Menghentikan Tuduhan Islam Teroris : Kenapa Harus Selalu Muslim?

Menghentikan Tuduhan Islam Teroris : Kenapa Harus Selalu Muslim?

- in Editorial
1122
0
Menghentikan Tuduhan Islam Teroris : Kenapa Harus Selalu Muslim?

Pertanyaan ini kerap muncul ketika saya menyampaikan materi tentang radikalisme dan terorisme di Indonesia. Setelah uraian panjang tentang sejarah terorisme, pola rekrutmen, indoktrinasi dan narasi kelompok radikal terorisme, tidak sedikit peserta mengacungkan tangan untuk bertanya. Satu pertanyaan yang kerap muncul di setiap sesi pertemuan dengan tema tersebut adalah : kenapa Islam diidentikkan dengan terorisme? Kenapa Islam selalu dituduh teroris?

Rasanya pertanyaan ini cukup wajar muncul dari mereka mengingat hampir pembahasan tentang sejarah, doktrin dan kelompok terorisme di Indonesia selalu berkaitan dengan orang, kelompok dan istilah yang berhubungan dengan Islam. Dari aspek sejarah, misalnya, latar belakang terorisme di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah pemberontakan kelompok yang mengatasnamakan ingin memperjuangkan negara Islam. Sebutlah NII.

Sejatinya, ketika berbicara terorisme di Indonesia memang sangat beragam latar belakang. Tentu saja, perlu disampaikan gerakan terorisme di masa lalu seperti Partai Komunis Indonesia (PKI) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang sudah ditetapkan menjadi kelompok teroris. Atau ada pula kejadian teror di Indonesia yang dilakukan oleh individu dari non muslim.

Namun, porsi pembahasan paling banyak terkait dengan kelompok yang selalu mengatasnamakan agama (baca: Islam) dalam wujud aksi teror dan kekerasan. Kenapa pembahasan selalu tentang kelompok dengan mengatasnamakan Islam? Kelompok ini masih potensial muncul dan sangat berbahaya dari aspek gerakan dan penyebaran narasi yang dapat merekrut anak-anak muda dengan cara memperalat agama.

Begitu pula, ketika berbicara dalam aspek orang dan kelompok, penamaan kelompok terorisme di Indonesia selalu memakai term Islam, bukan sekedar bahasa Arab. Sebutlah misalnya, Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharud Daulah (JAD), Mujahidin Indonesia Timur/Barat (MIT/B) dan begitu banyak nama lain yang seakan mereka menyandarkan dirinya kepada Islam. Mereka memang sengaja menyematkan diri dengan term-term islami.

Selanjutnya, ketika berbicara pada aspek narasi dalam bentuk doktrin dan propaganda, kelompok ini justru memang membajak beberapa ajaran Islam sebagai dalil justifikasi. Sebutlah misalnya khilafah, jihad, kafir, thagut, tauhid, dan beberapa term lainnya yang diambil dari ajaran Islam. Rangkaian doktrin ini kerap digunakan untuk mempropaganda, mencuci otak dan mendoktrin anak-anak muda untuk memiliki sikap militant dan beraksi dalam kekerasan.

Ketika berbicara terorisme dalam konteks Indonesia kupasan tentang sejarah, kelompok, dan narasi yang terkait dengan nuansa Islam ini akan selalu muncul. Sejatinya, uraian tersebut bukan ingin menggambarkan apalagi menuduh muslim sebagai teroris, tetapi sebagai pengetahuan bahwa ajaran Islam kerapkali digunakan, dibajak, dan dieksploitasi oleh kelompok radikal terorisme sebagai pembenaran.

Pada prakteknya, dalam upaya mencegah gerakan, aksi, dan penyebaran narasi kelompok radikal terorisme model ini, pemahaman terhadap term-term keislaman yang dibajak oleh kelompok teroris harus disampaikan dan dipahami secara obyektif. Bukan pada posisi ingin mendudukkan ajaran Islam mendukung terorisme, tetapi meletakkan ajaran Islam yang menjadi korban karena sedang dibajak kelompok teroris.

Pada saatnya nanti masyarakat akan dan harus memahami bahwa sejatinya kelompok radikal terorisme adalah sumber fitnah terhadap citra Islam. Kelompok yang secara istilah menggunakan term Islam dan secara aksi menggerakan diri berdasarkan ajaran Islam, sesungguhnya adalah musibah dan fitnah besar dalam Islam dan umat muslim secara keseluruhan. Itulah akar masalah bagi munculnya islamofobia.

Pertanyaan yang perlu ditegaskan ulang apakah terorisme identik dengan Islam ? dan mengapa muslim selalu tertuduh teroris? Jawaban tegasnya adalah tidak! Islam tidak identik dengan terorisme, tetapi justru Islam melarang dan memusuhi terorisme. Hanya perlu disadari bahwa ada oknum individu dan kelompok kecil dalam Islam yang membajak ajaran Islam untuk kepentingn politik melalui cara-cara kekerasan dan teror. Kelompok ini yang berkoar membela Islam, tetapi sejatinya menghancurkan Islam dari dalam melalui pembusukan citra dan ajaran Islam.

Karena itulah, upaya menanggulangi dan mencegah terorisme di sini harus dipahami tidak hanya sebagai upaya menjaga keamanan masyarakat dan negara, tetapi menyelamatkan Islam dari para pembajak agama. Islam telah difitnah oleh kelompok teror dengan menggunakan ajaran suci dari Tuhan untuk sebuah tindakan teror bernuansa setan.

Lalu, jika ada tokoh atau pengamat ketika ada penangkapan dan aksi terorisme selalu membuat komentar : kenapa harus menstigmatisasi Islam dengan teror? Jawaban yang harus segera ditegaskan kenapa anda dan kita tidak marah kepada mereka yang selalu membawa Islam dalam setiap aksi brutalnya?. Kenapa anda dan kita tidak marah ketika jihad dinista dalam bentuk aksi kekerasan? Mereka, kelompok teror adalah para penista Islam yang mewujudkan jihad yang suci dalam tindakan keji.

Pada akhirnya, inilah tugas kita bersama untuk menghentikan narasi yang selalu mengaitkan Islam atau muslim dengan terorisme karena itu adalah sama sekali tidak benar. Bagaimana cara menghentikannya? Tidak ada cara lain selain mencegah individu atau kelompok yang sering mengatasnamakan agama untuk menyebar narasi, merekrut, mendoktrin, dan melatih anak-anak muda untuk melakukan teror atas pembajakan makna ajaran agama yang suci. Jika itu tidak dilakukan, Islam hanya akan selalu difitnah oleh mereka yang mempunyai gairah politik kekuasaan dengan memperalat agama.

Facebook Comments