Haji : Silaturahmi Global Dan Refleksi Deradikalisasi

Haji : Silaturahmi Global Dan Refleksi Deradikalisasi

- in Narasi
1366
0

Puncak ibadah haji 1438 H telah dilalui dengan lancar dan khidmat. Jamaah haji akan segera mulai meninggalkan kota suci kembali ke negara masing-masing. Haji mengumpukan berjuta-juta umat Islam seantero dunia. Momentum ini juga menjadi ajang silaturahmi global terbesar setiap tahunnya. Silaturahmi juga terjadi dari antar jamaah haji asal Indonesia. Total kuota jemaah haji Indonesia tahun ini sebanyak 221.000, terdiri dari 204.000 jemaah haji reguler dan 17.000 jemaah haji khusus.

Kondisi ini penting direfleksikan dan diaktualisasikan dalam kehidupan sosial dan kenegaraan. Diantaranya merefleksikan spirit dan nilai haji guna merevitalisasi silaturahmi dan solidaritas kebangsaan. Spirit silaturahmi dan solidaritas penting dimiliki, dipupuk dan dilestarikan bagi setiap anak bangsa di berbagai aspek kehidupan.

Silaturahmi dan solidaritas menjadi kunci menuju soliditas. Soliditas merupakan senjata utama dalam upaya deradikalisasi. Dewasa ini tantangan terorisme dan radikalisme semakin kuat. Upaya terbaik adalah pencegahan dan benteng terkuat mencegahnya adalah revitalisasi soliditas kebangsaan.

Fakta Kebhinnekaan

Kebhinekaan telah menjadi fakta yang niscaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Satu-satunya cara sebagai konsekuensi logisnya adalah upaya merawat kebhinekaan tersebut. Iklim kondusif keberagaman dalam keberagamaan mesti terus disemai agar lestari.

Keberagamaan yang subur dan kondusif di negeri ini mesti memayungi dan mengayomi keberagaman yang ada. Mayoritas melindungi dan menghormati minoritas. Sebaliknya minoritas menghargai eksistensi mayoritas. Jalinan erat antar pihak akan menjadi benteng kuat menghadapi ujian perpecahan dari mana pun dan dengan cara apapun.

Bibit-bibit konflik sekecil apapun mesti segera dibonsai. Pemimpin setiap identitas mesti menjadi panutan dan menggerakkan pengembangan silaturahmi ini. Jalinan yang kuat silaturahmi sosial politik elit akan memudahkan resolusi jika terjadi gesekan di lapangan.

Silaturahmi penting disemai melalui komunikasi dan koordinasi lintas pihak yang intensif dan produktif. Pemerintah mesti menjembatani dan memberikan fasilitasi yang memadai. Penyadaran kepada publik mesti terus digancarkan. Iklim gotong royong, musyawarah dan interaksi sosial lainnya penting diperkuat di tataran masyarakat. Perbedaan tafsir dan pendapat juga mesti dijembatani dengan jalan diskusi.

Refleksi dan Aktualisasi

Aktualisasi mempererat dan menyambung silaturahmi menjadi kewajiban dalam setiap agama. Kewajiban silaturahmi dan saling memaafkan tidak terikat oleh momentum tertentu saja.

Allah SWT berfirman, “Jadilah engkau pemaaf…….” (QS. Al-A’raf:199). Selanjutnya, Nabi SAW bersabda “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka sambunglah tali silaturrahmi”(HR. Al-Bukhari).

Silaturahmi atau dalam bahasa Arab adalah silaturahim terdiri dari dua kosa kata. Pertama,shilahyang berarti menyambung. Kedua, rahimyang berarti rahim wanita. Jadi silaturahmi dapat dimaknai dengan menyambung hubungan dengan kerabat.

Dinamika politik setiap saat pasti menghangat hingga panas sebagai efek kontestasi hingga berebut eksistensi. Elit politik sebagai panutan bagi kader dan simpatisannya sangat strategis memberikan keteladanan politik. Salah satunya dalam membina hubungan lintas ormas hingga antar partai politik. Silaturahmi sosial politik mesti terus dijaga meskipun dalam suasana kompetisi dan perbedaan. Perbedaan yang ada tetap bisa tersatukan dalam bingkai nasionalisme terhadap eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Jalinan silaturahmi menjadi senjata paling ampuh guna memperkuat solidaritas dan mencegah disintegrasi bangsa. Budaya silaturahmi yang teraktualisasikan secara baik tentu akan menjadikan musyawarah sebagai jalan jika terjadi perbedaan. Konflik fisik dengan demikan akan bisa dihindari sejak dini.

Silaturahmi mesti terjalin erat dalam setiap level dan semua komponen. Di tataran akar rumput, antar warga mesti terjadin ikatan sosial yang kuat. Demikian pula antar elit atau pemimpin, serta antara warga dan elit tersebut.

NKRI mesti menjadi pemersatu jika terjadi perbedaan pandangan atau pilihan politik. Perbedaan dan persaingan yang ada mesti didedikasikan semua bagi eksistensi dan kemajuan NKRI hingga kancah global.

Model silaturahmi dapat menjadi jembatan terbangunnya rekonsiliasi jika terbentuk kutub sosial politik yang berlawanan. Motivasi silaturahmi juga dapat menjadi senjata resolusi konflik. Dasar spiritualisme penting dijadikan pondasi kesadaran bagi setiap pihak guna mengaktualisasikan silaturahmi dalam berbagai lini secara berkesinambungan.

Kearifan lokal dari masing-masing budaya juga penting digali. Interaksi antar budaya penting dikembangkan melalui even-even budaya. Jalinan koordinasi juga penting dipererat melalui forum atau sejenisnya.

Aktualisasi silaturahmi kebangsaan mesti tidak hanya berhenti pada momentum tertentu saja. Sebaliknya mesti berkesinambungan tiada batas waktu dan tempat.

Facebook Comments