Sikap berlebihan dalam aspek apapun tidak akan membawa kebaikan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Karena itulah, Islam sangat mengecam pemikiran, pandangan, sikap dan tindakan yang berlebih-lebihan. Berlebihan-lebihan teramat bahaya apabila terjadi dalam persoalan keagamaan.
Islam telah memberikan warning keras terhadap sikap berlebihan-lebihan dalam urusan agama ini (Al-Maidah/5:77). Dalam agama istilah berlebih-lebihan ini disebut dengan istilah ghuluw. Istilah ini dapat kita padankan dengan beragama secara ekstrim atau radikal. Inilah yang dipraktekkan oleh kelompok radikal terorisme yang memeras ayat dan hadis untuk kepentingan tindakan ekstrim mereka.
Salah satu ciri dari sikap ghuluw adalah Tanaththu’ (sikap ekstrem). Sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ûd RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:“Celakalah orang-orang yang ekstrim!” Nabi mengucapkannya kalimat tiga kali. Untuk menghindari sikap ekstrim ini Islam memberikan batasan syariat. Orang ekstrim selalu melampuai batasan yang telah ditentukan dalam Agama. Bahkan dalam perang pun Islam memberikan batasan agar tidak jatuh dalam sikap berlebih-lebihan semisal dalam Surah al-Baqarah : “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [al-Baqarah/2:190]
Tahukah kalian apa yang menyebabkan umat beragama jatuh dalam sikap ekstrim. Pertama, kedangkalan dalam pemahaman agama. Antusiasme yang tinggi dalam beragama tetapi tidak dibarengi dengan pemahaman yang memadai menyebabkan seseorang mudah jatuh dalam sikap ekstrim. Kedua, Taqlid buta. Sikap taqlid terhadap orang yang dipercaya memumpuni tentu saja tidak bermasalah. Tetapi taqlid buta terhadap manusia apalagi dalam hal yang bertentangan dengan ajaran agama merupakan tanda ia jatuh dalam sikap ekstrim.
Taqlid buta cenderung menutupi kebenaran terhadap pandangan yang lain. Ia tidak mempunyai perbandingan dan hanya mempercayai guru atau mentor yang sudah mendoktrinnya. Orang yang taqlid buta cenderung ekslusif dan menutup diri dari pandangan orang lain.
Bagaimana menghindari sikap ekstrim dalam beragama? Pertama, kita harus kembali pada prinsip dasar Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Islam agama rahmat yang tidak pernah membebani umatnya di luar batas kemampuannya. Nabi sebagaimana terekam dalam Qur’an memohon kepada Allah tentang kemudahan beragama bagi umatnya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.(QS. Al-Baqarah : 286).
Islam agama mudah, tetapi jangan sampai jatuh pada sikap mengentengkan ajarannya. Islam agama yang selalu mengerti kesulitan umatnya, sehingga dalam ibadah kita kenal dispensasi kemudahan atau rukhshoh. Umat Islam sangat beruntung dengan tidak adanya paksaan yang berlebihan dalam beragama. Bahkan paksaan terhadap orang lain yang beda agama pun sangat dilarang.
Apa kata kunci dari itu semua bahwa Islam adalah jalan tengah (moderat) dari sikap ekstrim dan longgar. Ibnu Taimiyah pernah berkata: “Agama Allah adalah agama pertengahan, antara sikap ekstrim (berlebih-lebihan) dan sikap terlalu longgar (taqshir). Pandangan moderat inilah yang menjadi sangat penting untuk kembali ditegaskan. Tidak sedikit umat Islam jatuh dalam pandangan ekstrim yang seolah sangat membela agama, padahal sesungguh ia sudah keluar dari ajaran agama.
Langkah kedua menghindari sikap ekstrim adalah berdialog. Umat Islam harus berhijrah keluar dari sikap ekstrim dan sikap berlebihan dalam beragama dan bertindak menuju pemahaman yang moderat. Umat Islam harus berani menerima pandangan berbeda untuk membuka wawasan yang lebih luas. Sikap ekstrim muncul karena kita malu bertanya dan berdialog dengan siapapun, sembari hanya memuji kebenaran yang diyakininya secara sempit.
Ingat peradaban Islam pada zamannya mencapai keemasannya karena Islam selalu didialogkan dengan peradaban di luar Islam. Konstruksi peradaban Islam dibangun dengan beragam perspektif, pandangan dan wawasan. Irak pada zamanya menjadi pusat peradaban ilmu pengetahuan yang menyimpan ribuan ilmu pengetahuan dari ragam cabang ilmu. Apa kuncinya? Islam yang tidak menutup diri, tetapi selalu membuka terhadap wawasan dan pandangan baru.
Kehancuran umat Islam karena sikap yang berlebih-lebihan dalam beragama. Umat Islam saat ini harus mempunyai pandangan moderat dan terbuka. Islam harus ditampilkan dengan sejuk, damai, toleran dan jauh dari kesan ekstrim, tertutup apalagi kekerasan. Islam tidak akan besar dengan hanya mengandalkan ekspansi fisik, tetapi Islam akan berkibar dengan eksplorasi gagasan dan ilmu pengetahuan yang terbuka luas. Mari ber-Islam secara moderat dan terbuka.