Satu hal yang paling fundamental untuk kita pahami. Bahwa Pancasila yang “sebagian orang” menganggap itu bertentangan, tidak patut dirayakan kelahirannya, atau-pun tidak sesuai dengan ajaran Islam. Itu (senyatanya) sangat terbantahkan sekali. Ketika Al-Qur’an sebagai basis nilai Islam itu sendiri, memiliki nilai-nilai subtansial yang proses (pengamalannya) sangat relevan kita temukan di dalam Pancasila itu sendiri.
Seperti halnya kita temukan dalam Al-Qur’an (surat al-Ikhlas ayat 1 sampai 4). Bahwasanya: “Katakanlah, Dialah Allah SWT yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang-pun yang setara dengan dia”.
Dari ayat ini, secara literal jika kita korelasi-kan dengan prinsip Pancasila dalam sila-1. Kita akan memahami bahwa konsep (Esa) dalam Pancasila sejatinya mengacu kepada satu Tuhan sebagaimana umat Islam mengamini dan mengimani hal demikian. Pun semua lapisan masyarakat Indonesia sepakat, bahwa Tuhan itu satu dan membentuk semacam (toleransi) perihal ekspresi-ekspresi dalam tiap agama-agama yang beragam.
Begitu juga kita temukan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 107, bahwasanya: “Kami tidak mengutus engkau wahai (Nabi Muhammad SAW) melainkan untuk (Menjadi) rahmat bagi seluruh alam-semesta”. Dari kata rahmat bagi alam-semesta atau “Rahmatan lil-alamin” ini, bagi Prof. Qurasih Shihab dalam tafsir Al-Mishbah mengacu kepada entitas Islam yang harus (pro-eksistensi) terhadap nilai kemanusiaan, kepedulian terhadap sesama dan selalu berbuat baik tanpa merusak di muka bumi ini.
Dari ayat Al-Qur’an surat Al-Anbiya:107 ini sangat jelas sekali makna pemahamannya. Bahwa hal demikian jika kita bandingkan secara (prinsip nilai) dengan sila-2 yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini tidak ada sedikit-pun yang bertentangan, tidak sesuai atau-pun menyimpang dari ajaran Islam itu sendiri. Karena Al-Qur’an saja, yang menjadi (pedoman inti) dari nilai-nilai Islam itu sendiri membenarkan akan prinsip-prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab atau beretika dengan baik tersebut.
Tentu tidak hanya berhenti di situ. Kita juga akan menemukan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan nilai Pancasila dalam sila-3. Yaitu kita dituntut untuk bersatu. Sebagaimana yang tertera dalam surat Ali-Imran ayat 105 yang menjelaskan bahwa “Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan merekalah orang-orang yang mendapatkan azab yang berat”. Begitu juga dalam Al-Baqarah ayat 13. Bahwa “Dulu semua manusia itu satu-padu tanpa ada perselisihan dan setelah adanya perselisihan, maka Allah SWT mengutus para Nabi-Nya untuk menyelesaikan perselisihan tersebut”
Dari dua ayat ini, kita akan semakin di-jernihkan pemahaman objektif kita terhadap nilai-nilai Pancasila, khususnya sila-3 yang kita temukan dalam Al-Qur’an sendiri. Bahwa persatuan itu sangat penting. Kita dilarang untuk berpecah-belah. Kita akan ditimpakan azab yang pedih. Apalagi perselisihan karena kepercayaan Agama. Al-Qur’an telah mengingatkan bahwa sikap toleransi kita tentu sangat penting. Sebagaimana yang terurai dalam Al-Qur’an dalam kata “Lakum dinukum waliyadin”.
Begitu juga dengan ayat lain seperti halnya dengan surat Al-Imran ayat 159 yang terurai dalam kata “Bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” Hal ini tentu berkaitan dengan konteks perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang dianjurkan bagaimana membentuk sikap musyawarah dengan yang lainnya. Tentu memang perlu dilakukan dalam Islam. Baik ketika punya persoalan mau-pun persoalan tentang pemerintahan yang diperintahkan untuk saling musyawarah dan membentuk kesepakatan. Ini tentu kita telah menemukan satu fakta lagi bahwa konsep musyawarah sebagaimana yang tertuang dalam Pancasila sila-4 itu memang dianjurkan di dalam Al-Qur’an.
Tentu tidak hanya di situ, Al-Qur’an dalam surat Al-Maidah ayat 8 sangat jelas korelasinya dengan sila-5 tentang keadilan. Sebagaimana yang menjelaskan bahwasanya: “Wahai orang-orang yang beriman, Jadilah kamu para penegak keadilan karena Allah SWT. Menjadi saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap satu golongan mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena keadilan itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Dari ayat di atas, kita menemukan prinsip keadilan yang memang sangat dianjurkan dalam Al-Qur’an. Hal ini akan menjernihkan pemahaman kita terhadap Pancasila dalam sila-5 tentang keadilan tersebut mutlak harus demi membela kemanusiaan atau-pun keadilan. Hal ini sebagai perintah yang harus dikerjakan dalam Al-Qur’an itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan keadilan yang sifatnya universal. Baik secara hukum personal (di depan hukum) mau-pun hukum negara (para pemimpin) terhadap masyarakat. Bagaimana pengamalan-nya ini bersifat (keharusan) sebagai umat Islam untuk berlaku adil terhadap sesama. Jangan kebencian kita terhadap satu golongan yang berbeda seperti beda agama membuat kita tidak adil. Karena Allah SWT maha mengetahui segala perbuatan kita.
Dari sini kita akan sadar, mengerti dan memahami dengan sangat logis bahwa orang yang sering membenturkan nilai-nilai Pancasila dengan Islam, atau melarang merayakan hari kelahiran Pancasila serta mengatakan bahwa Pancasila bertentangan dengan Islam. Itu hanyalah orang-orang yang tidak paham terhadap Islam secara khusus terhadap (Al-Qur’an) itu sendiri. Karena Islam yang terurai dalam Al-Qur’an kita sangat begitu banyak ayat-ayat yang akan kita temukan di dalam nya yang korelasinya dengan Pancasila sangat-lah tidak bisa kita tutupi. Karena ini sejatinya kebenaran Islam yang sebenarnya. Yaitu Islam yang membawa rahmat sebagaimana yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila itu sendiri.