Tema kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, yakni Faith, Fraternity, and Compassion tampaknya berhasil diejawantahkan. Faith tampak pada kegiatan misa akbar yang dipimpin Paus Fransiskus di Stadion Gelora Bung Karno. Misa itu dihadiri oleh kurang lebih 80 ribu jemaah. Belum lagi jemaah yang menyimak melalui tayangan live streaming di gereja-gereja Katolik di seluruh Indonesia.
Compassion yang artinya bina rasa atau kasih sayang tampak pada sikap Paus yang menebar kasih sayang bagi siapa pun. Di atas mobil, dalam perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta sampai Istana Negara ia beberapa kali berhenti hanya untuk sekadar memberikan berkat pada masyarakat yang menyambutnya.
Sebuah video yang viral di media sosial bahkan merekam adegan ketika Paus memberikan berkatnya pada seorang perempuan berjilbab. Sebuah pemandangan yang tentunya menyentuh alam bawah sadar kita sebagai manusia relijius.
Sedangkan fraternity yang bermakna persaudaraan mengemuka pada pertemuan Paus dengan tokoh-tokoh muslim di Masjid Istiqlal Jakarta. Di kesempatan itu, Paus Fransiskus bertemu dengan Imam Besar Masjid Istiqlal, Kiai Haji Nasaruddin Umar. Terjadi adegan menarik ketika Nasaruddin Umar mencium kepala Paus Fransiskus. Lalu, Paus membalas dengan mencium tangan Nasaruddin Umar.
Human fraternity, memang menjadi salah satu konsern utama Geraja Katolik untuk menjalin relasi damai dengan agama lain, terutama Islam. Pada tahun 2019 misalnya, Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmed at Thayib menandatangani dokumen Deklarasi Abu Dhabi.
Deklarasi itu bertajuk “Dokumen Persaudaraan Manusia Untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan”. Dokumen itu adalah wujud komitmen Gereja Katolik untuk melawan ekstremisme dan kekerasan atas nama agama serta mewujudkan koeksistensi damai antaragama di dunia.
Selanjutnya, pada tahun 2020, di tengah dunia global yang berjibaku melawan pandemi Covid 19, Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik ketiga, yakni Fretelli Tutti. Enskiklik atau surat amanat Paus itu dikeluarkan pada tanggal 3 Oktober 2020.
Secara garis besar, ensiklik Fratelli Tutti itu berisi seruan untuk memperkuat persaudaraan manusia dalam menghadapi segala problem sosial, ekonomi, dan sebagainya yang diakibatkan wabah Pandemi global. Namun, secara umum Fratelli Tutti juga bermakna seruan untuk memperkuat relasi antaragama dalam menghadapi tantangan zaman yang kian kompleks.
Hanya dalam kurun waktu 3 tahun saja, Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik mengeluarkan dua dokumen penting terkait persaudaraan kemanusiaan yang melampaui sekat agama. Jauh sebelumnya, Gereja Katolik melalui dokumen Kondisi Vatikan 2 juga sudah secara eksplisit mengakui adanya kebenaran dan jalan keselamatan di luar Katolik atau kekristenan.
Kini, di tahun 2024 Paus Fransiskus kembali menandatangani dokumen persaudaraan kemanusiaan bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Nasarudin Umar. Dokumen yang disebut sebagai “Deklarasi Istiqlal” itu memuat komitmen untuk memperkuat persaudaraan lintas agama terutama Islam dan Kristen di Indonesia.
Gagasan tentang persaudaraan manusia alias human fraternity sebenarnya juga bukan milik Katolik saja. Sebagai bagian dari agama Ibrahim, Islam juga mengenal konsep persaudaraan kemanusiaan yang diistilahkan sebagai “ukhuwah basyariyah/insaniyyah“.
Merajut Ukhuwah Lintas-Agama di Akar Rumput
Di dalam Alquran dijelaskan bahwa Islam memposisikan agama lain terutama Kristen dan Yahudi sebagai ahlul kitab, yang sama-sama meyakini keesaan Tuhan. Dan, Islam mewajibkan umatnya untuk menghormati dan hidup berdampingan dengan golongan ahli kitab.
Tidak ada dalil dalam Islam yang melarang umatnya melakukan kerja sama atau berinteraksi dengan kelompok non-muslim, sepanjang masih ada dalam ranah muamalah, bukan ibadah apalagi akidah. Maka, konsep human fraternity dan ukhuwah basyariyah/insaniyyah ini kiranya menjadi jembatan yang menghubungkan kedua agama (Islam dan Kristen).
Pertemuan, Paus Fransiskus dengan K.H. Nasaruddin Umar di Istiqlal, adalah upaya kedua agama untuk menjalin persaudaraan yang melampaui sentimen teologis. Jika pertemuan antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar dimaknai sebagai upaya menjalin relasi harmonis Islam-Kristen di kawasan Timur Tengah. Maka, pertemuan Paus Fransiskus dan Imam Besar Istiqlal kiranya bisa dipahami sebagai upaya membangun koeksistensi damai Islam-Kristen di kawasan Asia.
Satu hal yang wajib dilakukan adalah bagaimana agar pertemuan antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal ini ditindaklanjuti oleh para tokoh agama di level menengah ke bawah, dan akhirnya mewujud pada relasi harmonis umat beragama di level akar rumput. Jangan sampai, konsep human fraternity atau ukhuwah insaniyah hanya berkembang di level elite saja.
Gagasan tentang persaudaraan kemanusiaan harus membumi di tengah umat beragama. Persaudaraan kemanusiaan harus menjadi nafas yang menghidupi relasi antaragama. Dengan begitu, kita patut optimistik bahwa hubungan antar agama yang terjalin akan steril dari praktik diskriminasi, intoleransi, juga kekerasan.