiranya menjadi refleksi baik bagi masyarakat dan juga pemerintah. Di negara yang majemuk, masih ada saja orang-orang atau kelompok-kelompok yang memiliki niat untuk merusak dan menghancurkan negara.

Tindakan yang sejatinya tidak pernah dibenarkan oleh siapapun, khususnya dalam Islam. Islam dalam Al-Qur’an yang merupakan landasan fundamental bagi setiap pemeluknya, tidak melarang seorang muslim untuk membangun silaturahmi satu sama lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mumtahanah (60): 8,

﴿ لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ ٨ ﴾

Terjemah Kemenag 2019

8. Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

Mengenai ayat tersebut, Hamka yang merupakan salah seorang Mufassir Indonesia dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan Muslim tidak dilarang untuk bersilaturahmi kepada tetangganya non muslim dan berlaku adil pula ke mereka. Jika kita memberikan makanan kepada tetangga muslim maka berikanlah pula makanan tersebut kepada tetangga non muslim kita. Dan apabila Melihat tetangga non muslim kita sedang berduka, kita turut bersedih atas duka yang dialaminya.

Sangat indah ajaran Islam jika kita benar-benar memahami inti dari ajaran Islam. Sehingga, tidak salah kaprah dalam menjalankan dan melaksanakan ritus-ritus keagamaan yang selama ini kita lakukan.

Selan memahami agama dengan benar, perlu kiranya melacak lebih dalam lagi siapa dan untuk apa, para pelaku terorisme di Indonesia? Kenapa bisa tumbuh subur dan menjadikan masyarakat tidak tenang. Karena yang menjadi korban tidak hanya seorang non-muslim tapi bisa jadi seorang muslim yang menjadi korban atas tindakan terorisme yang dilakukan.

Apabila pelaku terorisme ini ingin memaksa kehendak dan ajaran yang diyakininya sama saja dia seperti Thagut yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah (2): 256 berikut,

﴿ لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ٢٥٦ ﴾

Terjemah Kemenag 2019

256. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Ayat tersebut menjelaskan dua poin penting, pertama Islam tidak sama sekali memaksa seseorang untuk masuk dan yakin kepada ajarannya. Karena untuk apa masuk ke dalam Islam hanya sebatas lisan karena paksaan bukan karena ketulusan hati. Kedua, seorang muslim yang memegang teguh ajaran Islam sama seperti seseorang yang menggenggam tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.

Ada pun thagut yang ada dalam ayat tersebut, para ahli tafsir biasa menjelaskannya dengan kata “setan”. Berbeda dari ahli tafsir lainnya, Hamka dalam menjelaskan kata Thagut sebagai sebuah perilaku seseorang yang memaksa kehendak ajaran kepada seseorang dan tidak tahu apa yang dipaksa kepada seseorang itu salah atau benar.

Tentu ini menjadi relevan dan perlu menjadi bahan renungan siapa saja khususnya kepada seorang muslim. Apakah ingin menjadi seorang muslim yang memegang erat tali ajaran Allah? atau memilih menjadi thagut dengan memaksa kehendak yang diyakini? Tanyalah kepada hati nurani masing-masing. Wallahu A’lam

Facebook Comments