Ketika Al-Qur’an Membincang Diskursus Kepemudaan

Ketika Al-Qur’an Membincang Diskursus Kepemudaan

- in Keagamaan
28
0
Ketika Al-Qur’an Membincang Diskursus Kepemudaan

Al-Qur’an merekam banyak cerita mengenai keutamaan aktivisme pemuda. Dalam Al-Qur’an kata yang identik dengan pemuda adalah fata dengan berbagai macam bentuk derivasinya. Ia terulang sebanyak tujuh kali dengan rincian, fata (QS. Yusuf [12]: 30, al-Kahfi [18]: 60 dan 62, al-Anbiya’ [21]: 60), fatayani/bentuk tasniyah (QS. Yusuf [12]: 36), al-fityatu (QS. al-Kahfi [18]: 13), fityan (QS. Yusuf [12]: 62), dan fatayat/pemudi (QS. al-Nisā’ [4]: 25).

Kata ‘pemuda’ dalam Al-Qur’an lazim disebutkan sebagai sosok yang memiliki mental tangguh berani melawan kebatilan, seperti Ashabul Kahfi yang dikisahkan menolak ajakan Rajan Dikyanus untuk menyembah berhala.

Kisah 7 pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama 309 tahun ini disebutkan dengan kata ‘fityah’ (para pemuda) dalam QS. Al-Kahfi: 13,

نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى

Artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”

Berangkat dari ayat ini, Imam Ibnu Kastir dalam tafsirnya menegaskan bahwa pemuda selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat pada masa perjuangan dakwah Rasulullah juga didominasi oleh para pemuda.

Selain menyinggung kisah Ashabul Kahfi sebagai pemuda tangguh, ayat Al-Qur’an juga banyak mengisahkan sosok-sosok pemuda lain yang memperjuangkan kebenaran pada masanya seperti Nabi Isa, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan nabi-nabi lainnya.

Dalam ayat lain, Allah swt juga menyinggung masa muda sebagai fase kondisi fisik yang kuat, berbeda dengan fase pertumbuhan sebelumnya yaitu masa kanak-kanak atau masa setelahnya yaitu masa tua. Dalam Al-Qur’an dijelaskan,

ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفٖ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ ضَعۡفٖ قُوَّةٗ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ قُوَّةٖ ضَعۡفٗا وَشَيۡبَةٗۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡقَدِيرُ

Artinya, “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”

Hanya kemudian, karena emosi usia muda belum stabil maka usia ini sangat rentan terhadap perilaku kemaksiatan. Hal ini menjadi tantangan bagi kaum muda agar bisa mengendalikan hawa nafsu sehingga bisa selau menjaga ketakwaan kepada Allah swt. Dalam satu hadits diriwayatkan:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ فأَخْفَاها، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاه

Artinya, “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah swt pada hari tidak ada naungan kecuali milik-Nya (hari kiamat), yaitu; Imam yang adil, pemuda yang hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak wanita yang kaya dan cantik untuk berzina, maka laki-laki itu berkata, ‘Aku takut kepada Allah, orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya, seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga matanya meneteskan air mata.” (HR Al-Bukhari).

Hadits di atas memosisikan sosok pemuda pada urutan kedua setelah pemimpin adil sebagai kelompok yang akan mendapatkan pertolongan Allah kelak di hari kiamat. Ini menunjukkan Islam sangat mengapresiasi seorang Muslim yang masa mudanya digunakan untuk beribadah, padahal usia muda merupakan fase banyak godaan untuk bermaksiat karena dorongan nafsu dalam jiwa begitu kuat.

Terdapat beberapa poin penting konsep generasi muda dalam Al-Qur’an di antaranya adalah; pertama, hendaknya para generasi muda memiliki keimanan dan keyakinan yang kuat, Kedua, Bermoral dan takut kepada Allah SWT, ketiga, yaitu memiliki ke tawadhu’ an atau kerendahan hati, keempat bertanggungjawab dan taat kepada pemimpin, kelima, hendakanya para generasi muda tersebut memiliki keberanian dan tidak takut melawan kebatilan.

Tantangan generasi muda era kini adalah kurangnya kepedulian terhadap dunia sekeliling mereka seperti dunia politik, ekonomi, isu agama. Sikap abai ini membuat identitas mereka terombang-ambing sehingga rentan terperangkap dalam paham yang berbahaya.

Generasi muda Islam di era kekinian hendaknya mampu mencerminkan diri sebagai generasi khaira ummah dalam arti generasi yang kokoh secara spiritual dan luas secara keilmuan juga professional.

Islam tidak menutup diri terhadap modernisasi. Semangat aktivisme pemuda seperti yang dipaparkan di atas menegaskan peran generasi muda menjadi agensi merangkul khazanah pengetahuan yang komprehensif baik yang fisis maupun metafisis, masa lalu, sekarang bahkan masa yang akan datang.

Facebook Comments