Seperti Ipar, HTI Adalah Maut

Seperti Ipar, HTI Adalah Maut

- in Narasi
21
0
Seperti Ipar, HTI Adalah Maut

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah organisasi yang sejak lama telah menuai kontroversi karena ideologinya yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Meskipun telah dibubarkan secara resmi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2017, HTI tetap menjadi ancaman yang nyata bagi bangsa ini.

Propaganda yang mereka sebarkan masih aktif mempengaruhi masyarakat untuk bergabung dan menjadi bagian dari kelompok mereka. Ini mirip dengan narasi yang ditampilkan dalam film “Ipar Adalah Maut”, di mana bahaya laten dari seorang ipar menjadi alegori sempurna untuk menggambarkan ancaman tersembunyi dari HTI.

Pembubaran HTI pada tahun 2017 oleh pemerintah Indonesia tidak serta-merta menghentikan pergerakan mereka. Sebaliknya, kelompok ini beralih ke bawah tanah, mengubah strategi mereka dengan lebih licik dan tersembunyi. Mereka menggunakan media sosial, ceramah agama, dan berbagai platform lainnya untuk menyebarkan ideologi mereka.

Bahkan, mereka mampu memanfaatkan isu-isu sosial dan politik yang tengah hangat di masyarakat untuk menarik simpati dan menggalang dukungan. Ini adalah bagian dari strategi mereka untuk tetap relevan dan menjaga pengaruh mereka di tengah masyarakat.

Memanfaatkan ceramah agama sebagai media untuk menyebarkan ideologi mereka. Mereka menyusup ke dalam komunitas-komunitas agama, mempengaruhi tokoh-tokoh agama, dan mengadakan kajian-kajian yang terlihat biasa namun sebenarnya mengandung pesan-pesan yang bertentangan dengan Pancasila.

Dalam ceramah-ceramah ini, HTI sering kali menggunakan ayat-ayat suci dan hadis-hadis yang diinterpretasikan secara radikal untuk melegitimasi pandangan mereka. Hal ini tentunya sangat berbahaya karena dapat menyesatkan masyarakat yang awam dan kurang kritis dalam memahami ajaran agama.

Kelompok HTI ini tidak ragu untuk memanfaatkan isu-isu sosial dan politik yang tengah berkembang di masyarakat. Mereka kerap kali mengaitkan masalah-masalah yang ada dengan kegagalan sistem pemerintahan yang ada, lalu menawarkan khilafah sebagai solusi.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah jadikan celah oleh HTI untuk menawarkan ideologi mereka sebagai jalan keluar. Ini adalah salah satu alasan mengapa mereka masih memiliki pendukung meskipun secara resmi telah dibubarkan. Ketidakpuasan terhadap kondisi sosial dan ekonomi dimanfaatkan oleh HTI untuk menggalang dukungan.

Keberadaan HTI yang masih aktif menyebarkan propaganda mereka menunjukkan bahwa pembubaran organisasi ini secara resmi tidak cukup untuk menghilangkan pengaruhnya. Dibutuhkan upaya yang lebih komprehensif dan berkelanjutan untuk melawan ideologi radikal yang mereka sebarkan.

Masyarakat perlu diajarkan bagaimana mengenali informasi yang benar dan valid, serta bagaimana menyaring konten-konten yang mereka konsumsi di media sosial. Ini penting agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh propaganda yang disebarkan oleh HTI.

Keberadaan HTI yang masih aktif dan berusaha mempengaruhi masyarakat menunjukkan bahwa ancaman dari ideologi radikal ini belum sepenuhnya hilang. Ini adalah tantangan besar bagi bangsa Indonesia yang harus dihadapi dengan serius dan komprehensif.

Seperti dalam film “Ipar Adalah Maut” yang menyoroti bahaya tersembunyi dari seseorang yang dekat dengan kita, keberadaan HTI juga menjadi ancaman tersembunyi yang harus diwaspadai. Jika tidak ditangani dengan baik, ideologi radikal yang mereka sebarkan dapat merusak tatanan sosial dan mengancam persatuan bangsa.

Dengan demikian, upaya melawan propaganda HTI harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh elemen bangsa. Masyarakat, tokoh agama, pemerintah, dan lembaga pendidikan harus bersatu padu dalam menjaga nilai-nilai Pancasila dan mencegah penyebaran ideologi radikal. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa bangsa Indonesia tetap teguh dalam menjaga persatuan dan kesatuan, serta terhindar dari ancaman-ancaman yang berusaha merongrong dasar-dasar negara kita.

Facebook Comments