Informasi adalah salah satu bagian penting dari kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia terhadap informasi didorong oleh rasa ingin tahu, ingin memecahkan masalah, ingin menambah pengetahuan, dan motivasi lainnya. Artinya banyak faktor yang mempengaruhi manusia untuk termotivasi mengakses informasi, tetapi informasi diletakkan oleh manusia sebagai pengungkap data dan fakta, penjelas terhadap sesuatu yang meragukan, dan prediksi terhadap sesuatu yang akan terjadi.
Apa sebenarnya informasi? Beberapa pakar komunikasi mengajukan definisi yang beragam dengan subtansi yang hampir sama bahwa informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan bermanfaat bagi penerimanya. Pengertian ini menjadi jelas bahwa informasi harus berdasarkan data yang diolah untuk menjadi lebih bermanfaat, ketiadaan data menyebabkan informasi hanya dipandang sebagai gosip, kabar burung bahkan bisa dikategorikan sebagai hoax.
Kebutuhan mendapatkan informasi juga tergantung pada cara seseorang mengakses informasi. Dalam masyarakat tradisional kebutuhan informasi didapatkan melalui tatap muka melalui sumber aslinya. Informasi yang didapatkan dengan absennya sumber sering disebut “kabar burung” yang validitasnya masih ditangguhkan. Meningkat pada masyarakat modern banyak saluran media yang memudahkan seseorang mendapatkan informasi baik bersifat cetak dan elektronik. Dewasa ini media digital menjadi arus utama sumber informasi karena kecepatan dan kemudahan dalam menyajikan infromasi.
Apakah media online telah membunuh sepenuhnya media-media sebelumnya? Untuk mengatakan membunuh tentu saja bukan kalimat yang tepat. Tetapi kehadiran media online telah melemahkan otoritas dan konsumsi selain media online. Media cetak tentu masih bertahan, walaupun sebagian sudah mulai gulung tikar, tetapi jumlah oplahnya semakin berkurang. Hari ini orang tidak lagi menunggu tukang Koran melemparkan surat kabar untuk mendapatkan informasi, tetapi sumber informasi sepenuhnya sudah ada di genggaman dengan berselancar melalui jaringan internet.
Apabila kita amati data data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang rilis tahun 2016, pengguna internet Indonesia mencapai 132,7 Juta dari 256,2 juta penduduk Indonesia. Bisa dikatakan bahwa 51,8 % Penduduk Indonesia telah menggunakan internet. Apabila diamati perilaku penggunaan internet sebanyak 31,3 juta orang dalam rangka mendapatkan informasi (berita dan peristiwa). Nah, apabila dilihat dari segi usia pengguna internet ternyata didominasi oleh pengguna usia 10-44 tahun yang mencapai 94 juta pengguna.
Dari data tersebut, apa yang ingin disampaikan bahwa perilaku pemanfaatan internet yang sepenuhnya dihuni oleh generasi muda di Indonesia adalah untuk mencari informasi. Artinya media online menjadi salah satu sumber utama bagi para remaja Indonesia untuk mendapatkan informasi.
Persoalannya, kita tidak menjamin hari ini bahwa media online dapat menyajikan informasi berbasis data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Media online lebih banyak mengandalkan kecepatan dari pada akurasi. Masyarakat tidak perlu menunggu informasi besok pagi dari Koran tetapi langsung mendapatkan informasi apapun secara cepat. Persoalannya apakah kecepatan informasi berbanding dengan akurasi pemberitaan tersebut.
Di samping persoalan validitas konten informasi, di era digital persoalan sumber berita menjadi hal utama. Banyak sekali media online yang menyediakan berita tetapi tanpa sumber yang jelas. Semakin menjamur situs-situs pemberitaan tanpa pemilik dan struktur keredaksian yang akuntable. Anehnya, situs-situs seperti itu justru dibagikan secara meluas melalui media sosial dan sesekali menjadi viral. Di situlah berita dan konten hoax menjadi subur berkembang.
Dengan semakin gampangnya berita hoax melintas di ruang maya, semakin rentan pula kalangan generasi muda yang telah banyak menyandarkan sumber informasi melalui media online. Resiko generasi muda menjadikan berita hoax yang bernuansakan Sara, fitnah, hasutan, ujaran kebencian dan ajakan kekerasan semakin tinggi. Lalu apa yang harus dilakukan?
Generasi muda tentu saja tidak bisa lari dari perilaku mencari informasi di dunia maya. Tidak perlu mengasingkan diri dari perkembangan dunia digital. Namun, hal terpenting bagi generasi muda adalah kecerdasan dalam memanfaatkan perangkat yang cerdas tersebut. Kecerdasan teknologi harus diimbangi dengan kecerdasan penggunanya. Generasi muda yang cerdas tentu tidak bisa termakan oleh informasi sesat.