Pahlawan Kekinian Berjuang di Dunia Maya

Pahlawan Kekinian Berjuang di Dunia Maya

- in Narasi
1519
0

Terorisme bak hama yang tidak ada habisnya, ibarat mati satu langsung tumbuh seribu. Banyak yang berasumsi bahwa terorisme hanyalah konspirasi global, pengalihan isu, dan sebagainya. Namun satu yang pasti bahwa korban dari terorisme adalah nyata, dan sangat dekat dengan lingkungan tempat tinggal kita, tentu kita tidak rela jika teman dan saudara kita menjadi korban dari terorisme. Oleh karena itu, siapapun tidak boleh diam jika mendapati gelagat yang mencurigakan yang berpotensi menjadi serangan teroris.

Organisasi teroris tersebar hampir di seluruh penjuru dunia, mayoritas dari mereka berkedok aksi jihad untuk membela paham yang mereka percayai. Berkembangnya teknologi internet di era milenial ini tentu memberikan dampak terhadap dunia terorisme. Tidak hanya bergerilya di dunia nyata, mereka juga melakukan doktrin dan bujuk rayu melalui dunia maya.

Generasi muda sangat rentan ditulari ideologi radikal, pasalnya semangatnya yang masih meledak-ledak sangat mudah terpengaruh oleh sesuatu yang Nampak heroik. Terlebih internet yang menjadi teman sehari-hari generasi milenial dikepung oleh konten-konten radikal.

Adanya tren baru pada dunia terorisme, yaitu leaderless jihad. Aksi tersebut biasanya dilakukan oleh teroris yang tidak terasosiasi dengan kelompok teroris tertentu, artinya penyerangan tersebut dilakukan tanpa koordinasi atau pengaruh dari kelompok teroris tertentu. Penyerangan tersebut dilakukan seorang diri atas dasar keinginannya berjihad yang terinspirasi oleh doktrin di suatu portal atau situs web radikal, lantas belajar membuat senjata atau alat untuk meneror secara otodidak atau dengan melihat tutorial.

Tren-tren baru dalam dunia terorisme tersebut adalah salah satu dampak dari kemudahan internet mencari sumber informasi. Internet hanyalah sebuah alat yang kebergunaannya sangat tergantung pada penggunanya. Penggunaan internet untuk aksi teror tentu tidak bisa dibenarkan, dan harus diwaspadai. Fanatisme terhadap paham tertentu dapat menjadi cikal bakal yang berujung pada terorisme.

Perlu ada tindakan preventif agar internet benar-benar sehat untuk digunakan. Istilah internet positif yang biasanya diasosiasikan dengan pembatasan konten pornografi juga perlu diterapkan untuk informasi yang bermuatan terorisme. Mudahnya mengakses internet harusnya diimbangi dengan kedewasaan, artinya generasi muda perlu belajar memilih dan memilah informasi yang baik dan tidak baik untuk digunakan. Internet mengandung muatan informasi hampir tidak bisa dikontrol, untuk itu kejelian untuk menyaring informasi sangat diperlukan.

Konten radikal harus dibendung

Jika era terdahulu kita mengenal pahlawan yang mengangkat senjata di medan perang. Maka tidak dengan sekarang, pahlawan di era ini bisa berkontribusi melalui kapasitasnya masing-masing. Generasi muda yang memiliki karakter patriotik mampu memberikan sumbangan gagasannya melalui dunia maya, terutama untuk membendung konten radikal. Namun karena konten radikal sudah telanjut membanjiri dunia maya, maka perlu dipikirkan solusi untuk membendungnya, salah satunya adalah dengan memenuhi dunia maya dengan karya pemuda yang positif.

Selain itu, perlu adanya kerjasama dari warganet, pemerintah, penyedia layanan internet, dan pelbagai pihak untuk membendung maraknya konten radikal di internet. Pemerintah harus membuat regulasi yang jelas mengenai sanksi untuk situs web yang mengandung muatan radikal dan terorisme. Regulasi tersebut bisa ditindak lanjuti oleh penyedia layanan internet dengan membatasi akses ke situs-situs web yang dianggap radikal tersebut. Selain itu warganet bisa berpartisipasi dengan melakukan pelaporan atas konten yang diduga menyebarkan paham radikal serta bisa membuat konten tandingan yang bermuatan positif.

Satu hal yang jauh lebih penting ketimbang aspek teknis untuk membatasi muatan terorisme di dunia maya adalah dengan pemahaman agama dan moral yang baik dan benar. Pahlawan yang sejati tentu paham bahwa ajaran agama memberikan kesejukan bagi semuanya, bukan sikap prasangka kepada yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman yang baik dari pemuda sebagai generasi penerus bangsa akan membuat jagat maya semakin sejuk.

Selain itu, prestasi-prestasi yang terus dimunculkan di dunia maya akan semakin membendung konten radikal, karena konten positif tersebut akan menularkan optimisme dan harapan di masa yang akan datang. Tindakan yang demikian tentu tidak ubahnya dengan jihad pahlawan di masa lampau. Jika pahlawan masa lampau berjuang dengan senjatanya, maka pemuda di era ini menjadi pahlawan dengan pengetahuan dan karya-karyanya yang lalu lalang di dunia maya. Hal tersebut tentu akan menekan, bahkan tidak memberikan ruang sedikitpun kepada para radikalis yang berkeliaran di dunia maya.

Facebook Comments