Pandemi Covid-19 nyatanya tidak menyurutkan gerakan kelompok radikal. Terbelenggu di dunia nyata, mereka bermanuver di dunia maya. Bedanya, mereka tidak hanya mengusung ideologi kekerasan dan teror. Namun, mereka juga juga mempropagandakan kebencian pada pemerintah, adu-domba sesama masyarakat dan narasi lain yang mengeruhkan suasana. Pendek kata, kaum radikal menunggangi momentum pandemi untuk membuat suasana sosial, politik dan kegamaan tidak kondusif.
Asumsi itu dikuatkan oleh pernyataan Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar yang menyebut bahwa di masa pandemi kelompok radikal justru makin masif dalam menyebarkan pengaruhnya di dunia maya. Kelompok radikal menggunakan internet dan media sosial untuk mempropagandakan agendanya, merekrut anggota baru sampai mencari pendanaan.
Kondisi ini tentu mengkhatirkan. Badai Covid-19 belum berlalu. Namun, ancaman radikalisme di depan mata. Kita tidak boleh lengah. Kepentingan untuk melawan dan mencegah penularan Covid-19 sama pentingnya dengan kebutuhan untuk menangkal ideologi radikalisme di dunia maya. Tugas itu tidak bisa sepenuhnya dilimpahkan pada negara. Masing-masing dari kita ialah agen penangkal radikalisme digital. Akun medsos kita ialah senjata. Opini serta wacana yang kita sebar di internet ialah pelurunya. Maka, hendaknya kita menjadikan senjata dan peluru itu untuk menghalau setiap manuver kelompok radikal.
Dalam hemat penulis, setidaknya ada dua langkah strategis yang bisa kita (warganegara) lakukan untuk membendung arus radikalisme digital selama pandemi. Langkah pertama ialah melakukan patroli virtual, yakni menyisir dan melaporkan akun medsos maupun situs yang menyebarkan konten narasi radikalisme dalam berbagai bentuknya. Seperti disebut di atas, radikalisme di dunia maya tidak selalu merujuk pada ajakan teror dan kekerasan. Melainkan juga hasutan kebencian pada pemerintah.
Metode pelaporan ini menjadi penting untuk memberangus situs dan akun medsos yang berafiliasi dengan kelompok radikal. Situs internet dan akun medsos selama ini merupakan senjata utama kelompok radikal dalam mempropagandakan agendanya di dunia digital. Maka, memberangus situs dan akun medsos kaum radikal bisa diartikan sebagai upaya melucuti senjata mereka. Pemberangusan situs dan akun medsos kaum radikal selama ini cukup efektif dalam meminimalisasikan gelombang penyebaran radikalisme di dunia maya.
Konsolidasi Kelompok Nasionalis-Moderat
Langkah selanjutnya ialah mengintensifkan vaksinasi virtual yang bertujuan membangun kekebalan kelompok (herd immunity) terutama dari virus radikalisme digital. Kekebalan kelompok itu niscaya terbentuk jika masyarakat sipil yang berkomitmen pada NKRI dan Pancasila membentuk jejaring yang solid di ranah maya. Kaum moderat-nasionalis harus bersatu di dunia maya dalam menangkis setiap narasi yang dilontarkan kaum radikal.
Ironisnya, apa yang terjadi selama ini justru menunjukkan kondisi sebaliknya. Di dunia maya, kaum moderat-nasionalis kerap tidak satu suara dalam merespons narasi kaum radikal. Bahkan, tidak jarang kaum moderat-nasionalis saling berdebat dan bertengkar lantaran sebuah isu. Di saat yang sama, kaum radikal pun bersorak-sorai lantaran berhasil memecah-belah barisan nasionalis-moderat. Di saat yang sama pula, daya imunitas bangsa dalam melawan ideologi radikal menjadi lemah.
Vaksinasi virtual menangkal virus radikalisme digital dapat dilakukan dengan mengonsolidasikan kekuatan moderat-nasionalis di dunia maya. Kelompok moderat-nasionalis harus bersatu dalam merespons setiap opini dan wacana yang dilontarkan kelompok radikal. Jangan biarkan kaum radikal mendominasi wacana di dunia maya dan menjadi corong satu-satunya yang paling nyaring. Dengan begitu, akan terbangun sistem kekebalan kelompok yang mampu menangkis virus radikalisme digital.
Hari-hari belakangan ini, kaum radikal kian nyaring meracau di medsos. Mereka memanfaatkan isu lonjakan kasus Covid-19 dengan melemparkan tuduhan miring pada negara. Mulai dari tudingan “negara gagal” sampai provokasi untuk melengserkan pemerintahan yang sah. Disinilah soliditas kaum nasionalis-moderat diuji untuk kesekian kalinya. Kelompok nasionalis-moderat hendaknya tidak termakan hasutan berbau pesimisme dan subversifme itu. Sebaliknya, kaum nasionalis-moderat idealnya berpegang teguh pada komitmen bersama untuk menjaga bangsa dan negara dari anasir radikalisme-terorisme.