Redefinisi Pahlawan dan Nilai Altruisme Sepanjang Masa

Redefinisi Pahlawan dan Nilai Altruisme Sepanjang Masa

- in Narasi
1496
0
Redefinisi Pahlawan dan Nilai Altruisme Sepanjang Masa

Hari Pahlawan 10 November identik dengan kisah patriotisme arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari upaya kolonialisasi yang dilakukan Sekutu. Barangkali tidak akan pernah ada cerita, novel, film atau produk seni apa pun yang mampu menggambarkan secara nyata bagaimana dahsyatnya pertempuran yang terjadi di Surabaya pada tahun 1945 itu. Perang kolosal yang melibatkan ratusan ribu pejuang kemerdekaan dengan senjata seadanya melawan ribuan tentara Sekutu bersenjata lengkap itu ialah puncak dari nasionalisme anak bangsa. Suntikan fatwa “Resolusi Jihad” pun kian menambah berkobarnya semangat anak bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih dengan susah-payah tersebut.

Maka, sudah tepat kiranya apabila tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Momentum perjuangan arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan NKRI patut dijadikan sebagai semacam artefak sejarah yang akan menjadi pelajaran penting bagi generasi penerus dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan. Seiring berjalannya waktu, tantangan yang dihadirkan zaman pun kian berkembang. Seperti halnya era pascakolonial yang menghadirkan dinamika sekaligus problematika yang berbeda dengan era kolonial. Di titik inilah, gagasan redefinisi pahlawan menjadi relevan untuk dielaborasi lebih lanjut. Makna pahlawan di era kekinian tentu memiliki tafsiran yang lebih luas dan kompleks ketimbang makna pahlawan di zaman dahulu.

Di era kolonial, pahlawan merujuk pada mereka yang terlibat langsung dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Para pejuang yang gugur di medan pertempuran lantas menyandang gelar sebagai pahlawan. Di era sekarang, definisi pahlawan kiranya lebih luas dari itu, meliputi siapa saja yang layak dan patut dijadikan panutan, contoh dan teladan bagi perubahan ke arah lebih baik. Dalam tafsiran yang paling luas, semua orang bisa dan seharusnya berusaha menjadi pahlawan, mulai dari lingkup terkecil, yakni keluarga, lingkungan sekitar, masyarakat dan lingkup terbesar yakni bangsa dan negara. Ini artinya, semua orang bisa menjadi pahlawan sesuai dengan perannya masing-masing.

Pudarnya Sikap Altruistik

Redefinisi makna pahlawan ini relevan dengan tema Hari Pahlawan tahun 2020 yang mengusung tagline, “Pahlawanku Sepanjang Masa”. Seperti kita tahu, peringatan Hari Pahlawan tahun ini dilakukan di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga mereda. Dalam beberapa bulan terakhir kita di(ter)paksa hidup dalam kondisi kenormalan baru, berdampingan dengan virus mematikan sekaligus tetap mempertahankan roda ekonomi tetap berjalan. Di tengah kondisi yang demikian memprihatinkan ini, meneladani spirit kepahlawanan para pejuang kemerdekaan kiranya bisa menjadi suntikan semangat agar kita tidak mudah takluk dan pasrah oleh keadaan.

Kepahlawanan sebagai sebuah sikap dan nilai hidup dibangun di atas pilar penting, yakni sikap berani berkorban demi kepentingan bersama yang dilandasi oleh pandangan altruisme alias tanpa pamrih. Cara pandang altruistik inilah yang menjadi salah satu kekuatan terbesar para pahlawan terdahulu. Mereka rela berjuang secara fisik, mempertaruhkan nyawa demi kemerdekaan RI. Ketika kemerdekaan itu berhasil diraih, para pahlawan sejati itu tidak lantas menagih upah atas apa yang telah mereka perjuangkan. Bagi pahlawan sejati, perjuangan sosial-politik bukanlah investasi yang dilandasi spirit untung-rugi. Perjuangan bagi para pahlawan sejati ialah murni panggilan nurani.

Ironisnya, nilai altruisme itu kini kian memudar seiring dengan menguatnya cara pandang yang menitikberatkan pada egoisme pribadi dan sektoral. Sebagian besar masyarakat menjalani kehidupan dengan bertumpu pada pola pikir untung-rugi; segala hal dinilai dari seberapa menguntungkan atau merugikan bagi diri sendiri maupun golongannya. Gelombang globalisasi yang mau tidak mau juga diikuti oleh fenomena westernisasi sedikit banyak telah mengikis karakter asli masyarakat Indonesia. Alhasil, warisan para pahlawan terdahulu, utamanya terkait kerelaan berkorban dan sikap altruistik pun mulai dilupakan.

Mengejawantahkan Spirit Kepahlawanan dan Nilai Altruisme

Oleh karena itu, peringatan Hari Pahlawan idealnya tidak hanya berhenti pada aspek seremonial dan ritual belaka. Lebih dari itu, peringatan Hari Pahlawan idealnya bisa menjadi momentum untuk menggali dan mengaktualisasikan nilai kepahlawanan, terutama sekali terkait nilai altruisme. Di masa sekarang, ketika tantangan kenegaraan dan kebangsaan kian kompleks, sikap altruistik sangat diperlukan. Di masa sekarang dan di tahun-tahun mendatang, kita sedang dan akan menghadapi tantangan berat berupa segregasi sosial yang diakibatkan oleh menguatnya sentimen fanatisme politik yang berkelindan dengan konservatisme keagamaan.

Atas nama fanatisme politik dan agama, ada sekelompok orang yang tega mendeskreditkan kelompok lain melalui beragam cara; mulai dari kekerasan verbal, seperti ujaran kebencian hingga kekerasan fisik. Kondisi yang demikian ini kiranya bisa dibenahi dengan menumbuhkan kembali semangat altruisme. Masyarakat perlu membangun kesadaran bersama ihwal pentingnya bersikap tanpa pamrih dan memiliki keyakinan bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab sosial dan moral yang sama. Maka dari itu, membumikan kembali nilai altruisme yang pernah diteladankan para pahlawan terdahulu merupakan hal mutlak yang wajib dilaksanakan oleh generasi sekarang.

Komitmen untuk berani berkorban dengan dilandasi sikap tanpa pamrih atau altruistik inilah yang merupakan pengejawantahan dari nilai kepahlawanan sepanjang masa. Di era kapan pun, cara pandang altruisme sebagai warisan para pahlawan terdahulu akan tetap relevan dan aktual untuk diimplementasikan. Apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang menghadirkan banyak problem sosial ini, pengejawantahakan altruisme sangat kita butuhkan. Untuk itu, peringatan Hari Pahlawan tahun ini seharusnya bisa memperteguh ikatan solidaritas sosial antarsesama masyarakat serta mengintensifkan kerjasama dan sinergi antarkelompok dan tentunya mempopulerkan kembali nilai altruisme di tengah masyarakat.

Facebook Comments