Tepat sebelum tahun berganti, tuhan rupanya telah menghadiahi kita dengan kado indah penuh makna dan pembelajaran. Kado itu adalah datangnya dua perayaan hari besar agama yang datang hampir bersamaan. Di bulan Desember ini, umat muslim akan merayakan kelahiran nabi besar Muhammad SAW di penghujung tahun, tepatnya pada 24 Desember ini. Tepat sehari setelahnya (25 Desember 2015) umat kristen merayakan kelahiran Yesus melalui perayaan Natal. Tentu hal ini merupakan momen besar yang patut untuk dirayakan masing-masing umatnya , bukan malah diributkan.
Seperti telah disinggung di atas, ‘kado’ akhir tahun ini harus dirayakan dan dijadikan pembelajaran bersama. Pertama, patut dirayakan karena moment tersebut menandai hadirnya dua kekasih tuhan yang dipercaya untuk mewartakan kebenaran dan jalan kebahagiaan kepada seluruh alam. Dua kekasih tuhan tersebut, Isa dan Muhammad, adalah suri tauladan bagi kita semua, sehingga kehadirannya patut dirayakan sebagai wujud kegemberiaan dan suka cita. Tentu masing-masing dari kita memiliki klaim-klaim kebenaran tentang keduanya, namun perbedaan tersebut tidak seharusnya dijadikan sebagai alasan untuk menyulut permusuhan, karena sebagaimana diajarkan dalam agama, perbedaan adalah sebuah rahmat dan keniscayaan yang diciptakan tuhan agar kita dapat saling mengenal dan belajar satu sama lain.
Kedua, momen besar di atas sudah sepatutnya dijadikan bahan pembelajaran bagi kita semua, utamanya terkait sikap menghargai dan menghormati perbedaan. Sepanjang tahun 2015 ini, negeri kita beberapa kali disambangi berbagai konflik yang mengatasnamakan agama, baik yang terjadi antara pemeluk agama yang berbeda, maupun antar sesama pemeluk agama yang sama. Hal ini tentu harus menjadi bahan refleksi bersama, terlebih karena agama tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam menyelesaikan perselisihan.
Sikap terbuka dan menghargai perbedaan adalah dua hal penting yang selama ini sepertinya tenggelam di lautan keangkuhan sebagaian orang yang merasa diri paling benar, sehingga konflik atas nama agama terlalu mudah pecah. Padahal di waktu yang bersamaan kita juga percaya bahwa agama hadir untuk membawa pesan-pesan perdamaian, karenanya kerusuhan dan berbagai konflik lainnya –meskipun mengatasnamakan agama—tentu tidak termasuk dalam pesan agama.
Perayaan dua momen besar yang hadir secara hampir bersamaan di penghujung tahun ini sepertinya merupakan cara tuhan untuk mengingatkan kita betapa perbedaan bukanlah alasan untuk meredam suka cita dan kegembiraan. Bersuka cita karena tuhan telah menurunkan manusia-manusia terbaiknya untuk kita, dan bergembira karena dengan kehadiran mereka kita mendapat petunjuk terhadap jalan kebenaran.
Saya menduga, tuhan menghadirkan dua perayaan besar tersebut secara hampir bersamaan supaya kita semua bisa melihat dan merasakan betapa menghargai perbedaan jauh lebih menentramkan dibanding menyulut permusuhan. Lebih baik kita semua bergembira dengan ‘kado’ indah dari tuhan ini daripada terus-terusan tersulut kemarahan yang hanya akan berujung pada tragedi.
Semoga hal ini menjadi pembelajaran untuk kita semua, sehingga kita dapat mengakhiri tahun ini dengan kebaikan dan bersiap memasuki tahun berikutnya dengan kebaikan-kebaikan lainnya.