Membongkar Doktrin Sesat Neo HTI; Dari Khilafah Tahririyah Sampai Wahdatul Ummah

Membongkar Doktrin Sesat Neo HTI; Dari Khilafah Tahririyah Sampai Wahdatul Ummah

- in Narasi
37
0
Membongkar Doktrin Sesat Neo HTI; Dari Khilafah Tahririyah Sampai Wahdatul Ummah

Polemik soal Pemilu belum juga usai. Kini, publik diramaikan oleh acara bertajuk “Metamorfoshow; It’s Time to Ben One Ummah”. Acara yang menghadirkan banyak tokoh eks-HTI itu menurut Polisi awalnya dimaksudkan sebagai perayaan Isra Miraj.

Teknik kamuflase dan manipulatif adalah karakter para eksponen HTI. Meski organisasinya telah resmi diberangus pemerintah sejak tahun 2017, namun para anggota dan simpatisannya tetap meneruskan misi terselubungnya. Ada yang membentuk organisasi lain dengan nama baru namun isi dan agendnya sama persis dengan HTI.

Ada pula yang menyeberang dan mendompleng ke ormas keislaman lain. Ada pula yang aktif di media sosial, dan menebar konten propaganda ideologi radikal. Pendek kata, HTI sebagai ormas memang telah mati. Tetapi, sebagai ideologi, sel jaringannya masih hidup, bahkan bermetamorfosis dan bertransformasi ke dalam beragam bentuk dan jenis.

Pagelaran “Metamorfoshow” hanyalah satu dari sekian banyak jenis metamorfosis dan kamuflase neo-HTI. Kini, mereka hadir dengan pendekatan baru yang lebih digital friendly dan adaptif pada gaya hidup kelompok gen Z. Acara pun dikemas sepopuler mungkin agar menarik kalangan muda-mudi kelas menengah perkotaan. Inilah basis demografi yang menjadi target utama propaganda gerakan mereka.

Meski kemasannya berbeda, namun agenda utama mereka tetap sama, yakni mendoktrinkan konsep khilafah dan kesatuan ummah (wahdatul ummah). Konsep khilafah ala HTI ini cenderung berbeda dengan keyakinan mayoritas ulama ahlussunnah wal jamaah.

Dalam tafsiran para ulama ahlussunah, yang disebut khilafah adalah kepemimpinan atau pemerintahan yang diakui oleh mayoritas penduduk dalam satu wilayah. Ada pun model pemilihan pemimpin itu, mayoritas ulama Sunni berpandangan bahwa umat Islam boleh berijtihad alias tidak ada ketentuan yang absolut dalam Islam.

Maka, nagara yang demokratis, dan memiliki pemimpin yang dipilih melalui mekanisme Pemilu bisa dikatakan sebagai negara khilafah. Demikian juga, negara teokratis yang mengangkat pemimpin berdasarkan mekanisme keturunan jauh bisa dikatakan sebagai negara khilafah. Dalam bahasa yang sederhana, setiap negara yang memiliki pemimpin dan pemerintahan layak disebut negara khilafah.

Utopia dan Irelevansi Konsep Khilafah dan Ummah ala HTI

Sedangkan HTI punya konsep khilafah yang berbeda dengan pandangan jumhur ulama Sunni. Pasangan HTI tentang khilafah ini cenderung radikal dan ekstrem. Jika ulama ahlussunnah meyakini khilafah sebagai mekanisme suksesi kekuasaan yang dilakukan secara damai dan melibatkan semacam dewan perwakilan (ahlul halli wal aqdi), maka HTI punya konsep lain.

Dalam konsep HTI, khilafah tahririyah adalah imperium Islam yang menguasai seluruh wilayah dunia. Upaya menegakkan khilafah ala HTI pun permisif terhadap cara-cara kekerasan seperti kudeta, pemberontakan, perang dan sebagainya. Itulah mengapa mayoritas negara di dunia melarang keberadaan Hizbut Tahrir dan melabelinya sebagai organisasi teroris. Labelisasi itu wajar mengingat propaganda HTI menang mengarah pada ajakan untuk berbuat makar dan mengorbankan kekacauan sosial politik demi merebut kekuasaan.

Konsep lain yang problematik dari HTI adalah wahdatul ummah alias kesatuan seluruh umat manusia di bawah naungan satu sistem khilafah. Bagaimana kita membayangkan konsep wahdatul ummah ala HTI ini? Yakni menyatukan seluruh umat manusia ke dalam satu naungan sistem khilafah ala HTI?

Jangankan seluruh umat manusia di muka bumi, menyatukan umat dalam satu negara saja tantangannya luar biasa. Apalagi mayoritas umat Islam hari ini hidup di wilayah negara bangsa yang punya sistem pemerintahan dan aturan hukum yang berbeda-beda. Artinya, konsep wahdatul ummah ini merupakan satu hal yang utopis dan irelevan dengan situasi zaman sekarang.

Umat Islam, terutama kalangan generasi muda dan remaja wajib memiliki pemahaman yang shaid tentang khilafah dan ummah. Khilafah adalah kepemimpinan atau pemerintahan. Jadi, Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945 serta memiliki sistem pemerintahan dan presiden yang diakui oleh masyarakat dan negara lain bisa dikategorikan sebagai negara khilafah.

Sedangkan konsep ummah yang relevan di zaman ini adalah kesatuan umat manusia bukanbdalam artian teologis, yakni komunitas Islam saja. Makna ummah di zaman sekarang mencakup seluruh manusia terlepas dari identitas kebangsaan dan keagamaannya. Konsep ummah lebih relevan ditafsirkan sebagai sebuah komitmen untuk menghargai hak asasi manusia terlepas dari identitas yang melekat di dirinya.

Pemahaman yang sahih ini penting agar generasi muda muslim tidak mudah dicekoki doktrin sesat HTI tentang tegaknya khilafah tahririyah dan terwujudnya wahdatul ummah. Semua itu adalah mimpi utopis dan irelevan. Kita sudah menyaksikan sendiri bagaimana ISIS yang berusaha menegakkan khilafah dan kesatuan ummah justru berakhir dengan kehancuran.

Ketika masih eksis, ISIS menjelma menjadi kekuatan yang otoriter. Siapa yang tidak setuju pada mereka akan dianggap musuh yang layak dibinasakan. Perempuan-peremluan dijadikan budak seks bahkan di lelang di pasar layaknya abad pertengahan.

ISIS dan segala tragedi kemanusiaan yang ditimbulkannya adalah contoh nyata bagaimana konsep khilafah tahririyah dan wahdatul ummah ala HTI itu hanya akan menimbulkan kekacauan, kerusakan, bahkan kehancuran bagi umat Islam dan umat manusia.

Facebook Comments