Sungguh ironis, negara yang mayoritas muslim, bahkan terbanyak sedunia, justru seringkali dihampiri dengan isu yang sangat berisik, islamofobia. Bayangkan negara-negara Timur Tengah notabene negara Islam kagum terhadap Islam Indonesia. Kesantunan, toleransi, dan gotong royong tercermin dalam sikap umat Islam. Namun, di dalam negara justru tercipta arus islamofobia. Betulkah ada islamofobia?
Harus diakui bahwa isu islamofobia sejatinya bukanlah hal baru. Secara global, isu ini muncul akibat perlakuan diskriminatif terhadap umat Islam dalam memenuhi hak dan identitasnya di tengah negara sekuler dan ramainya perlakuan rasial di negara tersebut. Imigran muslim dari Timur Tengah, khususnya, kerap mendapatkan perlakuan buruk baik dari kebijakan pemerintah atau masyarakat Barat.
Jika melihat konteks itu, sekali lagi pertanyaannya adalah adakah islamofobia di Indonesia? Sesungguhnya isu Islamofobia tidak bisa dilepaskan dari kristalisasi politik identitas dan politisasi agama yang banyak dimainkan oleh oknum-oknum untuk mendapatkan sentiment dan emosi agama. Kepentingannya tentu beragam demi politik elektoral, demi membuat kegaduhan atau demi memprovokasi masyarakat.
Melacak Sumber Islamofobia
Provokasi berbasis agama yang melahirkan isu islamofobia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bibit radikalisme yang kerap melakukan ideologisasi dan politisasi agama. Jika dirunut belakang sebagaimana disebutkan sebelumya bahwa islamofobia sejatinya penyakit masyarakat Barat dalam melihat Islam. Islamofobia muncul karena kekhawatiran Barat terhadap dominasi peradaban Islam di Timur Tengah yang lagi pada masa keemasannya. Literatur Barat tidak sedikit mempropagandakan narasi peyoratif yang mendiskreditkan Islam dan muslim.
Pada perkembangan selanjut, warisan islamofobia itu memang masih melekat di kalangan masyarakat Barat. Namun, kelahiran terorisme yang mengatasnamakan bahkan membajak Islam di Barat menumbuhkan kembali narasi islamofobia di Barat. Kebencian terhadap Barat pasca serangan 9/11, misalnya, semakin meningkat. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa salah satu penyebab adanya Islamofobia karena perilaku radikal terorisme yang banyak terjadi yang dilakukan oknum umat Islam yang membajak ajaran Islam.
Stigma Islam teroris sejatinya logika yang salah dan sesat. Namun, sebagian kecil oknum umat Islam justru bangga dengan Tindakan kekerasannya yang mengatasnamakan Islam. Sehingga pada akhirnya, ada kerancuan berpikir di tengah masyarakat bahwa memerangi terorisme berarti memerangi Islam. Segala upaya pemerintah dalam penanggulangan paham radikal terorisme yang mengatasnamakan agama dianggap Islamophobia.
Islamofobia muncul karena Islam dibajak oleh oknum umat Islam dalam bentuk teror. Karena itulah, upaya penanggulangan terorisme yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sejatinya merupakan langkah penyelamatan untuk melindungi nilai-nilai Islam dibajak oleh kelompok teroris. Lahirnya aksi teror dengan mengatasnamakan agama adalah buah kebodohan, keawaman, serta ketidakpahaman yang dipolitisasi oleh kelompok terorisme.
Meski Indonesia dikenal dunia sebagai negara yang muslim toleran, namun juga harus mengakui ada bibit radikal yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Karena itulah, isu islamofobia semakin digoreng dan diolah oleh oknum dan kelompok kepentingan untuk membangkitkan kembali emosi dan perlawanan umat. Bagi mereka, Islam yang harus ditampilkan bukan Islam yang moderat, bersahabat, dan toleran serta menyatu dalam bingkai kebangsaan. Islam harus ditampilkan sebagai ideologi politik bahkan ideologi perlawanan terhadap ideologi negara.
Mencegah Dua Gerbong Pengusung Islamofobia
Apa kepentingannya? Ada dua kepentingan yang berbeda-beda. Setidaknya ada dua gerbong. Pertama, gerbong kelompok kepentingan politik. Mereka biasa menjual isu islamofobia demi politik electoral. Prakteknya adalah politik identitas dengan mengeksploitasi emosi keagamaan. Kelompok ini akan tampil seolah memperjuang Islam yang sedang ditindas oleh negara. Menjual isu-isu agama masih dianggap laku dalam momentum politik.
Kelompok kedua gerbong ideologisasi Islam. Isu Islamofobia selalu saja ditrendingkan untuk melakukan kebencian balik terhadap negara. Seolah negara ini sedang menindas, mendzalimi dan membenci Islam. Islam di Indonesia seolah tidak mendapatkan ruang kebebasan. Dan pada akhirnya, bahwa Pancasila sebagai dasar negara sejatinya tidak bisa mencerminkan Islam dan bertentangan dengan Islam.
Sampai di sini sejatinya bisa dilihat bagaimana kelompok-kelompok yang sering memperdagangkan isu Islamofobia. Pada akhirnya, isu ini hanya akan memecah belah muslim yang tidak hanya rukun dengan sesama muslim tetapi juga harmoni dengan umat beragama yang lain. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam etnis dan agama tetap bisa hidup berdampingan damai dengan harmonis.
Narasi islamofobia tentu akan ramai apalagi dalam kontestasi politik menjelang 2024. Bisa sangat mungkin ada pertemuan dua gerbong dalam bentuk symbiosis mutualistik. Asal demi kepentingan politik semuanya bisa digadaikan. Itulah kelompok oportunis dan pragmatis yang seringkali menjual isu islamofobia.
Karena itulah, umat harus cerdas memahami peta dan sumber isu islamofobia. Muslim di Indonesia adalah teladan dan contoh yang banyak dilirik oleh negara-negara muslim lainnya. Jangan pernah mau dihasut oleh isu murahan islamofobia.