Pemuda yang Islami, Pasti Jauhi Kekerasan

Pemuda yang Islami, Pasti Jauhi Kekerasan

- in Narasi
1786
0
Pemuda yang Islami, Pasti Jauhi KekerasanPemuda yang Islami, Pasti Jauhi Kekerasan

Kalian mungkin mengira bahwa para teroris atau kelompok kekerasan lainnya yang seringkali mengatasnamakan agama itu adalah mereka yang mempunyai pemahaman agama yang tinggi. Jangan tertipu penampilan. Kadang mereka memang menggunakan atribut agama, meneriakkan lantang istilah dan jargon keagamaan, dan menuduh fihak-fihak lain dengan istilah keagamaan dari tingkatan bid’ah, thaghut, hingga kafir.

Apakah mereka memang orang yang paham dan taat beragama? Jawaban yang sebenarnya justru kebalikannya. Kebanyakan mereka yang terlibat dalam aksi kekerasan apalagi terorisme itu justru mereka yang tingkat pemahaman keagamaannya rendah dan mudah dipengaruhi ajaran-ajaran radikal. Jelas saja, kalau mereka paham ajaran agama yang lebih dalam tidak mungkin menukarkan keimanan dengan kekerasan.

Pada tahun 2008, sebuah catatan rahasia yang dipersiapkan oleh unit sains perilaku lembaga MI5, bocor ke koran The Guardian. Dalam catatan itu disebutkan bahwa sikap para teroris sebenarnya jauh dari orang-orang yang taat beragama. Sejumlah besar mereka yang terlibat dalam terorisme tidak mengamalkan ajaran agama secara teratur. Banyak dari mereka minim pengetahuan agama dan dapat dianggap sebagai awam dalam agama.

Dua orang remaja asal Inggris, Yusuf Sarwar dan Mohammed Ahmed, yang berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok militan teroris beberapa bulan sebelum berangkat tercatat memesan dua buku di Amazon. Dua buku itu tentang pengantar Islam; Islam for Dummies dan the Koran for Dummies. Betul sekali, itu buku-buku dasar bagaimana seorang memahami Islam.

Apa yang bisa teman-teman tarik pelajaran dari cerita tersebut? Kebanyakan pemuda yang direkrut adalah mereka yang paham keagamaannya rendah dan masih awam. Mereka biasanya mencari pengetahuan dari media online. Saat itulah, mereka bertemu dengan pemahaman keagamaan yang radikal. Ketika mereka sudah mulai tertarik, mereka akan diajak dalam komunitas yang lebih kecil, “kluster”. Dari situlah, mereka akan dicuci otak dan diberikan dasar dan dalil yang seolah membenarkan kekerasan. Setelah dianggap cukup mereka siap diperankan di ruang publik dalam bentuk dan aksi kekerasan.

Ini perlu dicatat! Semakin rendah pemahaman keagamaan seseorang justru semakin tinggi tingkat kerentanan disusupi paham-paham radikal. Cara paling dini mewaspadai adalah dengan meningkat pemahaman keagamaan agar tidak terjebak dalam perangkap ajaran-ajaran radikal teroris. Tanamkan dalam diri kalian bahwa tidak ada satupun keyakinan dan ajaran agama yang menganjurkan kekerasan apalagi menghilangkan nyawa orang lain yang tak berdosa. Keyakinan awal ini fondasi dasar bagi kalian untuk menutup akses ajaran dan paham yang mungkin mempengaruhi kalian. Atau dengan kata lain, semakin kalian islami dalam berpikir dan bertindak, semakin pula kalian menjauhi kekerasan. Islam khan agama, rahmatan lil alamin, rahmat dan berkah bagi semesta.

Bolehkah Ikut Aksi Massa?

Nah, di Indonesia aksi protes terhadap isu tertentu khususnya persoalan keagamaan mudah terjadi. Jangan heran, kebanyakan dari mereka yang ikut aksi tersebut adalah para remaja dan anak-anak muda. Mereka kadang sangat semangat dan berada di barisan terdepan. Padahal kadang mereka juga tidak menyadari kalau aksi tersebut akan berujung kekerasan. Siapa yang merekrut dan mengajak mereka?

Pada dasarnya konstitusi kita, UUD 1945 menjamin kebebasan untuk menyampaikan pendapat. Menyampaikan pendapat di muka umum tentu hak kita bersama apalagi disampaikan secara baik-baik melalui aksi damai tanpa meresahkan masyarakat. Aksi protes tidak pernah mengijinkan perusakan properti dan fasilitas umum, apalagi tindakan kekerasan dan intimidasi terhadap yang lain.

Harus menjadi perhatian kadang aksi sebuah kelompok massa tidak jarang mengarah pada kekerasan atau intimidasi kelompok lain. Parahnya kadang kalian tidak tahu agenda sebenarnya, padahal ujungnya pada aksi kekerasan. Ingat, banyak sekali anak-anak muda yang diajak terlibat dalam gerakan protes tentang isu tertentu yang berujung aksi dan tindakan kekerasan. Dan kebanyakan mereka tidak menyadari isu sebenarnya dan bentuk gerakannya.

Karena itulah sebelum kalian mengekspresikan kepedulian terhadap isu-isu tertentu, atau ingin bergabung dalam kelompok tertentu, perhatikan hal-hal berikut :

  • Kenali terlebih dahulu ormas atau kelompok yang mengajak aksi tersebut. Kenalilah mana kelompok-kelompok yang sering mengarah pada kekerasan, yang sering membuat ketakutan di muka umum dan mana kelompok yang secara damai menyampaikan aspirasinya. Hindarilah jika ada ajakan dan rayuan dalam aksi yang dilakukan mereka yang dalam pandangan kalian sering mengarah pada aksi-aksi anarkis, merusak dan mengancam orang lain.
  • Pelajari dan pahami isu yang akan diperjuangkan. Mempelajari isu yang akan disampaikan itu menjadi penting agar kalian tidak hanya digiring tanpa tahu kepentingan isunya.
  • Pastikan tidak ada unsur kekerasan dalam aksi tersebut. Hal ini penting untuk diketahui sebelumnya. Apakah aksi-aksi ini berujung pada kekerasan terhadap yang lainnya? Jika kalian sudah berada di tengah aksi yang berujung kekerasan, segeralah berlindung dan jauhi aksi-aksi tersebut agar tidak menjadi bagian yang terlibat dalam tindakan kriminal.
  • Konsultasikan dan bicarakan dengan orang tua, guru dan teman untuk mendapatkan masukan dan saran sebelum kalian bergabung dalam aksi-aksi tertentu.

Nah, teman-teman sudah bisa memahami dan saatnya mewaspadai beberapa hal yang mengarah pada kekerasan. Memang benar bahwa membantu dan bersolidaritas kemanusiaan untuk isu-isu kemanusiaan tertentu merupakan suatu niat yang suci. Namun, menyebabkan kerusakan baru justru lebih banyak mafsadat (keburukannya) daripada mashlahahnya (kemanfaatannya). Oh ya ada salah satu kaidah fikih nih buat pegangan “menolak mafsadat lebih utama daripada mengambil maslahah”.

Facebook Comments