Tafsir Serampangan Jihad Bom Bunuh Diri

Tafsir Serampangan Jihad Bom Bunuh Diri

- in Keagamaan
411
0
Tafsir Serampangan Jihad Bom Bunuh Diri

Aksi bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, beberapa hari yang lalu, meninggalkan pesan yang masih saja sama, yakni terkait dengan jihad. Suatu pesan, mengorbankan diri dengan cara aksi bom bunuh diri sebagai jihad perintah agama. Kesalahan pemahaman ajaran agama tersebut tidak lekang hingga kini. Padahal, dalil bahwa bom bunuh diri bukan bagian jihad sudah cukup jelas. Aksi bom bunuh diri dilarang dalam agama Islam.

Jihad dan perang mempunyai konotasi makna berbeda. Keduanya tidak sama sekalipun dalam kitab-kitab fikih klasik pembahasan jihad dan perang menjadi satu. Penyatuan ini yang sering menimbulkan salah paham, jihad dan perang (qital) adalah satu kesatuan utuh; jihad adalah perang dan perang adalah jihad.

Kesalahan Menafsirkan “Jihad”, atau Politisasi Agama?

Kasus bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astana Anyar dan kasus-kasus bom bunuh diri sebelumnya, sebabnya, bisa karena terjebak tafsir jihad yang salah kaprah. Meminjam istilah Arthur Rorsch (2014), terjebak pada tafsir yang mengalami ortodoksi ilmiah. Ortodoksi ilmiah disebabkan karena proses reduksi dan simplifikasi. Ini sebab yang pertama.

Sebab yang kedua, politisasi agama memakai doktrin jihad. Hal ini bukan kesalahan penafsiran, melainkan kesengajaan yang dilakukan oleh aktor politik kepentingan untuk menumbalkan seseorang demi tujuan politiknya agar tercapai.

Dua sebab di atas, bisa menjadi kesatuan sebab pemicu aksi bom bunuh diri. Seseorang yang terjebak pada tafsir jihad adalah perang, kemudian disusupi oleh mereka yang memiliki kepentingan politik dengan melakukan politisasi agama, akan lebih aktif dan memiliki semangat tinggi melakukan aksi bom bunuh diri.

Pada posisi ini, seseorang akan dengan mudah melakukan penghilangan nyawa dirinya dan orang lain karena asumsi surga dan bidadari telah menunggu. Sehingga menjadi senjata politik untuk mendiskreditkan dan menyerang siapapun yang pandangan politiknya dan pandangan keagamaanya berbeda.

Dengan jargon memperjuangkan Islam, agenda politik kelompok yang berlindung dibalik agama dijalankan dengan mengorbankan nyawa manusia. Suatu kekejaman dan tindakan anti kemanusiaan yang dianggap sebagai ibadah suci. Langkah ini ampuh, karena setiap yang melawan kelompok mereka adalah melawan Islam. Ini yang kemudian memicu terjadinya aksi kekerasan bom bunuh diri.

Mengembalikan Makna Jihad Mengembalikan Pesan Luhur Islam

Makna orisinil jihad harus dikembalikan. Jihad tidak hanya berarti perang. Jihad memiliki cakupan makna yang sangat luas. Ia bermakna perang hanya dalam dua kondisi; kalau umat Islam diperangi karena agama dan umat Islam akan diusir dari tanah tempat tinggal atau tanah kelahiran. Di luar dua kondisi ini jihad memiliki makna semangat berjuang selain perang, seperti jihad meningkatkan ekonomi keluarga, jihad memaksimalkan kualitas pendidikan, dan lain-lain.

Pemaknaan jihad secara benar dan tidak hanya berkonotasi pada perang akan mengembalikan pesan Islam sebagai agama yang penuh kasih sayang dan toleran. Tafsir tentang jihad tidak boleh mereduksi dan mengamputasi pesan luhur Islam, sehingga Islam hadir sebagai agama seperti Islam di masa Nabi dan para penerusnya.

Umat Islam selayaknya tidak tertipu oleh jargon membela Islam yang lantang diteriakkan oleh para takfiri. Pandangan para takfiri bahwa muslim yang berbeda dengan horizon pemikiran mereka adalah salah dan sesat, merupakan pandangan yang keliru. Itu harus disadari sehingga umat Islam tidak terjebak pada amaliah sesat “Bom Bunuh Diri”.

Demikian juga non muslim, semuanya adalah musuh yang nyata menurut para takfiri. Hal ini juga pemikiran sesat karena Nabi di Madinah hidup harmonis dengan penganut agama lain. Oleh karena itu, tafsir jihad yang sebenarnya harus selalu disuarakan dan dinarasikan supaya umat Islam terutama kalangan awam tidak mudah terjebak pada doktrin para jihadis yang menafsirkan jihad secara sempit, jihad adalah perang.

Sebab, kalau kebenaran itu tidak disampaikan orang-orang yang terjebak pada reduksi dan simplifikasi tentang jihad akan mengira mereka berada dalam kebenaran. Kalau itu yang terjadi, akan lebih banyak pelaku bom bonus diri yang dosanya adalah kekal dalam neraka.

Kita harus secara aktif mengingatkan, tidak saja para awam, melainkan juga banyak kaum intelektual seperti dosen dan mahasiswa yang terjebak oleh doktrin jihad palsu ala kaum konsep jihad kaum takfiri. Serta, jihad yang dimanfaatkan oleh kelompok politik tertentu untuk kepentingan politik mereka. Agama dikemas dan dibungkus untuk tujuan kebatilan melalui doktrin jihad.

Facebook Comments