Euforia terhadap Pancasila yang belakangan marak di masyarakat adalah hal yang perlu disyukuri. Sebab setidaknya bisa memompa semangat rakyat Indonesia untuk sadar tentang urgensi Pancasila. Apalagi Pancasila adalah fondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan Pancasila, terjadi konsensus yang bisa menjamin tercapainya cita-cita bersama. Saat ini, Pancasila memang mendapat tantangan hebat baik dari internal maupun eksternal bangsa ini (seperti hadirnya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila). Jika hal ini tidak disadari, maka akan menggerus spirit Pancasila dalam jiwa rakyat Indonesia. Maka perlu dilakukan upaya pemantapan ideologi Pancasila secepat mungkin.
Menurut Syafii Maarif (2017: XI-XII) meskipun Pancasila kini relatif diterima semua golongan, tetapi keadaan bangsa ini belum beranjak membaik. Bangsa ini secara moral belum pulih, keadilan semakin jauh dari cita-cita luhur kemerdekaan, iklim politik dan perilaku politisi makin rusak, terjadi ketimpangan ekonomi akibat monopoli segelintir konglomerat dan elit ologarki, dan kebenaraan dikoptasi oleh kelompok kecil yang anti kebhinnekaan. Artinya Pancasila belum diterapkan secara nyata pada proses pengelolaan bangsa ini.
Salah satu respons positif yang dilakukan oleh Presiden Jokowi adalah membuat Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP). Ada sembilan tokoh nasional yang menjadi dewan pengarah UKP-PIP. Mereka adalah mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri, mantan Wapres Tri Sutrisno, ketua MUI KH Ma’ruf Amin, Mahfud MD, mantan Ketum PP Muhammadiyah Syafii Maarif, Ketum PBNU KH. Said Aqil Siroj, Andreas Annangguru Yewangoe, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Sudhamek. UKP-PIP pun dikepalai oleh Yudi Latief.Mereka dilantik berdasarkan Keppres RI Nomor 31M Tahun 2017. Dilansir dari laman setkab.go.id, Yudhi Latief menjelaskan UKP PIP sekedar fasilitator saja. Yang perlu digerakan adalah simpul-simpul, relawan-relawan dari berbagai komunitas. Jadi kelak komunitas, rohaniawan, budayawan, sineas, jurnalis, ketua adat kan dijaring dalam suatu konektivitas dan bersama-sama bertanggung jawab dalam merawat Pancasila.
Pernyataan Yudhi Latief tersebut penting untuk digarisbawahi. Sebab Pancasila memang seharusnya berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Masing-masing pihak secara sadar dan aktif harus mempromosikan Pancasila dalam kesehariannya. Pancasila harus menjadi nafas yang terus-menerus dihirup untuk eksistensi Indonesia. Seluruh elemen bangsa wajib memberikan bahunya untuk bersama-sama memanggul Pancasila.Hal ini hanya bisa terjadi jika Pancasila diletakan pada posisi yang terbuka dan netral. Artinya tidak boleh ada sikap merasa paling Pancasilais dibanding pihak lain. Belakangan kita menjumpai betapa seringnya Pancasila ditunggangi untuk kepentingan pragmatis. Hal ini tidak boleh dilakukan karena akan menurunkan derajat Pancasila. Selain itu, Pancasila pun makin terbuka terhadap dialog dan tafsir kontemporer yang sangat dinamis. Jangan menjadikan Pancasila sebagai objek yang beku. Sebab tantangan bangsa ini semakin hari semakin komplek. Pancasila memang tidak akan memberikan solusi praktis, tetapi kandungan moral Pancasila bisa menjadi dasar bagi jalan keluar suatu masalah.
Oleh sebab itu, penting untuk menginternalisasikan Pancasila dalam dada setiap anak negeri ini. Lakukan cara-cara kreatif agar Pancasila meresap dalam benak secara menyenangkan. Cara-cara mengajarkan Pancasila dengan sistem klasikal yang monoton perlu untuk diperbaiki. Sebab cenderung membosankan dan melelahkan. Akibatnya muatan yang disampaikan tidak terekam dengan sempurna. Di era digital seperti ini, perlu makin memasifkan penggunaan teknologi informasi dalam penanaman nilai-nilai Pancasila. Termasuk juga merangkul warga digital untuk mempromosikan Pancasila.Ada banyak contoh kegiatan yang bisa diagendakan. Seperti membuat video dengan tema Pancasila dan menviralkannya di dunia maya. Melakukan posting-posting kreatif tentang Pancasila sebagai pengikat keberagaman. Mengadakan lomba terkait tafsir Pancasila menurut kaum muda, dan sebagainya.
Tentu tidak mudah melakukan itu semua. Dibutuhkan kerja keras dan pengorbanan seluruh komponen masyarakat. Dan yang tidak kalah penting, perlu keteladanan dari pemimpin-pemimpin kita. Percuma saja rakyat diajarkan berperilaku sesuai Pancasila, sementara elit politiknya jauh dari semangat Pancasila. Tidak menghormati agama dan keyakinan, berlaku semena-mena terhadap sesama, mencabik-cabik persatuan, menghianati musyawarah mufakat, dan berlaku zalim terhadap orang lain. Jika tontonan seperti ini yang berseliweran tiap hari dalam kehidupan kita, niscaya Pancasila tidak akan pernah membumi di Indonesia. Maka, bangsa ini perlu mulai menerapkan ajaran Pancasila secara konsisten dalam keseharian. Dan hal itu bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Kita berharap, Pancasila terus menjadi ideologi bangsa yang menjadi simpul persatuan. Sebab dengan persatuan, maka bangsa ini menjadi semakin kokoh dan tidak mudah tercerai-berai oleh masalah-masalah kecil. Tidak perlu bersitegang hanya karena perbedaan identitas. Dengan begitu, energi kita bisa dicurahkan untuk mencapai cita-cita bersama.