Mengokohkan Iman dengan Merayakan Perbedaan

Mengokohkan Iman dengan Merayakan Perbedaan

- in Narasi
1
0
Mengokohkan Iman dengan Merayakan Perbedaan

Penguatan iman tidak berarti menghindari perbedaan, melainkan dengan menerima dan
merayakannya sebagai bagian dari desain ilahi. Merayakan perbedaan berarti mengakui
bahwa Allah mendesain keberagaman. Allah menciptakan manusia dengan segala
keunikannya, baik dari segi bahasa, warna kulit, maupun pandangan hidup.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini menegaskan bahwa keberagaman manusia adalah takdir Allah yang bertujuan untuk
mendorong saling pengertian, bukan permusuhan.

Perbedaan bukanlah penghalang iman, tetapi cara Allah menunjukkan kebesaran-Nya melalui ciptaan-Nya yang beragam. Mengurung diri dengan tidak menyapa perbedaan berarti bukan praktek beriman. Menjadi orang beriman berarti mengakui cara Allah menciptakan semesta secara beragam. Manusia
bertugas untuk saling memahami dan merayakan perbedaan.

Allah tidak hanya menciptakan manusia yang berbeda-beda, tetapi juga memberikan setiap
umat jalan dan rasul masing-masing. Hal ini tertuang dalam firman-Nya: "Untuk setiap umat
telah Kami tetapkan syariat dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap apa yang
telah diberikan-Nya kepadamu." (QS. Al-Ma'idah: 48)
Ayat ini menegaskan keteguhan iman untuk mengakui keberagaman. Kesatuan umat dalam
satu pandangan bukan cara Tuhan menciptakan manusia. Allah menciptakan perbedaan
dalam syariat bukan untuk memecah-belah, tetapi untuk menguji sejauh mana manusia dapat
menjalankan keimanannya dalam perbedaan tersebut. Merayakan perbedaan berarti mengakui
bahwa jalan hidup setiap umat telah diatur oleh Allah.

Sebagian orang mungkin merasa bahwa perbedaan pandangan dan keyakinan mengancam
iman mereka. Namun, keimanan yang kokoh justru terletak pada keyakinan bahwa hidayah
adalah hak prerogatif Allah. Dalam Al-Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya engkau
(Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi
Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Qasas: 56)
Oleh karena itu, umat Islam tidak perlu merasa terganggu atau terancam oleh keyakinan
orang lain. Sebaliknya, perbedaan ini adalah bukti bahwa hidayah sepenuhnya berada di
bawah kendali Allah, bukan manusia. Tugas manusia hanyalah menyampaikan kebenaran
dengan cara yang bijak dan penuh kasih.

Keteguhan Iman dalam Mengakui Perbedaan

Keimanan yang sejati bukanlah ketakutan untuk bergaul dengan orang yang berbeda
keyakinan. Apalagi hanya sekadar mengucapkan selamat kepada mereka dalam perayaan hari
besar agama mereka. Keteguhan iman justru tercermin dari kemampuan untuk hidup
berdampingan dengan orang lain tanpa merasa terancam.

Rasulullah SAW memberikan teladan yang luar biasa dalam hal ini. Dalam kehidupan beliau,
Rasul tidak hanya hidup bersama orang-orang Muslim, tetapi juga menjaga hubungan baik
dengan non-Muslim.

Merayakan perbedaan juga mencakup kemampuan untuk menghormati tradisi dan keyakinan
orang lain, tanpa kehilangan identitas keimanan kita. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam
yang mengajarkan toleransi dan penghormatan terhadap kemanusiaan.

Menghindari perbedaan dengan dalih menjaga iman justru dapat melemahkan keimanan itu
sendiri. Ketakutan untuk menghadapi perbedaan sering kali berasal dari keraguan dalam
keyakinan. Sebaliknya, keimanan yang kuat akan membuat seseorang mampu menghadapi
berbagai pandangan tanpa kehilangan arah.

Rasulullah SAW sendiri pernah menjalin perjanjian damai dengan kaum Yahudi di Madinah
dan hidup berdampingan dengan mereka tanpa mengurangi nilai-nilai Islam. Rasulullah
menghormati semua pemeluk agama dengan dasar kesamaan nilai universal dalam setiap
agama. Kesamaan itu terletak pada tauhid dan memuliakan manusia sebagai manusia.

Ketika umat Islam merayakan perbedaan, mereka sebenarnya sedang menegaskan kebesaran
Allah yang menciptakan manusia dengan segala keunikannya. Setiap perbedaan adalah tanda-
tanda kekuasaan Allah yang seharusnya membuat manusia semakin tunduk kepada-Nya.
Dengan merayakan perbedaan, kita juga mengakui bahwa dunia ini adalah tempat untuk
belajar dan memahami kebesaran-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, merayakan perbedaan dapat diwujudkan melalui dialog yang
konstruktif, saling menghormati, dan bekerja sama untuk kebaikan bersama. Ini adalah wujud
nyata dari keimanan yang kokoh dan mendalam.

Merayakan perbedaan adalah bagian integral dari pengokohan iman. Dengan mengakui
keberagaman sebagai desain ilahi, memahami bahwa setiap umat memiliki jalannya sendiri,
dan meyakini otoritas hidayah ada di tangan Allah, umat Islam dapat hidup dengan damai di
tengah perbedaan. Keteguhan iman bukanlah ketakutan terhadap yang berbeda, melainkan
keberanian untuk menerima dan merayakannya sebagai bagian dari kehendak Allah. Dengan
demikian, kita tidak hanya memperkuat iman, tetapi juga memperkuat tali persaudaraan
sebagai sesama ciptaan-Nya.

Facebook Comments