Melakoni Budaya “Trust Culture”

Melakoni Budaya “Trust Culture”

- in Narasi
1744
0
Melakoni Budaya “Trust Culture”

Dalam kancah sosial politik, Francis Fukuyama dalam bukunya Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity pada 1995,selalu menggaungkan betapa pentingnya sebuah “lakon” peradaban bangsa. Dengan tingkat kebudayaan saling percaya yang sangat tinggi “Community base on trust culture”. Hal ini sebagai keniscayaan terpenting untuk membangun Counter activity di tengah kesadaran untuk saling terbuka, membentuk kesepakatan dan membuang sikap dan sifat kecurigaan satu sama lain.

Francis Fukuyama selalu mencontohkan negara-negara maju secara politik, ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan layaknya Amerika Serikat, Jepang, German dan negara-negara maju lainnya. Negara-negara tersebut, dijadikan sample secara reflektif dengan standar masyarakat dengan tingkat budaya rasa saling percaya satu sama lainnya yang sangat tinggi high trust society.

Karena, jika tingkat kesadaran masyarakat akan budaya saling percaya sangatlah rendah low trust society, maka kemungkinan besar setiap aktivitas kebangsaan, selalu dihantui rasa ketidakpercayaan dan saling curiga. Niscaya akan mengalami hambatan dan bahkan tidak jarang akan terjadi perselisihan dan persinggungan sosial.

Maka dalam konteks bangsa Indonesia, sangatlah penting untuk bersama-sama melakoni budaya (saling percaya) untuk menghentikan adanya konflik dan perselisihan pada saat pesta demokrasi misalnya. Hal ini timbul karena, adanya ketidakpercayaan dan kecurigaan. Bahkan dalam hal kesadaran beragama yang harus saling percaya untuk saling menghargai satu sama lainnya. Mengupayakan untuk membangun kepercayaan yang sangat tinggi. Sehingga, peradaban bangsa kita terarah kepada keharmonisan, kerukunan dan pada saat pemilu, kita jadikan acuan utama untuk saling percaya bahwa pemimpin tersebut akan berbuat keadilan dan kemakmuran bagi bangsa ini.

Karena kita ketahui, budaya saling tidak percaya ini jika kita terus-menerus dilestarikan. Niscaya aktivitas-aktivitas kebangsaan kita akan semakin terganggu dan tidak efisien. Misalnya dalam hajatan demokrasi yang mewujudkan akan bakal calon pemimpin. Kadang, budaya saling tidak percaya itu tampak kelihatan ketika bakal calon pemimpin yang dia pegang tidak terpilih. Sehingga upaya-upaya untuk memaksakan kehendak dan menolak suara-suara yang sudah terangkum tidak diterima dengan baik oleh pihak yang kalah tersebut.

Tidak hanya itu, aktivitas keragaman agama yang ada di Indonesia memang selalu membentuk budaya saling curiga dan tidak percaya satu sama lainnya. Yang dari Kristen khawatir akan Islamisasi. Begitu yang Islam, yang juga waspada akan Kristenisasi. Sehingga memunculkan akan kerenggangan sosial dan perselisihan yang terus melebar dan membudaya. Lalu, pada akhirnya bangsa ini mulai mengalami disorientasi yang berujung pada konflik dan pertikaian sosial karena saling curiga, tidak percaya dan saling menjaga jarak satu sama lainnya.

Berangkat dari fenomena yang semacam inilah, penting sekali untuk membangun lakon dalam diri kita masing-masing. Untuk menghidupkan budaya saling percaya trust culture sebagai ciri khas kebudayaan kita di dalam berbangsa dan bernegara. Membangun sikap sportivitas yang tinggi dan rasa amanah yang kental dalam hal hajatan demokrasi misalnya.

Begitu juga dalam menjaga keragaman agama, budaya dan tradisi yang begitu kompleks. Sangat penting untuk melakoni akan budaya saling percaya sebagai watak dan ciri khas bangsa kita. Untuk bisa saling menghargai, saling menjaga dan saling membangun keharmonisan satu sama lainnya. Kita harus selalu optimis dan percaya bahwa peradaban bangsa ini akan terbangun dengan upaya kekuatan kita bersama untuk selalu bersatu-padu dalam wadah saling percaya satu sama lain.

Facebook Comments