Moderasi beragama merupakan cara pandang dalam memahami, menghayati dan menjalankan ajaran agama. Moderasi bukan hal baru, tetapi cerminan dari watak dan ajaran agama itu sendiri yang mengedepankan keseimbangan ritual dan moral, spiritual dan sosial, dan individual dan kelompok.
Moderasi beragama sebagai cara pandang umat beragama menjadi penting dilakukan seiring derasnya arus ekstremisme dan radikalisme dalam beragama (ghuluw). Sikap berlebihan dalam beragama merupakan sumber malapetaka peradaban manusia karena tidak sesuai dengan ajaran agama dan fitrah manusia. Moderasi beragama merupakan pilihan cara pandang, sikap dan perilaku di antara pilihan ekstrem yang ada.
Sebagai sebuah cara pandang, moderasi beragama dapat diukur dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan negara dengan memiliki 4 indikator sebagai berikut :
- Komitmen Kebangsaan ( 4 Konsensus Nasional)
Ciri pertama dari cara pandang moderasi beragama adalah meneguhkan komitmen kebangsaan dengan menjaga empat Konsensus Nasional. Moderasi beragama tidak membenturkan antara agama dengan komitmen kebangsaan, nasionalisme, demokrasi dan konstitusi.
Dalam cara pandangan moderasi beragama, ajaran agama didudukan sebagai salah satu sumber nilai, norma dan semangat dalam membangun bangsa dalam persatuan yang tidak mudah dipecahbelah. Setiap agama manapun mengajarkan tentang persatuan dan menjaga perjanjian serta melarang tegas pengkhianatan terhadap komitmen bersama.
Ciri moderasi beragama pertama ini sebagai daya tangkal dan daya tahan agar tidak mudah terpengaruh narasi yang selalu membenturkan agama dan negara dan corak pemikiran kelompok yang mengideologisasi, mempolitisasi, mengeksploitasi agama demi kepentingan politik kekuasaan.
- Toleransi
Ciri kedua dari cara pandang moderasi beragama adalah pandangan, sikap dan perilaku toleran di tengah keragaman. Perbedaan umat manusia adalah rekayasa ilahi yang tidak bisa ditolak apalagi ditentang. Keragaman adalah sunnatullah sebagai bentuk kehendak Tuhan dalam menciptakan manusia dari ragam etnis, suku, bangsa, bahasa, agama dan keyakinan. Jika perbedaan dijadikan sumber masalah niscaya peradaban manusia tidak akan pernah meraih perdamaian, karena sejatinya manusia diciptakan secara beragam.
Toleransi beragama dan berbangsa merupakan sikap moderat dengan cara menghargai, menghormati dan saling bekerjasama dalam kebaikan. Cara pandang ini sebagai daya tangkal terhadap kelompok yang selalu melakukan monopoli kebenaran disertai sikap menyalahkan dan memandang yang berbeda salah dan sesat.
- Anti-kekerasan
Ciri ketiga cara pandang moderasi beragama adalah anti kekerasan dan teror. Agama manapun tidak ada yang mengajarkan kekerasan. Sebuah manipulasi dan distorsi terbesar dalam sejarah yang dilakukan kelompok yang melakukan kekerasan dan teror atas nama agama.
Pengabsahan kekerasan atas nama agama terjadi karena seseorang atau kelompok memiliki virus fanatisme dan ekslusivisme yang memandang di luar kelompoknya sebagai ancaman. Karena itulah, cara pandang moderasi beragama yang ketiga ini untuk menghindari pembajakan kelompok yang menjadikan ajaran agama sebagai sumber bencana, konflik dan kekerasan.
- Akomodatif terhadap kebudayaan dan kearifan lokal
Ciri keempat dari cara pandang moderasi beragama adalah menghargai kebudayaan dan kearifan lokal. Setiap agama lahir dan tumbuh di tengah peradaban, kebudayaan dan tradisi yang ada. Agama mengakomodasi budaya dan kearifan sebagai ruang manifestasi ajaran yang rahmat dan damai. Agama tidak membenturkan dengan budaya yang ada, tetapi menghargai keragaman budaya sebagai penguat ajaran agama. Agama bukan menghilangkan identitas kolektif suatu bangsa, tetapi justru menguatkan kebangsaan dan kebersamaan.
Ciri moderasi beragama yang keempat ini sebagai daya tangkal dan daya tahan dari kelompok yang memiliki sikap ekstrem yang selalu membenturkan agama dan budaya dan selalu menyalah-nyalahkan kebudayaan dan kearifan yang ada. Moderasi beragama tidak hanya terdapat dalam satu agama tertentu, tetapi dapat ditemukan di setiap ajaran agama manapun.
Moderasi adalah watak ajaran agama dan fitrah manusia yang selalu menjaga keseimbangan, keadilan, kesetaraan dan harmoni sosial dalam keragaman. Dengan demikian, moderasi beragama merupakan kunci kerukunan dan harmoni beragama guna meneguhkan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI.