Pengakuan Amerika Serikat (AS) atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel langsung memicu ketegangan yang ada di Timur Tengah. Berbagai kelompok di Palestina sudah menyatakan penolakannya terhadap AS dan Israel begitupun sejumlah negara di dunia, tidak ketinggalan juga warga Nahdlatul Ulama (NU).
Menurut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sikap Presiden AS Donald Trump yang menyatakan bahwa Yerusalem merupakan ibu kota Israel merupakan suatu tindakan yang akan mengacaukan dan merusak perdamaian dunia. Sikap tersebut akan membuat situasi dunia menjadi semakin panas dan mengarah pada konflik yang tak berkesudahan. PBNU juga Mengecam keras tindakan pengakuan sepihak tersebut. Yerusalem bukanlah ibu kota Israel melainkan Yerusalem adalah ibu kota Palestina yang telah kita akui kedaulatannya. PBNU mendesak agar PBB segera memberikan dan mengesahkan keanggotaan Negara Palestina menjadi anggota resmi PBB dan memberikan hak yang setara sebagai rakyat dan negara yang merdeka.
Sekjen PBNU, A. Helmy Faishal Zaini mengatakan bahwa konflik yang terjadi di Masjid Al-Aqsha sesungguhnya merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Dalam tragedi itu hak ibadah yang sesungguhnya merupakan hal dasar setiap manusia, dikekang dan diintervensi. Inilah yang menurutnya sangat bertentangan dengan prinsip, hak, dan sekaligus rasa kemanusiaan. (NU Online: 2017)
Islam Nusantara dan Solusi Perdamaian
Indonesia dikenal sebagai negeri Muslim yang demokratis dengan ciri Islam moderat. Prinsip tasamuh atau toleransi ada dalam pandangan Islam Nusantara. Islam Nusantara yang menjadi tema utama dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang pada 1-5 Agusus 2015 menjadi isu yang menarik perhatian publik. Tidak sedikit yang memperdebatkan mengenai tema ini akan tetapi banyak juga yang mendukungnya.
Islam Nusantara bisa menjadi pintu masuk perdamaian dunia. Konsep yang terkandung didalamnya tidak menyisakan celah sedikitpun bagi ekstrimisme, kaum intoleran dan paham radikal.
Islam Nusantara ialah Islam yang lahir dan bergumul serta berakar pada budaya Nusantara, dari perspektif Nusantara sendiri. Bukan perspektif Barat atau Arab yang selama ini selalu bias dalam memahami kenusantaraan. Kajian Islam Nusantara bukan sekedar kajian terhadap kawasan Islam, tetapi lebih penting lagi merupakan kajian terhadap tata nilai Islam yang ada di kawasan ini yang telah tumbuh dan berkembang selama berabad-abad oleh para wali dan ulama Nusantara. (KH. Said Aqil Siroj, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara, 2015)
Abdurrrahman Wahid (Gus Dur) dalam tulisan yang ia populerkan juga menekankan nilai dasar ajaran Islam (Weltanschauung Islam) dalam tiga bagian; persamaan, keadilan dan demokrasi. Ketiga ini diejawantahkan dalam sikap keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan. Itulah kenapa ada agenda prioritas dimana Gus Dur mengajak untuk menciptakan kesadaran masyarakat tentang apa yang harus dilakukan umat Islam dalam bangsa Indonesia majmuk ini. Dengan kata lain, nasionalisme umat Islam di Indonesia harus beriringan dengan menjalin dan menjaga hubungan dengan setiap unsur bangsa. Bukan malah mengaktualisasikan spirit Islam guna mengagendakan pertumpahan darah seperti yang kini dialami oleh sebagian negara-negara Timur Tengah. (Pribumisasi Islam, 2001)
NU yang hadir dalam gerakan Islam Nusantara sebagai peneguh dari keislaman yang merahmati bagi semesta, memiliki segudang nilai-nilai sebagai landasan dalam menegakkan humanisme. Persoalan kemanusiaan yang terjadi, tak terkecuali bagi muslim ataupun non-Muslim, juga merupakan persoalan umat Islam. Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina bukan hanya konflik antara Islam dan Yahudi, melainkan antara penguasa Israel dengan bangsa Palestina. Namun hal ini bukan berarti membenarkan tindakan tentara Israel yang menyerang bangsa Palestina.
“Bila konflik yang terjadi antara Israel dan palestina tidak ada penyelesaian maka ancamannya adalah hancurnya peradaban”. (KH Yahya Cholil Staquf)
Indonesia perlu mengekspor Islam Nusantara dengan partisipasi aktif sebagai penyeru perdamaian, toleransi, dan keadilan di ranah regional dan internasional. Indonesia harus lebih aktif terlibat dalam penyelesaian isu kemanusiaan. Seperti yang saat ini terjadi di Yerusalem, Palestina. Khasanah Islam Nusantara seharusnya dijadikan spirit perdamaian ke penjuru dunia, bahwa Islam Indonesia mengajarkan toleransi, persaudaraan sesama manusia dan cinta damai.