Meneguhkan Kembali Model Dakwah ala Walisongo

Meneguhkan Kembali Model Dakwah ala Walisongo

- in Narasi
1012
0
Meneguhkan Kembali Model Dakwah ala Walisongo

Setiap tanggal 13 Desember selalu menjadi agenda rutinitas di Indonesia dalam rangka memperingati Hari Nusantara. Hari tersebut diperingati pertama kali pada tahun 1999 dan tahun 2001 Presiden RI Megawati Soekarnoputri menetapkan secara resmi dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 2001.

Landasan dari peringatan tersebut adalah adanya peristiwa tanggal 13 Desember 1957. Di mana Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaya menyatakan deklarasi tentang wilayah NKRI. Peristiwa tersebut dikenal dengan deklarasi Djoeanda. Adapun isi dari deklarasi tersebut adalah laut Indonesia di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan dalam wilayah NKRI.

Konsep di atas menjadi bagian yang tidak saja menjadi kesepakatan politik yang menjadi bingkai kehidupan seluruh masyarakat Indonesia dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Namun kenyataan tersebut harus terwujud dengan kehidupan sosial budaya di dalamnya. setidaknya dalam dakwah agama harus berdasarkan bingkai NKRI di mana mampu menjadikan wilayah nusantara sebagai perekat seluruh komponen bangsa.

Model dakwah ala Nusantara khususnya Jawa digagas dengan baik oleh Walisongo. Islam sebagaimana asalnya dari wilayah Hijaz Makkah dan Madinah dapat dianut oleh sebagian besar ummat Islam di pesisir Jawa. Hal tersebut berkat dakwah yang dikembangkan oleh Walisongo yang bercirikan Nusantara. Islam dan tradisi Jawa menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam keseharian. Masyarakat Jawa tidak merasa tertindas dan terpaksa dalam memeluk ajaran Islam.

Sunan Kudus menjadikan daerah tersebut sebagai masyarakat yang religius. Keberadaan tradisi lama dalam masyarakat Hindu yang mensucikan Sapi sebagai binatang terhormat. Atas kebiasaan ini, Sunan Kudus menggantinya dengan Kerbau dalam ritual ibadah kurban atau dengan binatang lain seperti kambing.

Kepercayaan masyarakat Jawa yang asalnya animisme dan kemudian sejak abad ke 8 Agama Hindu dan Budha menjadi bagian kepercayaan mempengaruhi citra rasa Islam Indoneaia. Hal tersebut membedakan dengan asalnya yang terjadi adanya modifikasi. Peringatan tradisi keagamaan dikaitkan dengan beragam aktivitas manusia dari kelahiran, aqiqah atau pemberian nama, khitan, nikah, dan meninggal memiliki tradisi yang berbeda dengan asalnya.

Selain itu dalam konteks ibadah haji juga terdapat tradisi yang dikenal dengan walikah safar. Atau tradisi ketika Puasa Ramadhan dengan membangunkan makan sahur dan pengajian-pengajian selama Ramadhan dan tradisi peringatan memuali puasa dan mengakhiri menjadi bagian yang menarik. Bahkan dalam peringatan tahun baru hijrah juga menjadi semarak seperti bulan Muharram dan bulan lainnya.

Tradisi lokal dengan berbalut tradisi agama sebelumnya masih menjadi bagian tak terpisahkan. Islam model Nusantara inilah yang menjadi bagian tak terpisahkan dengan tradisi dan kehidupan setempat yang menjadi satu kesatuan. Model Islam seperti ini menjadkan suasana hidup yanh tentram dan harmonis. Selain itu, keberagamaan masyarakat dapat mudah tertanam dengan baik. Kecenderungan hal tersebut terjadi wilayah Nusantara yang karakter Islamnya lembut dan menyatu dalam kehidupan masyarakat.

Kenyataan tersebut jika diruntut ke sejarah awal Islam masuk ke Nusantara adalah wajar. Islam sebagaimana hadir di Nusantara dengan teori yang beragam menggunakan media pernikahan. Melalui menjadi satu keluarga dengan masyarakat Indonesia apalagi tidak ada perubahan yang cukup drastis dalam tradisi sebelumnya menjadikan Islam mudah diterima dan menjadi bagian dari keseluruhan masyarakat.

Mereka yang menjadi pendakwah mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Misi dakwah yang dilakulan tidak menjadi penolakan yang serius sehingga peralihan masyarakat animisme ke agama Hindu dan Budha berjalan dengan baik bahkan tradisi yang sama dibangun pula melalui agama Islam. Kenyataan tersebut juga dapat mengubah model keberagamaan di dalam kerajaan yang ada dari agama lama ke agama baru yaitu Islam. Bahkan kerajaan Islam menjadi bagian yang tetap eksis sampai adanya penjajahan Belanda selama tiga abad lamanya.

Tentu saja, Islam Nusantara dengan model karakternya menjadikan corak keberagamaan masyarakat yang khas. Islam selalu merangkul bukan mengejek ini salah ini tidak ada dalilnya dan seterusnya seolah-olah Islam yang paling sesuai adalah Islam sebagaimana yang ada dalam teks kitab suci al-Qur’an dan Hadis aja. Hal tersebut bukan menjadi karakter Islam yang sesungguhnya sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Islam membawa rahmat dan kasih sayang. Islam dengan karakter Rasulullah saw. menjadikan lemah lembut kepada siapapun bahkan terhadap orang yang menyakiti secara fisik dan psikis dengan pernah adanya embargo ekonomi.

Ajaran Islam sebenarnya adalah menyempurnakan ajaran sebelumnya. Islam dalam hal ini merupakan agama revolusioner kata Sayyed Ameer Ali dengan meniadakan perbudakan dan membatasi jumlah perkawinan lebih dari seorang atau dikenal dengan poligami. Beragam ajaran Islam yang bersumber dari ajaran sebelumnya menjadikan bagian terpenting seperti Ibadah Kurban yang sudah ada sejak masa Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. dan seterusnya. Kenyataan yang sama juga ditemukan dalam aplikasi dna implementasi di masyarakat yang mana antara Islam dan tradisi menyatu dengan baik namun esensi keberIslaman masyarakat tetap terjaga dengan baik dan benar sesuai ajaran dalam Sumber ajaran Islam.

Facebook Comments