Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan ditambahkan umurnya maka hendaklah menyambung tali silaturahmi (HR. Abu Dawud, Bukhari, Muslim).
Era globalisasi salah satunya ditandai dengan kemajuan dunia informasi teknologi telah menyajikan berbagai kemudahan dalam segala hal, termasuk salah satunya media komunikasi via medsos. Kemudahan akses informasi via medsos seolah tidak terbatas lagi, mulai dari anak kecil sampai orang tua. Tentu ini menyisakan persoalan tersendiri, dan sangat berbahaya, ketika generasi kita belum memiliki jiwa kritis untuk memfilter setiap arus informasi yang masuk dengan begitu derasnya.
Maraknya hate speech (ujaran kebencian) di medsos menjadi persoalan serius dan bisa mengancam keutuhan NKRI. Berdasarkan SE dengan Nomor SE/06/X/2015 yang diteken Kapolri pada tanggal 8 Oktober 2015 lalu, hate speech itu meliputi; penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut, menyebarkan hoax.
Sudah banyak yang ditangkap atas kasus hate speech, semisal kelompok Saracen, dan lain sebagainya. Korbannya pun juga sangat banyak, sampai presiden Jokowi dan keluarga juga tidak luput dari sasaran keliaran penebar hate speech. Tokoh ulama sekelas Gus Mus, Yeni Wahid juga menjadi sasaran hate speech. Inilah masalah bangsa era kini yang sangat berbahaya, yakni maraknya hate speech, dan itu semua menjadikan kita bermusuhan dan terpecah belah. Padahal permusuhan dan pecah belah itu sangat dilarang dalam Islam. Seperti sabda Nabi; janganlah kalian saling memutuskan hubungan, jangan saling membelakangi, jangan saling bermusuhan, jangan saling hasud, jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim itu tidak bertegur sapa dengan saudaranya selama tiga hari (HR. Muttafa ‘alaihi).
Langkah Nyata Pemuda Lawan Hate Speech
Pemuda sebagai pengguna medsos paling banyak harus memiliki jiwa kritis dan mengedepankan akhlaqul karimah ketika bermedsos. Sehingga mereka akan memiliki etika ketika berselancar di dunia maya. Peran budi pekerti luhur sebagai bingkai dalam bermedsos ini sangat penting. Makanya MUI pusat sudah mengeluarkan fatwa aturan dalam bermedsos, antara lain ialah larangan ghibah (membicarakan aib orang lain), fitnah, naminah (adu domba), penyebaran permusuhan, bullying.
Untuk menangkal hate speech di medsos pemuda juga harus selalu melek akan literasi bermedia sosial. Dengan begitu tidak mudah terkecoh dengan info yang baru, pasti akan difalidasinya, karena sudah memiliki horizon pemikiran yang dalam. Jangan sampai kita menuruti hawa nafsu dan menjadikan dunia maya sebagai ajang untuk memecah belah antar anak bangsa. Sebagai pemuda generasi masa depan kita harus menjaga persatuan ini, tentu kita harus malu kepada pahlawan bangsa yang telah berkorban jiwa dan raga untuk kemerdekaan, apabila kita malah akan merobek tenun kebhinekaan bangsa ini.
Jadikan Medsos Ajang Silaturahmi Menebar Kedamaian Semesta
Silaturahmi berasal dari kata shilah dan rahm. Shilah berarti hubungan, menghubungkan. Rahm ialah kasih sayang, bisa juga diartikan hubungan pertalian darah. Jadi, silaturahmi itu menjalain hubungan penuh kasih sayang dengan sesaama baik yang ada hubungan jalur kekerabatan atau tidak.
Begitu pula Islam sangat menganjurkan silaturahmi, seperti dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 1, an-Nahl ayat 90, al-Isro ayat 26, ar-Rum ayat 38. Nah dengan begitu sudah menjadi keharusan bagi kita untuk menjalankan silaturahmi secara konsisten untuk merajut NKRI tercinta, menuju kedamaian semesta.
Hikmah silaturahmi pun juga sangat besar, antara lain; pertama dekat dengan surga dan jauh dari api neraka. Seperti sabda Nabi; “engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyambung tali silaturahmi (HR. Bukhari Muslim). Kedua, merajut ukhuwah, persaudaraan antar sesama manusia. Ketiga, menguatkan bangunan pancasila dan kebhinekaan bangsa ini. Karena pancasila juga mengajarkan kerukunan antar masyarakat.
Bahkan menurut Ibnu Khaldun, jika manusia rusak akan moralnya dan agamanya, maka akan rusak pula rasa kemanusiaan dan jati dirinya. Nah, ini bisa dikontekstualisasikan ke dalam kondisi bangsa kita. Jika kita masih sering mengumbar ujaran kebencian terhadap sesama otomatis kita sama dengan menghancurkan sendi-sendi kemanusiaan dan jati diri bangsa ini. Dan semua tindakan hate speech itu pasti berlawanan dengan semua ajaran agama manapun. Hate speech juga sangat berlawanan dengan nilai pancasila dan kebhinekaan kita.
Maka hemat saya, selaku pemuda mari kita bergandengan tangan melawan hate speech dengan menjadikan medsos sebagai ajang sambung rasa, tali silaturahmi untuk memperkuat rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia. Dengan begitu bangsa ini akan damai dengan penuh kasih sayang, baldatun tayyibatun warabbun ghafur. Begitulah peran pahlawan era now, siap lawan hate speech, untuk menebar silaturahmi di medsos secara konsisten. Wallahu a’lam.