Perayaan Maulid Nabi di Indonesia adalah saat yang penuh makna dan kedamaian, di mana umat Islam merayakan kelahiran Nabi Muhammad sambil memupuk rasa persatuan dan toleransi yang mendalam. Dalam negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya seperti Indonesia, nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan persatuan antaragama menjadi sangat penting.
Dalam konteks zaman sekarang, perayaan Maulid Nabi dapat menjadi sarana untuk menyadarkan seluruh umat Islam, terutama di Indonesia, tentang pentingnya mengulik kembali literatur perjuangan dakwah Rasulullah sekaligus strategi dakwah yang digunakan saat Islam pertama kali datang ke Indonesia dan berhasil diterima oleh berbagai kelompok masyarakat adalah kunci kesuksesan dalam penyebaran agama Islam.
Di Indonesia, terdapat sejumlah tokoh penyebar agama Islam yang sangat dikenal dan dihormati, yang menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang santun dan penuh toleransi. Mereka dikenal sebagai Wali Songo, sembilan penyebar agama Islam dalam sejarah Indonesia.
Wali Songo memainkan peran kunci dalam penyebaran agama Islam di wilayah Nusantara. Mereka adalah peletak dasar Islam yang membawa kontribusi besar dalam mempromosikan Islam sebagai agama perdamaian dan toleransi. Konsep Islam yang mereka bawa dipenuhi dengan nilai-nilai perdamaian dan diadaptasi untuk membangun harmoni Islam dengan tradisi lokal, yang memungkinkan agama ini untuk diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
Pendekatan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Jawa adalah dengan cara yang ramah dan santun. Hal ini membuat Islam mendapatkan posisi yang kuat dalam masyarakat dan akhirnya menyebar luas di Nusantara.
Perayaan Maulid Nabi di Nusantara dalam bentuk yang akulturatif merupakan bagian dari warisan strategi Wali Songo, karena dianggap mampu memperkuat iman, mempromosikan perdamaian, dan persatuan. Wali Songo berhasil mendorong umat Islam untuk hidup berdampingan dengan masyarakat yang memiliki berbagai latar belakang budaya dan agama. Agama dan budaya bukan saling menghancurkan, tetapi menjadi dua elemen yang saling menguatkan.
Keberhasilan Wali Songo dalam menyebarkan Islam disebabkan oleh pendekatan inklusif mereka, yang mencakup pemahaman terhadap budaya lokal dan bahasa daerah untuk memfasilitasi komunikasi dengan penduduk setempat. Strategi dakwah seperti ini yang mestinya tetap dipertahankan oleh umat Islam Indonesia dalam menyebarkan dan menguatkan Islam di tanah air.
Namun, dalam lingkungan yang semakin berkembang, kita juga menyaksikan kemunculan dakwah Islam yang tidak selaras dengan ajaran Islam dan warisan Wali Songo. Instrumen dakwah yang digunakan saat ini sangat berbeda dengan yang diajarkan oleh Rasulullah dan Wali Songo.
Fenomena ini melibatkan pemaksaan dan intimidasi, seringkali atas nama agama, yang sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mendorong kasih sayang, belas kasihan, dan toleransi.
Praktik kekerasan dan tindakan radikal mengatasnamakan dakwah harus dihindari dan dicegah, baik oleh mereka yang mengklaim membela agama maupun oleh siapa pun. Keberlanjutan tindakan kekerasan ini hanya akan menyebabkan perpecahan dan ketegangan dalam masyarakat.
Islam, sebagai agama yang menekankan persaudaraan dan perdamaian, harus berfungsi sebagai pemandu dalam memupuk kerukunan dan toleransi. Ini adalah tantangan bagi umat Islam untuk menerapkan semangat kerukunan dan toleransi yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan Wali Songo.
Dengan demikian, perayaan Maulid Nabi di Indonesia, sebagaimana diajarkan oleh Wali Songo, mencerminkan sikap yang sesuai dengan ajaran Rasulullah. Maulid Nabi harus digunakan sebagai kesempatan untuk mempromosikan perdamaian, persatuan, dan toleransi antaragama dalam masyarakat yang kaya akan keberagaman budaya seperti Indonesia.