Muslimah Indonesia dan Sunnah : Moderasi Bukan Anjuran, Tapi Ajaran

Muslimah Indonesia dan Sunnah : Moderasi Bukan Anjuran, Tapi Ajaran

- in Narasi
147
0
Muslimah Indonesia dan Sunnah : Moderasi Bukan Anjuran, Tapi Ajaran

Beragama secara moderat (wasathiyyah/tawassuth) sering dipandang negatif oleh sebagian orang dan diasumsikan sebagai cara beragama yang menyimpang. Sikap ini dipandang sebagai praktik mengorbankan kehormatan agama sebab mencampur-adukkan keimanan dan ajaran agama.

Padahal tidak demikian, dalam al Qur’an dan hadits sering dijelaskan secara jelas dan terang bahwa sikap moderat merupakan perintah agama yang harus dijalankan oleh umat Islam.

Secara tegas hal tersebut dijelaskan dalam al Qur’an (al Baqarah: 143; an Nisa’: 171; al A’raf: 31; al An’am: 14; dan al Isra’: 29). Ayat-ayat ini secara jelas melarang umat Islam untuk beragama secara berlebihan yang berkonsekuensi terhadap sikap ekslusif dalam beragama, menumbuhkan sikap intoleran dan tidak mengakui keberagaman.

Sebaliknya, Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk mengakui kehadiran perbedaan keyakinan dan agama. Islam mengajarkan pada umatnya, bahwa heterogenitas atau kemajemukan sebagai sebuah keniscayaan. Alam ini diciptakan oleh Allah di atas sunnah heterogenitas dalam sebuah kerangka kesatuan sebagai sesama manusia.

Dalam al Qur’an ditegaskan: “Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi, apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?”. (QS. Yunus: 99).

Ayat ini menekankan pentingnya sikap menerima perbedaan yang memang dikehendaki oleh pencipta sendiri. Kalau tidak, berarti kita hendak melampaui kehendak Tuhan itu sendiri. Sampai disini bisa dimaklumi, keimanan adalah hadiah karena hidayah Allah kepada kita, dan itu harus diyakini sebagai kebenaran final. Namun demikian, keimanan kuat sejatinya tidak menafikan akan kehadiran heterogenitas sebagai sunnatullah.

Kemudian, Islam mengajarkan kerangka persatuan dalam menyikapi keberagaman atau heterogenitas tersebut. Sebagaimana penegasan al Qur’an berikut.

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti”. (QS. Al Hujurat: 12).

Ayat di atas memberikan pelajaran, bahwa Allah menciptakan semesta di atas sunnah heterogenitas dalam bingkai kesatuan. Islam mengajarkan keseimbangan, harmoni, dan toleransi dalam kehidupan ini. Islam tidak mengajarkan keangkuhan beragama dengan cara memusuhi mereka yang berbeda keyakinan dan agama.

Moderat Bukan Pilihan, Tapi Anjuran

Dengan demikian, sikap moderat sejatinya merupakan ajaran Islam. Maka, ia bukan pilihan, namun anjuran. Demikian pula bagi muslimah di Indonesia, seharusnya memiliki sikap moderat dan bersahabat sebagai cerminan muslimah yang baik dan mensyukuri dirinya sebagai orang yang dilahirkan di Indonesia di tengah masyarakatnya yang beragam.

Muslimah yang hidup di Indonesia diberi nikmat besar dapat menikmati berbagai budaya Indonesia yang tidak diasumsikan sebagai budaya Islam, namun memiliki kearifan yang sangat Islami. Hal positifnya, budaya di Indonesia memungkinkan laki-laki dan perempuan saling bekerja sama, baik di ruang domestik maupun publik.

Satu lagi, tradisi musyawarah yang menjadi pondasi kehidupan kebangsaan menjadikan perempuan di Indonesia memiliki kebebasan dalam berpendapat sehingga mampu memposisikan diri dalam berbagai ranah kehidupan, baik ruang kerja, politik dan lain-lain. Artinya, negara ini sangat ramah terhadap perempuan.

Demikian pula muslimah di Indonesia, sejatinya hadir sebagai orang Indonesia yang beragama Islam, yakni menjadi muslim Indonesia yang mencintai bangsanya. Mencintai bangsa ini dengan segala kekhasan yang dimilikinya, seperti keragaman.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Islam sangat menekankan sikap moderat, muslimah di Indonesia seharusnya memiliki sikap terbuka dan bersedia menerima segala perbedaan yang ada di Indonesia. Tidak merasa paling benar dan ingin membangun identitas baru dan menganggap perempuan Indonesia yang lain adalah salah. Sikap seperti ini sangat tidak mencerminkan ajaran Islam.

Muslimah Indonesia seharusnya menjadi yang terdepan menampilkan sikap saling menghargai, menjunjung tinggi toleransi, dan menjadi warga negara Indonesia yang baik dengan sikap yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa. Menjadi muslimah yang moderat dan bersahabat.

Sebab menjadi muslimah moderat bukan tuntutan, namun tuntunan agama Islam sebagaimana ditegaskan dalam ayat-ayat al Qur’an. Suatu kesalahan mendasar apabila muslimah memiliki sikap keberagamaan ekstrem seperti fenomena yang ada saat ini, dimana sebagian umat Islam memiliki cara pandang keagamaan yang kaku, kontekstual dan sikap merasa paling benar sendiri.

Suatu sikap yang berakibat pada tumbuhnya sikap mental yang risih terhadap keberagaman, memandang bersalah yang berbeda, dan bahkan yang berbeda itu harus dimusnahkan. Anti keberagaman seperti itu yang mengarahkan seseorang bertindak di luar nalar beragama yang benar. Seperti melakukan aksi-aksi kekerasan bom bunuh dari dan sebagainya.

Facebook Comments